Faiza Karimatuz Zahida

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Season 2 - Di rumah rawat (3)

“Bagaimana Pro (dokter)?”

“Em, maaf. Tapi kami tidak bisa menyembuhkannya. Para Pro terhandal yang menguasai kekuatan sihir tingkat tinggi juga turun tangan menangani anak pigenda – sebutan yang berarti kamu untuk penyihir perempaun yang sudah memiliki anak– tetapi tidak bisa. Seperti ada selaput tipis yang menutupi bola mata hijaunya–”

“Bola mata hijaunya? Bola matanya bewarna hitam Pro. Bukan hijau.”

“Tapi ketika saya memeriksa matanya, matanya menjadi bewarna hijau. Awalnya bewarna hitam. Tetapi kemudian tiba-tiba berubah menjadi hijau.”

“Ah, ya, ya. Lalu bagaimana dengan Grabiela Pro?”

“Kemungkinan besar, dia akan buta seumur hidup.”

“Apa!”

“Apakah benar, Grabiela buta Pro?” Seseorang itu masih tidak percaya bahwa anaknya buta.

“Ya. Dia memang terlihat tidak buta. Kelopak matanya masih terbuka. Tetapi bola matanya tidak berfungsi lagi. Itu sebabnya ia menatap datar semuanya. Karena dia tidak bisa melihat.”

Sayup-sayup aku mendengar percakapan itu. Aku ada dimana? Siapa penyihir yang bercakap-cakap tadi? Aku mengucek mataku yang gatal. Tapi tertahan.

“Jangan mengucek matamu.”

“Kenapa? Mataku gatal sekali.”

“Karena matamu dipasang banyak alat medis. Dan jika kamu mengucek mata, akan berakibat fatal. Aku akan membantu menghilangkan rasa gatal itu di matamu.”

Belum habis Pervat – perawat – itu mengucapkan kalimatnya, Aku sudah mengucek kedua mataku.

“AAA!” Aku berteriak kencang.

“Pro harpy! Pasien nomor 10! Sedang mengalami kecelakaan! Darurat! Semua Pro ahli mata, cepat menuju ke kamar nomor 10! Cepat! Darurat! Ini sangat darurat!” Seorang Pervat – perawat – berbicara keras. Mungkin dia sedang memberitahu para Pro – dokter – ahli mata melalui tongkat sihir. Ya, Telekating.

Sekarang aku berada di rumah rawat. Entah siapa yang membawaku kesini. Apakah ibuku yang membawaku kesini?

“Kenapa dia?!”

“Dia mengucek matanya. Gatal. Sudah kularang, tetapi dia tidak mau mendengarkan.”

“Kenapa kamu tidak menghilangkan rasa gatal di matanya?”

“Aku sudah hampir melakukannya. Tetapi dia sudah mengucek kedua matanya.”

“Ini serius. Dia menekan alat-alat terbuat dari sihir yang terpasang di kedua matanya. Kelopak matanya masih terbuka lebar. Ia menekan alat-alat terbuat sihir di matanya dan membuat bola matanya sakit. Belum lagi, alat yang dipasang di matanya ada yang tajam. Bola matanya bisa terluka. Swony! Ambil alat itu!”

“Baik Pro!”

***

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post