Ilyas Muhammad Hilmy

Nama saya Ilyas Muhammad Hilmy. Saya seorang pelajar di SMAN 55 Jakarta. Lahir di Jakarta, 19 Desember 2008. Saya alumni dari sekolah SDIT Insan Mandi...

Selengkapnya
Navigasi Web

SEPATU UNTUK GIO

Disclaimer: Cerpen ini mendapat juara 1 pada lomba menulis cerpen: kategori cerpen grafis pada acara bulan bahasa yang diadakan di sekolah saat saya duduk di kelas 8 smp.

Selamat membaca

“Teeeetttttt” bel masuk sekolah berbunyi. Anak-anak mulai berlarian masuk ke kelas masing-masing. Beberapa siswa yang berkumpul dihalaman sekolah mulai bubar menuju kelas nya masing-masing. Ada yang masih di depan gerbang sekolah, sambil lari-lari takut terlambat. Ada juga yang masih sarapan di kantin, cepat-cepat menghabiskan makanan nya. Mereka semua terburu-buru masuk ke kelas nya. Lalu suasana sekolah itu pun mendadak sepi, hanya terlihat beberapa guru yang berjalan dengan membawa laptop dan buku-buku nya.

Terlihat seorang guru berjalan bersama seorang siswa. Sesekali guru itu saling menyapa dan berjabat tangan saat berpapasan dengan guru lain. Lalu terdengar sedikit percakapan.

"Ini siapa, Pak ?" Tanya Pak Roni kepada Pak Firman.

"Ooooh… Ini Gio siswa baru. Dia murid pindahan dari sekolah di Jogja." Jawab Pak Firman.

Lalu Gio tersenyum dan mengulurkan tangannya bersalaman. Tak lama kemudian mereka berpisah.

Pak Roni dan Gio lalu meninggalkan Pak Firman dan menuju kelas 8. Lalu Pak Roni mengucap salam dan memperkenalkan Gio di hadapan siswa nya.

“Assalamualaikum anak-anak, hari ini kita kedatangan teman baru, nama nya Gio. Dia siswa pindahan dari sekolah di Jogja. Bapak harap kalian bisa berteman dengan baik dan bersahabat.” Lalu anak-anak menjawab kompak.

“Baik Pak….!”

Tetapi ada salah satu siswa duduk di belakang dan berteriak

"Ooh… Dia anak kampung ya Pak? Hahahaha” ejek nya. Lalu ia tertawa. Mendengar hal itu Pak Roni menegur nya.

“Ferdi, jaga mulut kamu jangan bicara seperti itu dengan teman baru mu.” Nasihat Pak Roni.

"Aah… Emang dia anak kampung Pak, Hahah…Lihat ajah sepatu nya udah banyak yang bolong. Hahaha…."

Ferdi tetap saja mengejek dan tidak peduli dengan nasihat Pak Roni. Lalu anak-anak lain pun ikut tertawa. Suasana kelas menjadi ramai. Mendengar hal itu Gio langsung menunduk kan kepala. Ia merasa malu di bilang anak kampung.

"Sudah-sudah… Jangan berisik." Pak Roni mencoba membuat kelas tenang. Lalu bicara ke Gio.

"Sudah Gio gak apa-apa. Kamu boleh duduk disamping Daniel" ucap Pak Roni.

Lalu Gio berjalan ke arah kursi dan duduk di samping Daniel.

Pelajaran di mulai dan semua mulai mengikuti pelajaran. Suasana kelas ini memang tergolong kelas yang kurang disiplin, sering kali berisik. Karena ulah Ferdi yang selalu bikin suasana gaduh. Ia juga suka mengganggu teman sekelasnya. Ferdi adalah anak pemalas, suka nya mengganggu teman. Sering kali melanggar peraturan sekolah. Ayah nya seorang pengusaha kaya raya. Tentu saja hal itu yang membuat Ferdi menjadi sombong dan berani ber ulah.

Bel istirahat berbunyi. Semua siswa berhamburan keluar kelas. Ada yang jajan di kantin, ada yang main bola dan ada yang bersantai di halaman. Beberapa masih ada yang di dalam kelas. Gio tidak keluar kelas seperti yang lainnya. Ia juga tidak pergi ke kantin. Gio tetap duduk di kursi nya dan mengeluarkan bekal makan nya. Ia memang tidak diberi uang jajan oleh ibu nya. Karena ia harus berhemat dan hanya diberikan bekal makan. Saat Gio membuka bekal nya. Lalu Ferdi menghampiri Gio. Ia mengejeknya dan berkata kasar

"Heh…! Anak kampung. Kamu gak boleh sekolah di sini. Lihat saja sepatu mu jelek dan sobek." Ejek Ferdi dengan sombong nya. Lalu ia tertawa bersama teman nya.

Gio hanya diam saja dan merasa ketakutan. Lalu Ferdi mengejeknya lagi

"Eh, Lihat…! Dia bawa bekal nasi, tempe dan tahu. Hahaha… " Ferdi terus mengganggu nya.

Lalu dengan sengaja Ferdi mendorong meja dan menumpahkan bekal makan Gio. Ferdi pun tertawa lalu pergi keluar kelas bersama teman nya.

Gio sedih melihat bekal nasi nya tumpah. Ia berusaha merapikannya. Daniel yang baru saja dari kantin melihat Gio merapikan bekal nya yang tumpah. Ia langsung membantu nya.

"Kamu kenapa Gio ? Kenapa bekal kamu berantakan begini. Apakah ini perbuatan Ferdi ?" Tanya Daniel.

"Tidak apa-apa Daniel. Tadi Ferdi tidak sengaja menumpahkan nya." Gio sedikit menutupi kelakuan Ferdi.

"Ya sudah bekal ini di buang saja. Ini sudah kotor. Kita makan jajanan aku saja." Ucap Daniel.

Lalu Gio dan Daniel membuang bekal yang kotor ke tempat sampah. Kemudian mereka makan jajanan yg di bawa Daniel.

"Terima kasih Daniel kamu baik sekali." Ucap Gio.

"Sudah lah, ayo kita makan bersama. Aku beli Spageti di kantin nih!" Daniel tersenyum kepada Gio. Lalu mereka makan bersama.

***

5 bulan berlalu…

Hampir mendekati Semester Ganjil Gio sekolah di SMP ini. Gio masih saja mendapat perlakuan buruk dari Ferdi dan teman-teman nya. Pernah suatu hari Gio sedang berada di kantin sekolah ia duduk bersama Daniel dan teman-teman lain. Tiba-tiba Ferdi datang dan berteriak.

"Hei Teman-teman, lihat ! Disini ada anak kampung, Hahah…. Lihat sepatu nya jelek dan butut." Ejek Ferdi dihadapan teman-teman nya.

Lalu beberapa teman-teman lain ikut melihat dan ikut tertawa.

Gio hanya terdiam dan menunduk malu. Ia merasa dipermalukan. Lalu Daniel yang duduk disamping Gio membela Gio. Daniel merasa perbuatan Ferdi semakin keterlaluan. Lalu Daniel berkata dengan lantang.

"Ferdi…kamu tidak boleh bicara seperti itu. Gio itu teman kita. Kamu tidak boleh mengejek nya terus” Ucap Daniel.

"Jika kamu terus membully Gio aku akan laporkan ke Pak Firman" Lanjut nya.

Ferdi hanya tertawa dan pergi begitu saja. Ferdi mengabaikan ancaman Daniel. Ia memang mengetahui kalau dirinya sudah di beri peringatan oleh Pak Firman karena perbuatan buruk nya. Ia sering kali mendapat panggilan ke ruang kepala sekolah karena mendapat poin pelanggaran tidak disiplin. Dan ia juga sudah diperingatkan akan dipanggil orang tua nya.

Kini Gio menjadi semakin sedih. Ia merasa tidak nyaman di sekolah ini. Gio terlihat muram dan bersedih. Ia menghela napas nya dan berkata dalam hati nya.

“Mengapa teman-teman sekolahku tidak menyukaiku, apakah karena aku orang miskin?".

Gio masih melamun dan memandang sepatu nya. sepatu itu sudah lusuh dan warna hitamnya sudah pudar. Lalu ia berkata di hati nya.

“Sepatu ini sangat jelek, karena sepatu ini teman-teman ku selalu mengejek ku”.

Ia terus melamun dan teringat semua perlakuan Ferdi kepadanya. Gio tidak pernah ceritakan kejadian ini kepada orang tua nya. Ia khawatir Ibu dan Ayahnya sedih karena sudah bersusah payah menyekolahkannya. Ia bersyukur masih ada Daniel yang selalu memberi semangat dan menemani nya. Daniel selalu membela Gio saat Ferdi memperlakukan buruk padanya.

***

Pelajaran Matematika.

"Anak-anak, tugas hari ini kalian kerjakan soal matematika. Jika tidak ada yang mengumpulkan nilai kalian akan kosong dan nilai di rapot kamu akan nol. Dan itu bisa membuat kalian tidak bisa naik kelas". Perintah Pak Pak Firman di hadapan siswa-siswa nya.

Anak-anak semua kompak menjawab.

"Baik Pak…."

Semua fokus mengerjakan tugas. Tapi Ferdi terlihat gelisah. Ia merasa kesulitan mengerjakan soal matematika ini. Ia menjadi takut kalau nanti ia tidak naik kelas.

Bel berbunyi tanda waktu sudah habis. Anak lalu mengumpulkan tugas nya di depan meja guru. Lalu Pak Firman berkata.

"Ferdi kenapa kamu belum mengumpulkan. Cepat kumpulkan tugas mu!" Perintah Pak Firman.

"Saya belum selesai Pak. Saya tidak bisa mengerjakannya, karena saya tidak mengerti Pak." Jawab Ferdi ketakutan.

“Baik kalau begitu Bapak beri kamu waktu sampai jam bel pulang. Kalau kamu belum mengumpulkan nilai kamu Bapak beri nol." Ucap Pak Firman.

Ferdi lalu menjawab dengan pelan. ia takut Pak Firman semakin marah padanya.

"Baik Pak, saya segera kerjakan sekarang juga" kata Ferdi.

Lalu Pak Firman meninggalkan kelas.

Ferdi terus memandangi soal-soal matematika itu dan terlihat ia mencoret-coret kertas. Tapi wajah nya terlihat putus asa karena tidak bisa mengerjakan soal tersebut. Gio melihat Ferdi dan merasa kasihan kepada nya. Lalu berkata pada Daniel.

"Daniel... Aku ingin membantu Ferdi. Sepertinya ia kesulitan." Ucap Gio.

"Untuk apa kamu membantu nya, Ferdi itu sudah sering membully kamu. Biarkan saja dia tidak naik kelas. Lagi pula dia orang yang sombong mana mau ia di bantu." Jawab Daniel kesal.

"Ga apa-apa Daniel. Aku hanya ingin membantu nya saja." Jawab Gio.

"Ya sudah kalo itu mau mu." Jawab Daniel. Lalu mereka menghampiri Ferdi.

"Ferdi, apakah kamu perlu bantuan…?" Ucap Gio.

"Heh.., mau apa kamu! pergi sana. Aku ga butuh bantuan mu!" Jawab Ferdi dengan sombongnya.

Lalu Daniel berkata

"Hey Ferdi, kamu tidak boleh sombong!! Gio cuma ingin membantu kamu mengerjakan tugas ini. Jika kamu tidak kumpulkan nanti nilai kamu kosong dan tidak naik kelas" Jawab Daniel dengan kesal nya.

Mendengar ucapan Daniel, Ferdi lalu diam sejenak. Ia merasa memang butuh bantuan untuk tugas ini.

"Baiklah Gio. Terimakasih kamu mau membantuku. Aku memang kesulitan dalam pelajaran matematika ini. Teman-teman aku juga tidak ada yang membantu ku. Ternyata selama ini kamu tidak dendam padaku. Selama ini aku selalu membully kamu. Aku minta maaf atas semua perlakuan aku pada kamu." Ucap Ferdi dengan nada menyesal.

"Tidak apa-apa Ferdi… Ya Sudah mari aku bantu tugas mu" Jawab Gio sambil menepuk bahu nya. Lalu mereka bersalaman.

Gio lalu mengajarkan Ferdi soal yang susah. Terlihat mereka sangat serius. Kadang terdengar tawa canda mereka. Dan tugas Ferdi akhirnya selesai. Mereka bersorak gembira.

“Alhamdulillah, akhir nya selesai juga ya...” ucap Gio.

Lalu Ferdi mengucapkan terima kasih kepada Gio.

“Gio terima kasih atas bantuan mu ya. Setelah kamu ajari soal yang susah ini, saya jadi semakin paham. Saya mau serahkan tugas ini, Hmm.... Mau kah kalian menemaniku menemui Pak Firman ?”

Daniel menjawab

“ Maaf Ferdi, saya tidak bisa menemanimu. Karena saya mau ada rapat OSIS. Bagaimana kalau Gio saja.”. Lalu Ferdi melihat ke arah Gio berharap Gio mau menemani nya. Lalu Gio mengangguk dan tersenyum.

***

Menemui Pak Firman

Ferdi dan Gio sudah berada di ruangan Pak Firman. Lalu Ferdi berkata

“Pak Firman, saya mau menyerahkan tugas Matematika ini. Maaf ya Pak saya terlambat kumpulin” Ferdi menyerahkan kertas tersebut.

Lalu Pak Firman meminta Ferdi dan Gio duduk di hadapannya.

“Gio, Ferdi silahkan duduk. Bapak mau bicara” Ucap Pak Firman.

“Baik Pak” Jawab mereka.

Lalu Pak Firman mulai membuka pembicaraan.

“Ferdi, Bapak sering mendengar laporan dari teman-temanmu kalau kamu sering mengganggu Gio. Apakah kamu tahu yang kamu lakukan itu sama saja perilaku pembulian?”. Pak Firman diam sejenak lalu berkata lagi

“Poin pelanggaran kamu juga sudah banyak sekali, kamu bisa tidak naik kelas kalau begini terus”. Ferdi hanya menunduk dan berkata

“ Iya Pak, saya mengakui kesalahan saya. Saya sudah menyadari kalau apa yang saya lakukan pada Gio bisa merugikan nya. Saya juga sudah meminta maaf pada Gio, Pak” Ferdi lalu menengok ke arah Gio.

“Iya Pak, saya sudah memaafkan semua kelakuan Ferdi. Saya juga tidak dendam pada Ferdi, Pak. Saya hanya ingin memiliki teman di sekolah ini. Jawab Gio.

“Syukurlah kalau begitu. Bapak sangat bangga pada kamu Gio. Semua kebaikan kamu membuat Ferdi menjadi berubah menjadi lebih baik. Ferdi... Bapak harap kamu tidak pernah mengulangi perbuatan itu. Membuli sama saja sebuah kejahatan. Sekarang kalian saling jabat tangan. Jadilah anak-anak yang baik” Ucap Pak Firman.

Lalu mereka berjabat tangan dan berpelukan. Pak Firman lalu tersenyum dan berkata

“Baik lah Ferdi, Bapak sudah membuatkan surat untuk orang tua mu. Ada yang mau bapak bicarakan dengan orang tuamu”. Lalu Pak Firman memberikan surat itu ke Ferdi.

“Terima kasih pak kami pamit dulu” Lalu mereka bersalaman dan keluar dari ruangan tersebut.

Ferdi mulai menyadari ternyata semua yang dia lakukan pada Gio tidak ada gunanya. Selama ini Gio yang selalu ia jahati tidak sekalipun membalas nya. Gio selalu membalas perbuatan nya dengan kebaikan nya. Ferdi merasa malu pada diri nya, karena kesombongan nya ia merasa bisa berbuat apa saja. Padahal semua itu malah merugikan nya. Ferdi ingin sekali membalas kebaikan gio. Ia menyesal selama ini selalu mengejek Gio karena sepatu nya yang jelek. Ia juga selalu memanggil Gio anak kampung.

Saat liburan semester. Ferdi berlibur ke Singapura. Ia diam-diam membeli sepatu baru. Ternyata sepatu baru itu sebagai hadiah untuk Gio. Ferdi membawa kado itu ke sekolah dan memberikannya kepada Gio.

“Apa ini Ferdi ?” tanya Gio.

“Ini hadiah buat kamu. Semoga kamu suka ya” jawab Ferdi.

Lalu Ferdi dan Daniel meminta Gio membuka nya.

“Waaahh... Sepatu baru. Aku senang sekali. Terima kasih Ferdi” Ucap Gio dengan bahagia.

Lalu Gio melepas sepatu lama nya dan memakai sepatu baru nya. Terlihat senyum di wajah nya.

Ferdi dan Daniel juga ikut tersenyum melihat Gio yang bahagia.

Akhirnya Ferdi dan Gio menjadi teman baik. Ferdi tidak lagi mengejek dan membully Gio. Perilaku Gio yang sabar dan tidak pernah dendam membuat Ferdi malu. Gio selalu membalas kejahatan Ferdi dengan kebaikan dan kesabarannya. Kini perilaku Ferdi juga sudah berangsur baik. Ia juga sudah tidak pernah melanggar peraturan sekolah dan menjadi anak yang disiplin. Sedangkan Gio kini menjadi siswa yang ceria kembali dan percaya diri.

Ia merasa bahagia walaupun ia anak miskin tetapi teman-temannya sangat menyayangi nya.

Tamat

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post