Hasti Nurdiana

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Ibu, kasihmu sepanjang zaman

Ibu, kasihmu sepanjang zaman

Rintih yang tak terdengar

Bunyi alarm menandakan sudah waktunya yang direncanakan semalam, kini tiba saatnya untuk menjalankan. Membangunkan seisi rumah untuk memulai aktivitas seperti biasa. Pagi buta dikala semua orang masih ingin terlelap di bawah selimut tebal dengan nyenyak, di dapur ibu sudah bertempur dengan panci dan teman-temannya.

Kuhampiri wanita berusia 40 tahun itu dengan langkah pelan. Ingin bertanya jam berapa beliau terbangun? Dan apakah tidur beliau semalam nyenyak? Apakah beliau tidak lelah? Nyatanya itu semua sulit untuk diucapkan dan berhenti di kerongkongan.

Melihat betapa tulusnya senyum beliau ketika memasak dan menyajikan makanan di atas meja makan. Dengan mata yang menyipit dan pipi yang tidak terasa sudah mulai menyusut tidak mengurangi kecantikan yang netural di dalam dirinya. Apakah aku melewatkan banyak hal? Sehingga tidak menyadari perubahan padanya. Wanita hebat yang selalu kuat di segala keadaan. Memberikan pengertian serta perhatian tanpa diminta dan kasih sayang yang tiada tara. Raut bahagia yang selalu terpancar di wajah indahnya. Membuat siapa saja yang melihatnya akan ikut bahagia.

Tubuh itu tidak berhentinya melakukan segala pekerjaan di sepanjang hari. Kewajiban yang beliau lakukan dengan sepenuh hati membuat kami kagum kepadanya. Memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya guna membahagiakan kami yang terkadang tidak tahu diri ini. Bagaimana bisa aku meminta segala bantuan kepada beliau, tanpa melihat kulit tangan yang sudah mulai mengering itu. Memintanya untuk menemani tidur ketika rasa takut selalu menyerang secara tiba-tiba. Beliau yang mengetahui segala hal tentang anaknya, tersenyum dan menenangkan dengan usapan lembut juga kata-kata penenangnya.

Ucapan beliau yang selalu teringat, “Jangan pernah berhenti menjadi orang baik, meski kita tidak pernah diperlakukan baik.” Petuah yang selalu beliau ucapkan kepadaku. Wanita yang selalu memberi contoh terbaik dan selalu mendo’akan agar kelak anak-anaknya menjadi manusia yang berguna bagi agama, nusa, dan bangsa serta membahagiakan keluarganya. Tidak ada kata pamrih sedikitpun padanya.

Rintihan yang beliau sembunyikan begitu rapi hingga kita tidak mampu mendengarnya di keheningan malam. Suara itu mengudara hingga terbawa angin tanpa menyisakan kecurigaan. Terlalu menikmati pemberian yang beliau beri, hingga lalai bagaimana bisa beliau memberi segalanya tanpa mengharapkan apa pun?

Air mata yang tidak berhenti mengalir di kedua pipinya tatkala beliau mengangkat kedua tangannya, menengadah berdoa kepada Tuhan untuk kesembuhan anaknya ini yang berbaring lemas di atas kasur. Air mata ketulusan itu tidak akan ada yang mampu menggantikannya. Kasih sayang serta ketulusan yang ada padanya selalu teringat dalam memori kecil ini.

Menggantikan air mata yang tidak pernah menetes di hadapan anaknya, dengan kebahagiaan yang dapat menghilangkan kecurigaan. Kisah kasih sayangnya yang akan selalu teringat sepanjang zaman, bahkan hingga peradaban dunia.

Biodata penulis:

Hasti Nurdiana. Gadis kelahiran Banjar, 12 November 2003 kini bersekolah di SMA Negeri 2 Banjar. Gadis penikmat hujan dan bulan di malam hari ini dapat dihubungi melalui [email protected] atau 081991529530.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post