Lima Sahabat dan Permainan Tradisional
Tema : Pemuda Harapan Masa Depan
Judul : Lima Sahabat dan Permainan Tradisional
Karya: Fajareza Ayu Pramesti
Biodata Penulis :
Nama lengkap : Fajareza Ayu Pramesti
Tempat Tanggal Lahir : Bojonegoro, 9 Maret 2002
Nama Universitas : Universitas Negeri Surabaya
Alamat e-mail : [email protected]
Telepon : 087733884046
“Lima Sahabat dan Permainan Tradisional”
Usai pembagian rapot di sekolah, akhirnya Upik bisa menikmati liburan panjang. Meskipun semester ini ia belum berhasil menduduki peringkat pertama dalam kelasnya, tetapi Upik masih mendapatkan peringkat tiga besar dan tetap mendapat nilai yang lumayan baik. Meskipun demikian, persoalan peringkat tidak membuat Upik sedih berlarut-larut. Sebab, libur sekolah sudah di depan mata dan ia membayangkan pasti keluarganya sebentar lagi akan mengajaknya pergi ke suatu tempat wisata yang menyenangkan. Upik sangat tidak sabar untuk pergi menikmati liburan. Bahkan, Upik bingung untuk memilih pakaian mana yang akan dia pakai. “Kali ini aku pakai baju yang mana ya?” Tanya Upik dalam hati. “Ah yang biru sangat bagus, tapi yang merah juga sangat cocok!” Upik pun pergi menemui ayah dan ibu yang sedang asyik menonton TV di ruang tamu. Lalu Upik berbincang dengan mereka, “Ayah, Ibu, bagaimana kalau semester ini kita pergi liburan ke pantai di Bali? Aku sangat ingin pergi ke sana”. Ayah dan ibu tiba-tiba hanya saling pandang, lalu ayah berkata “Nak, liburan kali ini sebaiknya kita pergi ke Yogyakarta saja ya, karena kita kan sudah lama tidak mengunjungi Kakek dan Nenek.” Mendengar hal tersebut, Upik sangat kecewa dan sedih dengan pernyataan Ayah, tapi Upik harus menerima keputusan itu.
Untuk sejenak menenangkan pikiran, akhirnya Upik pun memilih pergi keluar. Ia bergegas menjemput empat orang sahabatnya, dan mengajak mereka untuk bermain ke markas mereka, yaitu di sebuah taman dekat rumah. Berkumpulah kelima sahabat ini yaitu, Upik, Nina, Erlin, Seno, dan Amir. Setibanya mereka di taman, Upik segera menceritakan kejadian gagal liburan ke tempat wisata yang membuatnya sedih. Mendengar hal tersebut, Nina pun berusaha menenangkan Upik, dan menjelaskan bahwa dirinya juga mengalami hal serupa. Pada liburan semester ini, keluarga Nina juga memutuskan untuk berlibur ke kampung halaman ayah Nina yaitu Jakarta. Tak lama, Amir pun menyahut dan menjelaskan bahwa dirinya juga akan pergi ke Lampung, dikarenakan sang Nenek sakit. Mendengar bahwa teman-temannya juga sama-sama tidak pergi ke tempat wisata, Upik pun menjadi lega dan rasa sedihnya perlahan berganti menjadi penasaran.
“Jadi kalian bertiga akan berlibur ke desa semua ya teman-teman?” Tanya Seno.
“Iya sen, kalau kamu liburan semester ini mau pergi kemana?” Balas Nina.
“Aku dan keluarga sih belum merencanakan akan pergi kemana” Jawab Seno.
“Bagaimana jika kamu pergi ke Bali Sen, ke rumah paman kamu, pasti asik sekali” Saran Nina kepada Seno.
“Boleh juga, tetapi saya rasa liburan di sana sangat membosankan, kira-kira kegiatan apa ya yang bisa dilakukan”” Tanya Seno.
Upik menyarankan sebuah ide, “Bagaimana jika kita membuat misi untuk membawa atau membuat permainan tradisional dari masing-masing daerah halaman kita, dan memainkannya bersama setibanya kembali ke Surabaya. Selain kita bisa mainkan bersama nantinya, kita juga bisa mengetahui apa permainan tradisional daerah kita dan melestarikannya” Saran Upik. Misi tersebut direncanakan untuk mengetahui sekaligus belajar tentang keragaman budaya di daerah masing-masing untuk mengisi liburan mereka. Amir pun meyakinkan Seno, bahwa di desa, kita juga dapat melakukan kegiatan yang menyenangkan salah satunya permainan tradisional yang sudah jarang ada dimainkan di kota-kota besar seperti Surabaya.
Melihat teman-temannya bercerita akan berlibur ke kampung halaman masing-masing, Erlin yang tidak memiliki kampung halaman alias tetap di Surabaya pun dalam hatinya bersedih. Wajah Erlin pun berubah menjadi murung, Nina langsung paham bahwasannya Erlin akan menghabiskan liburannya di rumah saja karena Erlin tidak mempunyai desa. Nina pun coba menghibur Erlin dan menjelaskan bahwa permainan tradisional di Surabaya tidak kalah asik dengan permainan kota-kota lainnya. Perlahan Erlin pun mulai percaya bahwa menghabiskan liburan di Kota Surabaya tidak seburuk yang ia bayangkan. Ia juga masih tetap bisa bermain ke mall, Pantai Kenjeran, kebun binatang, maupun alun-alun. Akhirnya kelima sahabat pun setuju dengan pendapat Upik, untuk membawa oleh-oleh permainan tradisional dari daerah mereka masing-masing. Setelah mecapai titik terang, masing-masing dari mereka kembali ke rumah dan bergegas untuk menyiapkan rencana liburan mereka.
Beberapa hari berlalu, Upik pun sudah tiba di kampung halamannya yaitu Yogyakarta. Disana iya disambut ramah oleh Kakek dan Nenek. Setibanya turun dari mobil, ia segera melihat tampilan rumah kuno, luas dan sangat nyaman. Benar sekali! itu adalah rumah Nenek dan Kakek Upik. Tidak hanya itu, baru juga memasuki ruang tamu, Upik sekeluarga dikagetkan dengan bau khas masakan kesayangan Upik dengan resep andalan nenek, yaitu adalah Gudeg. Gudeg merupakan makanan khas Yogyakarta yang selalu Upik idamkan saat berada di Yogyakarta. Dengan segera Upik bersih-bersih dan menyantap masakan Nenek dengan lahap. Selepas makan, Upik diajak berkeliling melihat sawah oleh Kakek. Disana ia melihat sapi, kerbau, kambing, pegunungan, sungai, bahkan sampai air terjun. Upik pun tidak menyesal dan sangat menikmati liburannya kali ini, seketika ia lupa akan rencananya ingin berlibur ke pantai.
Keesokan harinya, mengingat perjanjian dengan sahabatnya untuk membawa permainan tradisional asal daerah masing-masing, Upik pun bertanya kepada Kakek apa permainan tradisional asal Yogyakarta. Dan Kakek menjawab permainan tradisional Yogyakarta atau Jawa Tengah salah satunya yaitu Congklak atau Dakon. Mendengar penjelasan Kakek tersebut, Upik segera meminta Kakek mengantarkannya untuk membeli permainan congklak. Namun kakek menolaknya, “Daripada harus membeli nduk, ayo lebih baik kita membuat sendiri dan memanfaatkan bahan-bahan dari kebun belakang rumah” Ajak Kakek. Karena penasaran, seketika Upik mengiyakan ajakan Kakek. Disana Upik dan Kakek mulai membuat congklak dengan menggunakan potongan kayu mahoni dan melubanginya dengan bentuk setengah lingkaran sebanyak 12 lubang. Untuk biji congklaknya, Kakek memberikan beberapa biji jagung untuk dimasukkan kedalam lubang dan disebar. Upik sangat menikmati proses pembuatan congklak bersama Kakek. Setelah pembuatan congklak selesai, tak lupa Kakek mengajarkan Upik cara memainkannya. Upik sangat senang dan tersadar bahwa liburan kali ini, ia belajar banyak hal baru yang sebelumnya belum dilakukan serta dianggapnya membosankan dan tidak asik. Setelah puas berlibur, Upik pun kembali ke Surabaya karena tak terasa sebentar lagi sekolah akan kembali dimulai.
Hari pertama sekolah pun tiba. Kelima sahabat ini pergi ke sekolah dengan membawa misinya yaitu permainan tradisional daerah mereka masing-masing. Sewaktu istirahat, mereka satu persatu bercerita tentang liburannya dan mengenalkan permainan yang mereka bawa. Upik dengan Congklak asal Yogyakarta. Seno dengan Gasing Raksasa asal Bali. Nina dengan Gundhu asal Jakarta. Amir dengan Egrang asal Lampung. Dan Erlin dengan Lompat Talinya asal Surabaya. Mereka berlima pun saling bertukar permainan dan belajar cara memainkannya. Sangat lucu sekali ketika Nina mencoba Egrang milik Amir, ia sering terjatuh karena kesusahan untuk berdiri di atas bambu. Meskipun demikian, Nina tetap tidak patah semangat untuk terus mencoba hingga akhirnya ia berhasil berjalan meskipun hanya 3 langkah. Seperti halnya Nina, Upik pun meminjam Lompat Tali milik Erlin, dengan masing-masing sisinya dipegang oleh Seno dan Amir, Upik pun berhasil melompat setinggi perut tanpa menyentuh tali. Mereka berlima sangat senang dalam memainkan permainan tradisional dan sejenak melupakan gadget mereka masing-masing.
Dari misi ini mereka bisa menambah wawasan mengenai permainan tradisional yang mungkin belum mereka tau asal keberadaan dan cara memainkannya. Serta diharapkan dengan bermain permainan tradisional dapat menghindarkan permainan ini dari kepunahan dan menaikkan kembali penggunaan permainan tradisional oleh kalangan anak-anak, agar mereka tidak lagi bermain gadget. Kemajuan teknologi memang sangat baik, tapi alangkah baiknya lagi, apabila generasi penerus bisa tahu dan tidak lupa akan apa yang dulu nenek moyang kita ciptakan. Jadi teman-teman jangan lupa mencoba macam-macam permainan tradisional yang ada di Indonesia ya, selagi permainan ini masih ada, ayo mari kita jaga dan lestarikan dengan cara memainkannya.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar