~NA

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
2#Epesode 1

2#Epesode 1

Tiga tahun lalu...

Aku yang berusia 10 tahun itu, berjalan di halaman sekolah baruku. Sekolah itu tidak luas, sekolah itu belum lama, aku akan menjadi salah satu murid angkatan pertama nanti nya. Tangan kanan yang berhubungan dengan umi, dan tas biru menggunung dipunggung, kami berjalan menuju TU sekolah itu. Saat masuk kami disambur 1-2 guru yang ada disana, aku dan adekku yg baru kelas satu itu duduk menunggu umi yang sedang mengurus beberapa hal disana.

Selesai sudah kegiatan umi mengurus berkas berkas apalah itu, aku masih belum bisa mengerti dengan itu. Aku diajak salah satu guru itu untuk ke kelas, begitu pula dengan adekku. Aku dituntun menuju kelasku yang belum aku ketahui saat itu. Kelas itu terletak dilantai dua tepat diatas ruang kantor. Saat masuk terlihat kursi meja yang sudah di isi, guru yang mengantaku itu menyuruhku duduk dimana saja yang belum diisi, karna beliau bukan wali kelasku, jadi beliau tidak langsung mengatur posisiku. Aku mengambil posisi diujung dekat dinding, sepi? Itu menjadi tanda tanya.

“Anin, ada mukenah nya, nak?”, ya Allah aku lupa ada guru yang bisa menjelaskan, mukenaah? “oh, ada zah.” Tadi aku disuruh bawa sama umi, katanya untuk shalat dhuha. Oh, iya. Salat dhuha! Ah kemana ajasih pikiranku dari tadi. Benar benar deh, kenapa nggak terpikir sih kalau pengguni kelas ini pada shalat dhuha. Aku bergegas mengambil mukenah dan Al-Qur’an dari tas, kemudian berjalan lagi di samping guru itu, beliau menuntunku ke kamar kecil, sampai di sana kami melihat seorang anak, kalau di lihat sepertinya dia adek kelasku. Aku disuruh kenalan dengan anak itu, nama nya selsa, dia kelas dua. Akhirnya guruku menyuruh selsa menenaniku, dan mengajakku sampai mesjid. Aku mengambil wudu’, dia menuggu diluar wc, sementara guru tadi sudah kembali lagi ke kantor.

Aku sudah selesai wudu’. Kami menuju masjid berdua, tempat untuk shalat para murid ada di lantai dua, suasananya cagung sekali. “nama kakak siapa?” dia membuka suara memecah rasa cagung ini “Anin” jawabku singkat “kakak kelas berapa?” dia bertanya terus, terlihat dari ekspresi nya sepertinya dia anak ang ceria “kelas 4” aku menjawab sambil sedikit tersenyum. Sampai akhirnya kami sampai didepan pintu masjid, kami membaca doa masuk masjid bersama. Langkah pertama masuk masjid, rasanya semua mata tertuju pada kami, ya maklum saja karena ada wajah baru di depan pintu itu, kami menempati posisi anak kelas 2 karena Selsa itu anak kelas 2. Ah, sial berisi sekali rasanya, saat orang orang murajah, beberapa siswa bebisik sana sini, ya pasti lontaran kata yang ditanya adalah “siapa itu”. Hah, lebih parah ketika Selsa bilang aku kelas 4 sedang aku duduk di barisan anak kelas 2, saat di tanya siapa nama?, aku hanya menjawab Anin sambil senyum yang bisa di bilang sedikit terpaksa, hah!!! Selesai sudah keribuan tetangku, karna aku langsung menggambil Qur’an dan mulai muraja’ah mengikuti yang lain.

Muraja’ah telah usai, para murid meletakkan Al-Qur’an pada jendela jendela masjid, lalu berbaris sesuai urutan ketika duduk tadi. Ah... aku murid baru bisa apa? Apa kah bisa memilah tempat di tempat kelas 4 berbaris juga?. Nggak papa lah lagian aku juga ditahan adek adek ini juga. Setelah shalat dhuha, masih membaca asaul husna, dan beberapa doa lain. Semua telah usai, para siswi melipat mukenahnya sendiri sendiri, termasuk aku. Setelah itu selesai barulah kembali ke kelas untuk pelajaran

***

Karna aku berbaris dibarisan anak kelas dua, jadi aku harus keluar dengan anak anak ini, kurang terima dikit sih, tapi apalah dayaku. Akhirnya tibalah giliran anak kelas 2 ini keluar. Aku berjalan sendiri menuju kelas, aku sudah tau jalan nya, jadi aku tidak kesasar. Tapi masalah nya, karena belum punya teman, berjalan sendiri dengan wajah baru membuatku menjadi pusat perhatian pagi itu.

Sesampai nya di kelas. Hah kelas ini kosong? Masih penuh pertanyaan di kepalaku, kemana lagi penghuni kelas ini? Tapi setidaknya ini lebih baik, ada waktuku beberapa saat untuk sendiri. Aku menyenderkan punggungku dikursi kayu sambil mendongakkan kepalaku, diam beberapa saat, masih hening belum ada suara lagkah kaki, belum ada tanda tanda datangnya seseorang. Aku membungkuk menatap laci, mengabil kaus kaki yang aku letakkan didalamnya. Baru sebelah aku memakai, terdengar derapan langkah kaki, sepertinya itu bukan Cuma satu orang saja. Ya bagimana pun aku berharap itu bukan ikwan, semoga saja yang datang itu akhwat.

Semakin jelas suara langkah kaki dan tersusul beberapa suara tawa, untunglah itu suara akhwat, aku masih tetap dalam posisi membungkuk dan masih dalam proses pemakaian kaus kaki. Belum sempurna aku memaaki kaus kaki beberapa murid akhwat memasuki kelas, barulah aku merasa kelas ini tidak sunyi. Selesai sudah aku menggunakan kaus kaki, aku menegakkan lagi badanku. Para murid tadi menolehkan kepala “astagfirullah” salah satu dari mereka terlihat sekali ekspresi kagetnya, aku masih menatap datar, tp dalam hati aku ingin sekali ketawa, aku hanya membuat sedikit senyum.

Mereka menghampiriku satu persatu, aku tak hebat dalam mengenlkan diri, jadi aku membiakan mereka angkat suara duluan. “hai, nama saya Cahaya, siapa namamu?” ucap salah satu dari mereka yang bernama Cahaya sambil mengulurkan tangannya, aku membuat sedikit senyum dibibirku, sebisa mungkin aku buat dengan sangat natural sambil menerima uluran tangan nya “hai, saya Anin, Anin Naurin” karna angkatan pertama murid di kelas ini hanya sedikit, siswi di kelas ini ada delapan termasuk diriku, mereka memperkenalkan diri satu persatu, “Anin, ini barisan siswa laki laki” salah satu dari mereka memberitahu, “oh, iya. Anin disebelah sana kosong itu tempat siswa perempuan, kamu pindahlah sana!” timpal yang lain menimpali “oh, ok” aku menjawab. Kemudian aku membawa tas, dan mengeluarkan barang di laci yang sudah aku keluarkan beberapa saat lalu.

Selesai sudah aku pindah tempat disebelah tempat sebelumnya, masuk dua anak bergandengan tangan seusiaku, teman sekelasku. Dilihat bagaimanapun raut wajah mereka, mereka sepertinya pendiam, sahabat yang pendiam, tapi entah apa yang ada di benakku, aku tertarik dengan persahabatan mereka. “Balqis!, Yuyun! Ada teman baru” mereka melihat kearahku, aku memasang senyum. Mereka berbalik, meletkkan mukenah, kemudian berbalik lagi ke tempatku “Hai, saya Yuni, bisa dipanggil Yuyun” dia mengulurkan tangan nya “Hai, saya Anin, Anin Naurin” aku menerima uluran tangan nya “Hai, saya Balqis” yang satunya meyapa, “hai, Anin” jawabku lebih singkat, karena sebelumnya dia pasti sudah tahu namaku, entah apa yang ada dibenakku, mereka tampak mirip, ekspresinya sama sama ekspresi orang orang pendiam. Mungkin itu yang membuat mereka terlihat mirip. Sampai beberapa hari berikutnya aku belum bisa membedakan mereka. Tapi setelah itu aku melihat gelang di tangan Bilqis, itu membuat bisa lebih mudah membedaan dua anak ini.

Tidak perlu waktu lama, para siswa laki laki sudah sampai didepan pintu “oi” salah satu dari siswa laki laki itu memukul pintu, mungkin tujuan nya mengagetkan siswa perempuan ini karena berkumpul di meja yang sebelumnya belum berpenghuni. Tapi bagaimanapun kami tetap memutar kepala karena kaget, “ngapain kamu ini?!!” cahaya menimpali mereka, ratu wajah pemberani, aku sudah melihat sejak berkenalan tadi. “ya, ngapain menurutmu” dia mengejek Cahaya. Aku yang awalnya tidak melihat, ikut melihat kearah pintu, melihatku dia langsung memalingkan muka, dan beranjak ke tempat duduknya.

“e...eh... ada wajah baru mah!” timpal siswa laki laki lain yang melihatku, biasa aja napa?!! “trus kenapa?” wah, cahaya sepertinya jering menjadi jubir (juru bicara) siswa permpuan di kelas ini, tapi aku masih siswi baru nggak mau cari ribut, apa lagi sama siswa laki laki. Aku memegang tangan Cahaya “biar aja” dia menurut kami melanjutkan pembicaraan. ? bicara apa? Kami bicara tentang diriku, rumahku, asal sekolahku, hobiku, dan lain lain.

Disela sela pembicaraan kadang aku merenung, kelas ini penuh kebersamaan, entah kenapa aku merasa senang, aku dulu tidak pernah merasakan kebersamaan kelas seperti ini, di sekolah sebelumnya, aku punya sahabat dari kelas satu, kelas tiga kami terpisah oleh kelas, tapi kami masih sering berinteraksi, selama dikelas tiga aku punya teman lain juga, tapi kami tidak bisa dibilang sahabat, tambah lagi semester dua dia pindah. Setelah itu aku tidak punya teman selain dijam istiahat, dan jam pulang.

Suatu hari dia sakit, sakit yang membutnya libur dua minggu, sakit yng membuatku bolak balik kelasnya setiap hari. Saat itu aku benar benar marasa kesepian, istirahat menjadi jam yang paling membosan kan untukku selama dua minggu itu. Sampai tiba hari dimana dia masuk sekolah, dia masih kelihatan belum sehat total, hari pertama setelah dia sakit, dia muncul dihadapan ku dengan senyum dan jaket berwarna merah muda, aku memeluknya “udah sehat kan?” tanyaku “InsyaAllah udah kok”, kami beranjak ke tempat dimana biasa kami bermain.

Sayang sekali saat itu kami masih anak berumur 9 tahun yang belum mengerti elektroik untuk berkomunikasi, komunikasi kami terputus saat aku pindah. Tapi saat itu yang ada dibenakku hanya aku bisa cari teman lagi. Tapi ternyata mecari teman setia tidak semudah yang aku bayangkan. Inilah ceritaku, cerita yang mempertemukanku dengan seorang seorang teman yang setia seorang yang disebut sebegai seorang Sahabat. Seorang pengganti yang sama setia nya seperti orang yang masih ada dibenakku hingga sekarang, seorang yang menjadi temanku ketika semua tidak mau berteman denganku. Teman se-hidup se-syurga. Aku tidak tahu apakah dia masih mengigatku atau tidak, aku sangat bersyukur jika dia masih mengingatku, dan aku berharap aku masih bisa dipertemukan dengannya lagi.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Halo semua, saya buat panjang setiap Chapter nya biar puas bacanya :>. Tapi klo ada yang tidak suka panjang disetiap chapter, bisa komen, InsayaAllah akan lebih saya singkat. Tapi bagi saya Pribadi saya lebih suka jika panjang. Mungkin nanti juga ada yang pendek beberapa, tapi akan saya usahakan bisa membuat panjang disetiap chapter nya. ^^

02 Apr
Balas

Apa yang asli?

10 Apr

Apa yang asli?

10 Apr



search

New Post