Fatimah Rasyida

Arsip. Kolaborasi antara pikiran, perasaan, dan jari jemari Fatimah Rasyida, sesuai dengan nama akun ini. ps. arsip di-upload sesuai dengan keinginan...

Selengkapnya
Navigasi Web

Kembali

Menghela napas kemudian menahannya. Menyadari kalau aku tidak boleh mengeluh disaat yang seperti ini. Hari ini adalah hari pertamaku masuk kerja setelah sekian lama menganggur menunggu keajaiban.

Di sini lagi di sini lagi, kataku dalam hati ketika melangkahkan kaki ke dalam gedung yang sudah kukenal baik selama tiga tahun. Tempat dimana kata orang kenangan indah masa remaja alias SMA. Yaah, seperti yang kalian lihat, aku diterima kerja menjadi guru di sekolahku dulu. Entah kenapa ada keajaiban yang seperti ini muncul di kehidupanku.

“Aduh, pangling bunda ngeliatnya. Sudah jadi rekan kerja lagi ya, bukan lagi jadi anak murid,” sapa salah satu guru yang kukenal di sana.

“Hehe, sekarang Bunda harus manggil aku bunda juga,” kataku. Setelah berpamitan, aku masuk ke lebih dalam gedung lima—eh, sekarang sudah jadi tujuh lantai!

Aku benar-benar melongo melihat ada lift khusus guru di tempat yang dulunya gudang, tempat aku dan teman-temanku bersembunyi untuk bolos pelajaran. Tujuh lantai, dan anak muridnya tetap memakai tangga, sudah mencari ciri khas. Setiap ke kelas yang berada di lantai empat dulu rasanya ngos-ngosan.

Aku masuk ke ruang guru. Ke tempat yang sebelumnya tidak ada. Terlihat banyak sekali guru yang fokus dengan pekerjaannya masing-masing. Yang fokus mengetik soal, atau juga ada yang sedang mengajar online yang membuatnya menjadi pusat suara yang sudah biasa disana.

Assalammualaikum, teman-teman, bagaimana kabar semuanya? Sudah pada snack time semua kan sebelum pelajaran Ustadz? Snack time apa hari ini Stormcy?”

Seiringnya waktu, nama anak-anak semakin ribet saja. Entah sudah berapa kali aku terkejut hari ini. Menatap daftar absen yang namanya bikin senam lidah sebelum menyebutnya. Dan juga seiring waktu banyak guru-guru baru yang tidak kukenali dan juga guru-guru lama yang sudah tidak lagi mengajar di sekolah, entah itu pindah atau keluar. Yang tersisa hanyalah orang-orang yang memiliki tekad kuat, dan betah mengajar di sekolah itu.

Hari ini aku hanya melihat bagaimana para guru mengajar anak muridnya. Diam termenung di meja pojok. Aku menjadi tahu apa yang dirasakan salah satu guru yang dulu seperti ini ketika aku masih menjadi anak murid. Kali ini aku melihat cara mengajar salah satu guru yang dulu juga mengajarku. Pembawaan belajarnya terlihat berwibawa, menunjukkan sifat yang sedikit keras akibat pengalaman-pengalaman yang sudah terbentuk. Membuat para siswa patuh dan mengikuti pelajaran beliau dengan baik.

Saat istirahat aku bertanya ke pada segerombolan geng siswa yang asyik mengobrol, “Gimana tadi pelajaran PAI-nya?”

“Gaenak bun, setiap pelajarannya selalu apalan mulu, mana Bundanya galak lagi,” kata salah satu anak.

“Emangnya galaknya gimana?”

“Yaah, mukanya nyeremin, kek muka-muka mau marah gitu, urat-urat lehernya keliatan banget,” lanjutnya. Aku tersenyum-senyum sendiri mendengarnya, padahal beliau salah satu guru yang paling asyik diajak curhat dan ngobrol sewaktu aku masih menjadi murid.

“Eh, tapi, aku kaget lho, ngeliat bunda ngobrol sama dia, terus suasananya jadi beda gitu, bundanya ketawa-ketawa, kayak bukan pas lagi belajar.”

Aku tertawa dan mengangguk mengerti, “mau tau rahasia? Dulu Bunda juga sekolah di sini. Jadi Bunda juga salah satu anak murid beliau.”

“Eh? Beneran?! Dulu Bunda pernah dimarahin gak kalau gak apal hafalan yang disuruh?”

“Bunda dulu hafalannya masih dikit, terus hampir gak pernah liat beliau marah. Soalnya pas Bunda sekolah dulu, beliau baru masuk jai guru baru, terus orangnya ramah banget,” kataku menyombongkan diri.

“Haha! Kamu bilang gitu ke anak-anak?” tanya beliau ketika kami mengobrol selepas jam pelajaran berakhir.

“Seharusnya kamu jangan bilang gitu, itu masa-masa muda bunda dulu. Nanti kalau mereka nyuruh bunda kayak yang apa kamu ceritain kan bunda yang repot,” lanjutnya. Tentu saja itu hanya sebatas bercanda.

“Tapi Bunda beda banget lho ngajarnya, gak kayak dulu. Tadi aja aku agak kaget ngeliatnya,” kataku.

“Kagetan siapa sama bunda, kamu yang dulu ogah-ogahan kalau belajar, paling ngeyel kalau dikasih tau tiba-tiba jadi guru, disini pula jadi gurunya,” kata beliau. Kami tertawa bersama.

Aku dulu yang terlalu malas dan paling susah dikasih tau guru, malah jadi guru. Entah itu keberuntungan atau memang karma yang kudapat.

“Yaah, setidaknya kamu berubahlah, jadi lebih bertanggung jawab dan jadi lebih dewasa. Bunda sama guru-guru yang lain juga pangling ngeliat kamu lho, beda banget.”

Seiring waktu semua orang berbeda. Dari yang tadinya masih kecil entah beberapa tahun kemudian menjadi remaja. Begitu pula yang remaja menjadi dewasa, dan yang dewasa menjadi lebih tua. Semakin bertumbuh juga semakin banyak pengalaman dan pelajaran yang didapat setelah menjalani kehidupan.

Aku tersenyum kecil mendengarnya, meskipun seperti kembali lagi ke masa lalu, tapi dalam keadaan yang berbeda membuatku merasa bersyukur dengan banyak pilihan yang telah kupilih sebelumnya. Setelah kembali ke sana aku sadar bahwa aku juga sudah berubah. Beda dari yang dulu. Semua perasaan-perasaan labil itu akhirnya terbayarkan.

“Jadi, jangan takut berubah, karena seiring waktu dengan sendirinya kalian sendiri juga akan berubah. Entah itu dari pengalaman ataupun pelajaran yang kalian dapati ketika berkecimpung ke ‘dunia yang sebenarnya.” Aku tersenyum. Sambil menatap semua siswa yang menyimak ceramah awalku sebelum pembelajaran dimulai.

Dari pengalamanku, seorang guru baru.

Nusantara, Juli 30xx

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post