Oleh : Hilyah Diya Bahij

Mungkin banyak di masa remaja kita masalah yang datang bertubi-tubi, entah itu masalah keluarga, ekonomi, lingkungan, dan masih banyak lagi. Perlu kita ketahui bahwa faktor-faktor tersebut bisa membawakan dampak negatif bagi para remaja yaitu pergaulan bebas, berupa seks bebas, mengonsumsi narkoba, tidak menghargai orang tua, dan berperilaku yang tidak sepantasnya. Orang zaman dulu berpendapat bahwa nikah muda itu hal yang wajar atau lumrah, banyak anak-anak SD belum lulus sudah disuruh nikah dengan lelaki pilihan keluarganya. Banyak orang zaman dulu menilai bahwa menyekolahkan anak perempuan itu percuma, karena ujung-ujungnya berakhir di dapur. Maklum sih... pendidikan zaman dulu masih belum menyebar dengan rata, tidak semua orang bisa sekolah, butuh waktu yang panjang dan perjuangan yang penuh untuk meraih pendidikan yang tinggi pada zaman itu.

Di era kemajuan ini kita mengalami banyak kemunduran karena kasus-kasus nikah muda yang disebabkan hamil di luar nikah, kasus ini memang tidak bisa dihindari, namanya manusia mereka punya hak sendiri untuk mengatur hidup mereka masing-masing. Tetapi itu membuat mereka rugi sendiri, anak-anak pelajar yang masih belum siap nikah disuruh nikah karena terlanjur kelewatan. Ada sebuah cerita yang lagi trending seorang anak di bangku SMA sudah hamil 4 bulan karena telah berhubungan dengan kekasihnya, akhirnya si perempuan tersebut dikeluarkan dari sekolah sementara kekasihnya masih bisa meneruskan sekolah, tetapi bukan di tempat sekolah yang ia belajar saat ini, melainkan pindah sekolah untuk menghindari rasa malu, ketika mereka ada rencana untuk menikah, keluarga si cowok tidak ingin menerima perempuan tersebut karena kondisi ekonomi yang kurang bercukupan.

Dari cerita tersebut bisa kita simpulkan bahwa perempuan yang paling banyak dirugikan, belum lagi omongan tetangga yang memberikan cap buruk pada anak perempuan. Nikah muda memiliki beberapa resiko seperti masalah ekonomi, salah satu faktor ekonomi itu sangat penting untuk kita perhatikan sebelum masuk zona pernikahan, bukannya matre ya, hanya saja kita juga harus realistis sama hidup, semakin lama kebutuhan kita sebagai manusia semakin banyak. Selain faktor ekonomi ada juga resiko gangguan psikologis, anak yang secara mental masih belum siap menikah tetapi terpaksa menikah karena keadaan, mungkin akan lebih rentan terkena cemas yang berlebihan.

Para remaja zaman sekarang cenderung mengikuti gaya hidup yang lebih bebas termasuk gaya berpacaran. Siapa sih yang tidak senang membagikan momen bahagia bersama pacar kepada banyak orang?, tentunya semua orang suka melakukan hal itu, terlebih dengan kecanggihan teknologi saat ini. Berpacaran tentu ada resikonya bukan berarti memiliki pacar, hidup akan selalu bahagia. Semakin lama tantangan kita sebagai generasi muda akan semakin berat, kita juga harus bisa berkembang ke arah yang lebih baik kan. Sudah seharusnya sebagai generasi muda, kita memiliki prinsip kuat untuk menghindari hal-hal yang seperti ini, apalagi berpengaruh terhadap mimpi kita. Dan menjadi anak generasi muda zaman sekarang itu tidak mudah, banyak banget hal yang harus kita kuatkan untuk membentengi diri kita sendiri dari hal-hal buruk yang tidak kita inginkan.

Biografi penulis

Hilyah Diya Bahij, lahir di Bondowoso pada tanggal 27 Agustus 2006. Ia melanjutkan pendidikan di Man 2 Jember.

Jika ingin mengenalnya dengan alamat email [email protected], nomer WhatsApp 083850756366