Being A Human (14)
Chapter 14
Sebenarnya setiap mahasiswa yang sudah selesai presentasi hasil akhirnya dan tidak mendapat email sih sudah cukup dibilang lulus. Dan kmi berdua tidak mendapat email itu. tapi tetap saja pihak kampus tetap membuat website kelulusan untuk kami—para mahasiswa akhir untuk menaruh kesan-pesa, dan video ucapan kelulusan dari adik-adik angkatan.
Setelah presentasi skripsiku, aku menjadi sibuk untuk mempersiapkan keluusan. Aku ditunjk sebagai panitia perwakilan dari jurusanku dengan orang temanku. Kami juga yang mendesain website kelulusan dan membuat berbagai kegiatan disaat menunggu acara yang akan diadakan sebulan lagi.
Aku di bagian dokumentasi dan seksi repotnya. Aku dan beberapa orang dari berbagi jurusan harus mewawancarai beberapa orang dari adik kelas, satu angkatan, dan alumni untuk memberlikan ucapan selamand dan sebagainya yang ingin disampaikan, dan akan ditampilkan pada saat acara wisuda.
Dan juga dua minggu sebelum wisuda, akan ada acara dari kejurusan dan angkatan untuk acara bebas yang akan diadakan selama beberpa hari di luar daerah. Acaranya menginap begitu, dan aku juga ditunjuk sebagai paniti untuk kedua acara tersebut jadi selama sebulan itu aku memilki tiga pekerjaan sekaligus yang harus diselesaikan.
Sejak awal aku memang tidak ikut organisasi kampus karena menurutku itu terlalu repot dan sibuk. Tapi meskipun aku tidak mengikuti organisasi, banyak teman-temanku yang ikut dan memintaku untuk membantu mereka. Dan jadilah banyak orang di organisasi yang mengenalku, dan tidak jarang mereka memintaku bergabung ke organisasi kampus, dan aku selalu menolaknya.
Selama sebulan itu aku selalu terlambat pulang dan menjadi lupa dengan tugasku di rumah. Menyiapkan akan malam, dan bersih-bersih. Dan jadilah Hayakawa yang mengalah dan dia yang memasak makan malam kalau aku tidak ada. Dan di akhir minggu aku selalu meyempatkan untuk bersih-bersih, sekedar membereskan yang berantakan, membuang sampah, dan sebagainya. Setelah itu aku kembali pergi untuk menyiapkan segala hal di kampus.
Hayakawa juga masih santai seperti biasanya. Tapi terkadang Shiraishi berkunjung ke rumah. Dan Hayakawa sepertinya masih mengikuti muay-thai meskipun tujuannya mengikuti muay-thai sudah terpenuhi.
Dan tentu saja, seperti mausia pada umumnya—meskipun Hayakawa tidak terlihat sepetri mausia amat—ada kalanya ia bosan karena selalu di rumah dan hanya bermain catur, shogi, dan membaca buku. Jadi dia sering jalan-jalan kesekitar apartementi sekalian jogging dan menjelajahiberbagai taman yang berada di daerah apartement kami. Dia hannya mengamati tumbuhan yang tumbuh ditaman. Menganalisanya. Bahkan aku tidak sengaja melihatnya sedang ada di taman kampus sambil mengamati tumbuhan yang terkadang Hayakawa memetiknya dan langsung memakannya. Teman-teman panitia langsung menyebutnya orang aneh karena memakan sembarang tanaman. Aku sih tidak heran, kalau dia memakannya pasti tumbuhan itu memang bisa dimakan.
Terkadang saat aku pulang, aku melihat ada berbagai tumbuhan aneh di dapur, dan melihat Hayakawa yang sedang menyiapkan makan malam.
“Memangnya di supermarket menjual tumbuhan-tumbuhan aneh ini?” tanyaku.
“Tidak. Aku memetiknya di taman kampus. Tumbuhan-tumbuhan itu cocok dijadikan salad dan untuk menambah aroma kari,” jawabnya
“Makan malamnya salad? Kau yakin?”
“Ya, sekalian buat sarapan besok pagi. Kalau kau tidak mau salad, bikin aja tamagoyaki sendiri,” kata Hayakawa tak acuh
Sebenarnya terkadang aku bisa melihat wajah hayakawa yang seperti menginginkan sesuatu dariku—maksudku seperti ingin meminta tolong, tapi aku mengabaikannya karena saat itu aku sedang sibuk. Dia juga lebih sering keluar rumah setelah melamun di ruang makan. Seperti dia tidak ingin yang ia pikirkan itu mengusiknya dan akhirnya memutuskan untuk keluar untuk mencari udara segar. Karena itu Hayakawa lebih cool dari biasanya. Game yang kami beli patungan jadi jarang dimainkan akhir-akhir ini.
“Kau harus datang ke acara jurusan lho! Semuanya wajib ikut,” seruku setelah mandi.
“Harus banget ya?”
“Itu acara perpisahan lho, kau bakalan menyesal lho, tidak kenal siapa-siapa lho selain aku selama kuliah nanti,” kataku.
“Harus banget?” Hayakawa mengulangi perkataanya untuk kedua kalinya, dan aku juga menjawabnya seperti apa yang kujawab sebelumnya.
“Harus..”
“Ah sudahlah, terserah kau saja. Tapi untuk kau itu wajib, kalau kau ogah ikut nanti kuseret dari rumah sampai ke tempatnya,” kataku kesal.
“Jadi terserah apa wajib?”
“WAJIB UNTUKMU.” Aku menegaskan kata-kataku. Hayakawa hanya menjawabnya dengan decakan.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
*Author Note* (*) Sorry for late update. I forgot to updating, tho this story still continue in my ms word.lol (*) My keyboard still broke, and sometimes it really made me like an idiot. (*) HOW DARE U KEYBOARD. WHY YOU DO THAT TO ME?