Menjadi pelajar pada era modern tidak cukup dilihat dari kemampuan akademik semata. Di tengah derasnya arus informasi dan kemajuan teknologi, pelajar dituntut untuk tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki akhlak yang kuat sebagai fondasi dalam bersikap dan bertindak.

Kecerdasan sejati tidak hanya diukur dari nilai ujian atau prestasi akademik. Kecerdasan sejati tampak dari kemampuan berpikir kritis, menyelesaikan masalah, dan memberikan kontribusi nyata bagi lingkungan sekitar. Sebagai contoh, pelajar yang mampu menggunakan keterampilan teknologi untuk membuat aplikasi penjadwalan belajar bagi teman-temannya telah menunjukkan kecerdasan yang berpadu dengan kepekaan sosial. Namun, apabila tindakan tersebut dilakukan dengan tujuan pamer atau menjatuhkan orang lain, maka makna kecerdasan itu menjadi hilang. Oleh karena itu, akhlak seperti kejujuran, tanggung jawab, dan sikap hormat menjadi penentu utama dalam penggunaan kecerdasan secara tepat.

Masalah ini menunjukkan perlunya langkah konkret dari lingkungan terdekat pelajar. Sekolah perlu menanamkan pendidikan karakter secara konsisten dalam proses pembelajaran. Selain itu, kegiatan seperti kultum yang disampaikan oleh guru Pendidikan Agama Islam saat pelaksanaan sholat Dhuha juga dapat menjadi sarana membentuk dan menguatkan akhlak pelajar. Melalui kegiatan yang rutin dan menyentuh sisi keimanan, nilai-nilai akhlak akan lebih mudah diterima dan dipahami oleh pelajar.

Menjadi pelajar yang cerdas dan berakhlak bukan sesuatu yang bisa dicapai dalam waktu singkat. Dibutuhkan niat, pembiasaan, dan contoh nyata dari lingkungan sekitar. Jika pengetahuan dipadukan dengan akhlak yang baik, maka pelajar tidak hanya pintar secara akademik, tetapi juga bisa menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan bermanfaat bagi orang lain.

Profil Penulis:

Eva Sesilia Maulida adalah pelajar kelas X di SMKN 12 Malang, Jurusan Pengembangan Perangkat Lunak dan Gim.

E-mail: [email protected]

No telepon: 62895411015466