Erdhifka Andikstira

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Keseimbangan Intelektual dan Moral Kunci Menjadi Siswa Ideal

Keseimbangan Intelektual dan Moral: Kunci Menjadi Siswa Ideal

Di era globalisasi dan kemajuan teknologi saat ini, menjadi siswa ideal bukan hanya soal pintar secara akademik. Dunia memerlukan generasi muda yang tidak hanya unggul dalam pengetahuan, tetapi juga memiliki karakter mulia. Hal ini sejalan dengan konsep empat pilar pendidikan menurut UNESCO yang dikemukakan dalam laporan “Learning: The Treasure Within” oleh Jacques Delors (1996), yaitu: learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together.

1. Learning to know, berarti siswa didorong untuk menguasai pengetahuan dasar, mengembangkan rasa ingin tahu, dan memiliki keterampilan belajar sepanjang hayat.

2. Learning to do, mengajak siswa menerapkan ilmunya dalam kehidupan nyata, termasuk kemampuan bekerja dalam tim dan menyelesaikan masalah.

3. Learning to live together, menekankan pentingnya toleransi, empati, dan kerja sama dalam kehidupan bermasyarakat.

4. Learning to be, mendorong siswa mengembangkan kepribadian dan moralitas, seperti tanggung jawab, rasa percaya diri, dan integritas.

Saya sering kali menyaksikan contoh yang menggambarkan pentingnya keseimbangan antara kecerdasan dan budi pekerti dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, seorang teman yang dikenal sangat pintar dan cerdas secara akademik, ia selalu menduduki peringkat teratas di kelasnya serta mendapatkan nilai yang sempurna hampir di semua mata pelajaran. Namun, meskipun cerdas, ia sering kali merendahkan serta meremehkan teman-temannya. Sehingga sikap sombong dan sikapnya yang enggan bekerja sama itulah yang membuatnya dijauhi oleh banyak orang, termasuk teman-temannya.

Di sisi lain, ada seorang sahabat yang nilai akademiknya tidak terlalu mencolok, tetapi sikapnya sangat berbeda. Ia selalu sopan, jujur, dan senang membantu teman-temannya tanpa mengharapkan imbalan, oleh karena itulah Ia disukai banyak orang, tidak hanya teman-teman sekelas, tetapi juga oleh guru-guru. Bahkan, dalam tugas kelompok, ia sering menjadi jembatan yang menyatukan berbagai perbedaan, menciptakan suasana kerja sama yang menyenangkan dan produktif.

Sayangnya, tidak semua siswa mendapat kesempatan atau dorongan untuk menyeimbangkan antara akal dan budi. Di Indonesia, terdapat berbagai kasus yang dapat menurunkan kualitas budi pekerti dan kecerdasan siswa. Contohnya, maraknya perundungan (bullying) di sekolah yang membuat siswa merasa tidak aman dan kehilangan empati. Lalu, pengaruh media sosial dan konten digital yang tidak sehat juga mendorong perilaku konsumtif, individualistik, bahkan agresif pada anak-anak. Selain itu, masih banyak sekolah yang terlalu fokus pada nilai ujian, sehingga mengabaikan pendidikan karakter.

Lingkungan sosial yang kurang mendukung juga menjadi faktor penting yang memengaruhi perkembangan karakter siswa. Anak-anak yang tumbuh dalam keluarga bermasalah atau berada di lingkungan sosial yang keras sering kali mengalami kesulitan dalam membentuk kepribadian yang sehat. Selain itu, kurangnya teladan positif dari orang dewasa di sekitar mereka baik guru maupun orang tua dapat membuat anak kehilangan arah dalam membangun jati diri dan moralitas yang kuat.

Agar menjadi siswa yang cerdas sekaligus berbudi pekerti luhur, kita dapat melakukan beberapa langkah konkret. Pertama, membiasakan diri untuk bersikap jujur, sopan, dan bertanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang menumbuhkan kerja sama dan empati, seperti pramuka, OSIS, atau kegiatan sosial. Ketiga, menggunakan teknologi secara bijak, dengan menyaring informasi dan konten digital yang dikonsumsi. Keempat, memperkuat komunikasi dengan guru dan orang tua agar bisa mendapatkan bimbingan yang positif dan konsisten.

Selain itu, sekolah juga dapat memberikan ruang yang seimbang antara pencapaian akademik dan penguatan karakter, misalnya melalui pendidikan karakter yang terintegrasi dalam semua mata pelajaran dan kegiatan harian siswa.

Sebagai generasi muda, kita memiliki tanggung jawab untuk membentuk masa depan yang lebih baik. Maka dari itu, siswa perlu diberi kesempatan untuk mengembangkan dirinya secara menyeluruh, tidak hanya di bidang akademik tetapi juga dalam aspek moral, sosial, dan emosional. Peran guru, orang tua, dan lingkungan sangat penting dalam proses ini. Semua pihak harus bersinergi menciptakan ekosistem pendidikan yang mendukung terciptanya siswa-siswa ideal: cerdas, berbudi pekerti, dan siap menghadapi tantangan global.

Menjadi siswa ideal berarti mampu menggabungkan akal dan hati, tidak hanya berpikir logis, tetapi juga bertindak etis. Kita bisa mulai dari hal sederhana: berkata jujur, menghormati guru, membantu teman, dan bersikap adil. Ki Hajar Dewantara juga menekankan bahwa pendidikan adalah proses “menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.”

Dengan memahami dan menerapkan keempat pilar pendidikan UNESCO dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak hanya menjadi pelajar yang unggul secara akademik, tetapi juga manusia yang berkarakter. Inilah bekal sesungguhnya untuk menghadapi masa depan.

BIODATA PENULIS

Sebagai seorang siswa SMK dengan latar belakang di bidang Teknik Komputer dan Jaringan, Saya Erdhifka Andikstira memiliki semangat besar untuk terus mencari pengetahuan. Keingintahuan intelektualnya mendorongnya untuk mengeksplorasi berbagai topik, termasuk seni, budaya, dan isu kemanusiaan. Dalam setiap karya, Erdhifka berusaha untuk menggali makna yang lebih dalam, berharap dapat menginspirasi dan menawarkan perspektif baru yang memperkaya pemahaman tentang dunia.

Jika Anda ingin berkomunikasi lebih lanjut, saya dapat dihubungi melalui:

· Nomor WhatsApp: 081112012119

· Email: [email protected]

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post