30 November 2024.

Jea namanya, 17 hari lagi rasa kekecewaannya benar benar dipuncak. Tak tahu siapa yang harus disalahkan, mungkin egonya namun rasa kecewa pasti akan dialami setiap manusia, insyaAllah dari rasa kecewa ini akan membuka pintu rezeki baginya. Saya sebagai penulis berharap ia tak akan larut dalam rasa sedihnya, ia harus terus berusaha sendiri hingga pelatih selalu mengingat namanya untuk berbagai keperluan, terutama perlombaan.

Jea duduk diantara temannya yang akan pergi, ia menonton teman temannya yang mencoba mengkompakkan gerakan vafor yang sangat ia kagumi dahulu, "emang belum rezeki, pasti ada kesempatannya" ucapnya dalam hati sambil memendam rasa kecewa, kecewa yang berulang di bidang yang sama. Berbagai celetukan temannya ia dengarkan "harusnya kau ikut saja Je" ucap salah seorang teman, Izrak "Ya siapa yang gamau" jawabnya.

Sebagai masyarakat kelas ekonomi menengah ia harus maklum dengan segala keterbatasan ekonomi untuk kebutuhan sekunder dan tersier, kebutuhan pokok harus dipenuhi terlebih dahulu terutama pendidikan, menurut keluarganya pendikan termasuk kebutuhan primer hal ini secara turun temurun ditanamkan oleh keluarganya yang memilki darah batak, dimana sangat khas dengan keteguhan prinsip dan tekad dalam menempuh pendidikan.

"Yah mungkin lain kali akan menjadi rezekiku" batinnya. Tanpa ada latar belakang organisasi di bidang ini sebelumnya, Jea dengan percaya diri mencoba mencari perhatian yaitu ketika pelatih mencari sekretaris bulanan dan komandan bulanan. Jea menjadi sosok perempuan pertama yang berdiri dengan sedikit gemetar bermodal dukungan oleh kedua temannya, Fio dan Fatimah.

Dan kini entah sisah berapa hari mungkin satu atau ini hari terakhir. Ia berharap perannya tidak berhenti di sekretaris bulanan saja, harus lebih agar dapat membuktikan bahwa ia memiliki potensi namun pelatih belum melihatnya atau potensi tersebut memang sedang dianyamnya untuk saat ini. Bermodal optimis dan husnudzon kepada sang Pencipta Jea percaya rezeki nya akan datang melalui organisasi ini.