Fadila Amaliah Ramadhani

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Chapter 1

Chapter 1

Hari - Hari Yang menyedihkan

Ini merupakan hari kedua tanpa Fany bersama mereka. Kesedihan dan kekhawatiran selalu menghantui mereka. Bahkan mereka sering berhalusinasi jika mereka bermain bersama Fany dan bersenang-senang bersama Fany seperti biasanya.

Rasa bersalah sering kali dirasakan oleh Sarah di dalam dirinya. Dia selalu menyalahkan dirinya sendiri atas kejadian ini. Hampir setiap dia mengingat Fany air matanya jatuh begitu saja. Dia tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri jika Fany benar-benar tidak kembali bersama mereka lagi.

"Assalamualaikum," kata seseorang dari balik pintu.

"Waalaikumsalam," teriak ibu Sarah dari dalam rumah dan bergegas membuka pintu.

Nurul dan Rani datang untuk menjenguk Sarah. Karena belakangan ini dia sedang sakit karena stress akibat masalah yang menimpa temannya itu. Ibu Sarah pun mempersilahkan teman-teman Sarah untuk masuk, dan mengantar mereka menuju kamar Sarah.

"Masuk saja nak, Sarah ada di dalam." kata Ibu Sarah.

"Iya tante, terimakasih. Kalaau begitu kami masuk dulu." kata Rani.

Mereka mengetuk pintu kamar Sarah dan berharap akan ada respon dari Sarah. Tapi ternyata tidak, Sarah sama sekali tidak merespon mereka. Rani dan Nurul pun memutuskan untuk segera masuk dan melihat kondisi Sarah.

Nampaklah Sarah yang sedang terbaring lemah di atas tempat tidurnya. Rani dan Nurul merasa sangat kasihan melihat kondisi temannya itu.

"Sarah, bagaimana keadaan mu?" kata Nurul sambil duduk di damping Sarah.

"Bagitulah, kalian lihat saja." kata Sarah sambil menatap keluar jendela.

"Sudahlah Sarah, sebaiknya kamu tidak memikirkan yang macam-macam. Kesehatan mu itu penting, fokuslah untuk sembuh dulu ya!" kata Rani.

"bagaimana aku bisa tenang, kita sama sekali belum mendapatkan kabar dari Fany. Entah dimana dia berada, bagaimana keadaannya,apakah dia baik-baik saja? Atau dia tidak akan kembali bersama kita lagi untuk selamanya? Ini semua salahku, aku sangatlah ceroboh." Seketika air matanya pun jatuh tanpa diperintah.

Nurul dan Rani memeluk Sarah untuk menenangkannya. Dia sangat tidak tega melihat kondisi temannya saat ini. Apalagi Fany juga tak kunjung di temukan dan belum ada kabar sama sekali tentangnya.

"Dimana kamu Fan? Kami mengkhawatirkanmu, kami merindukanmu." kata Nurul dalam benaknya.

Tak lama kemudian, ibu Sarah datang dan membawa makanan untuk Sarah dan juga cemilan untuk temannya. Tapi Sarah sama sekali tidak memiliki nafsu untuk makan. Setiap kali dia ingin makan, dia teringat dengan Fany. Apakah Fany juga makan disana? Apakah ada yang merawatnya? Begitulah isi kepala Sarah selama ini.

"Nak, sebaiknya kamu makan agar bisa sembuh. Kasihan, jika nanti Fany kembali kamu dalam keadaan seperti ini, dia pasti akan sangat sedih melihat mu." kata ibu Sarah.

"Apakah dia akan kembali? Apakah dia akan marah kepadaku karena membiarkannya lompat dari pesawat itu? Atau bahkan dia tidak ingin lagi melihat ku." kata Sarah.

"Tidak nak, ibu yakin dia pasti akan mengkhawatirkan mu. Dan ibu juga yakin bahwa dia akan kembali bersama kalian selamanya." kata ibu Sarah sambil menenangkannya.

Kini mental Sarah sedang tidak baik-baik saja. Dia mengalami depresi dan trauma karena semua kejadian ini. Dia sangat takut jika Fany tidak akan kembali lagi untuk selamanya.

"Kalau begitu, kami pulang dulu tante." kata Nurul berpamitan.

"Sarah, cepat sembuh ya! Makanannya jangan di anggurkan seperti itu, kamu harus semangat." kata Rani sambil menepuk pundak Sarah.

"Hmm, baiklah." Sarah pun tersenyum kepada kedua temannya.

Nurul dan Rani berniat untuk pergi ke rumah Fany dan menjenguk ibu Fany juga. Kondisi ibunya juga sangat menyedihkan. Sama hal nya dengan Sarah, dia begitu mengkhawatirkan keadaan Fany dan sangat takut jika Fany tidak akan kembali lagi.

Sesampainya di rumah Fany, mereka ragu untuk mengetuk pintu karena takut mengganggu istirahat ibu Fany. Jadi mereka memutuskan untuk pulang saja. Tiba-tiba, ibu dan ayah Fany baru saja datang. Entah dari mana mereka.

"Nurul? Rani? Ada apa kalian kesini?" tanya ibu Fany kepada mereka dengan wajah yang sangat pucat.

"Tidak apa-apa tante, kami hanya ingin melihat keadaan tante. Apakah tante sudah baikan?" tanya Rani.

"Oh, begitu. Tante baik-baik saja kok! Kalau begitu ayo kita masuk ke dalam." kata ibu Fany sambil membuka pintu dan mempersilahkan mereka masuk.

Nurul dan Rani pun duduk di ruang tamu rumah Fany. Mereka melihat ada banya foto-foto keluarga mereka bersama Fany. Mereka pun akhirnya bersedih dan kepikiran tentang Fany.

"Apakah kalian merindukannya?" tanya ayah Fany.

"Sangat merindukannya, entah dimana dia sekarang." kata Nurul.

"Hmm, mungkin inilah alasan kenapa om tidak mengizinkan kalian pergi. Tapi om juga tidak bisa menghalangi kebahagiaan kalian." kata ayah Fany.

"Kami benar-benar minta maaf. andai saja waktu itu kami mendengarkan perkataan om, pasti Fany akan baik-baik saja." kata Nurul.

"Tidak apa-apa anak-anak. Ini bukan sepenuhnya salah kalian, ini sudah rencana yang di atas." kata ayah Fany.

Mereka pun terdiam sejenak.

"Ayo, silahkan diminum." kata ibu Fany mengagetkan mereka.

"Yaampun, tante tidak perlu repot-repot. Sebaiknya tante istirahat saja." kata Nurul.

"Tidak repot kok, tenang saja."

"Oh iya, tadi tante dari mana ya?" tanya Nurul.

"Tadi tante baru saja pulang dari dokter." kata ibu Fany.

"Lalu apa kata dokter?" tanya Nurul.

"Kata dokter sebentar lagi tante akan segera pulih, tapi menurut tante ini juga sudah pulih kok." kata ibu Fany.

"tapi tante masih terlihat sangat pucat." kata Rani.

"Tidak apa-apa. Oh ya, bagaimana keadaan Sarah? Apa dia juga baik-baik saja?" kata ibu Fany sedikit mengkhawatirkan kondisi Sarah.

"Kami baru saja dari menjenguknya, dan dia sama sekali tidak ingin makan." kata Rani.

"Kenapa begitu?" kata ibu Fany.

"Kami juga tidak tahu tante, mungkin dia kepikiran dengan Fany." kata Rani.

"Kasihan sekali, dia pasti sangat sedih. Mungkin dia juga merasakan apa yang saya rasakan ketika ingin makan." kata ibu Fany dan meneteskan air mata.

"Maksud tante?" kata Nurul.

"Ya, tante sering kepikiran dengan Fany. Dia makan apa disana?" kata ibu Fany lalu menangis sejadi-jadinya.

Nurul dan Rani pun berusaha menenangkan ibu Fany yang sangat terpukul itu. Akhirnya mereka memutuskan untuk berpamitan dan pulang agar ibu Fany juga bisa beristirahat.

Di tengah perjalanan, mereka berharap agar Sarah dan juga ibu Fany bisa sembuh secepatnya dan Fany akan segera ditemukan lalu kembali bersama mereka.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post