Namaku adalah Rin. Aku adalah seorang anak perempuan yang tinggal di sebuah desa bernama Aztlan. Saat ini umurku 10 tahun. Aku tinggal bersama nenekku karena telah kehilangan orangtuaku sejak kecil. Di desaku, yah, atau mungkin di duniaku, sejak kecil anak anak sudah diajarkan dasar dasar menggunakan pedang dan sihir. Saat ini aku sudah tau dasar dasar menggunakan pedang. Sebenarnya perempuan itu seharusnya menggunakan sihir, tetapi aku malah lebih tertarik dengan pedang karena menurutku lebih keren. Aku suka pergi ke hutan berburu hewan untuk mengasah kemampuan berpedangku.

Suatu hari saat aku sedang berada di hutan, aku menemukan sebuah gua, kata nenekku jika menemukan gua di hutan, aku harus menjauhinya, karena kemungkinan itu adalah sarang monster naga atau bisa juga sarang goblin. Karena penasaran, aku menghiraukan nasehat nenekku, aku masuk ke gua itu. Setelah beberapa saat berjalan, tiba tiba ada monster naga menyerangku, sepertinya aku membangunkan tidurnya. Aku berusaha bertahan dari serangan naga itu dan melarikan diri ke luar gua, dengan kemampuan berpedangku yang masih sedikit, tentu saja aku tidak dapat mengalahkannya. Apakah aku akan mati disini? Itulah yang aku pikirkan saat itu. Namun saat aku sudah pasrah jika aku akan mati karena kecerobohanku sendiri, datang penyihir wanita menyelamatkanku. Dengan cepat, Ia mengayunkan tongkat sihirnya mengarah ke naga itu, dalam sekali serangan naga itu mati terbakar oleh sihirnya. Setelah itu Ia menggunakan sihir penyembuh kepadaku. “Heal” seketika luka yang aku dapatkan dari naga itu sembuh. Sihir wanita itu sangat hebat. Baru saja aku ingin berterima kasih, wanita itu malah langsung pergi. Dengan perasaan yang masih takut, aku pulang ke rumah. Nenekku terkejut melihat bajuku berlumuran darah, aku mengatakan kalau aku baik baik saja karena telah disembuhkan oleh penyihir tadi.

Sejak saat itu aku berubah pikiran, aku berpikir kalau sihir lebih hebat dan lebih keren daripada pedang, aku sangat tertarik untuk mempelajari sihir, agar aku dapat melindungi diri ketika hal-hal seperti itu terjadi. Aku belajar sihir dari buku yang aku dapatkan dari temanku. Beberapa bulan aku belajar dari buku itu dan aku sudah dapat menggunakan sapu terbang dan merapal beberapa mantra sihir, walaupun masih sangat lemah. Melihatku berusaha keras untuk mempelajari sihir, mungkin nenekku merasa kasihan padaku, hanya dengan satu buku itu, mana mungkin aku dapat menjadi penyihir.

“Rin, sepertinya kamu sangat ingin menjadi penyihir, mengapa tak mendaftar sekolah Akademi Sihir saja di kota?”

“Aku sangat ingin sekolah di sana, Nek, tapi aku tak punya cukup uang”

“Nenek punya kenalan di kota, dia punya sebuah toko, Nenek dengar dia sedang membutuhkan pekerja baru, mungkin dia akan mengizinkanmu untuk kerja sambilan disana”

“Benarkah? Kalau begitu aku akan mencoba bekerja di sana. Terima kasih, Nek”

Aku meninggalkan nenekku pergi ke kota. Sebenarnya aku tak tega untuk meninggalkan nenekku, namun ia memaksaku untuk pergi ke kota dan belajar sihir disana. Untung saja tetanggaku sangat baik, ia mau merawat nenekku selama aku pergi.

“Rin, hati hati ya, jaga dirimu baik baik, ada banyak jenis manusia di dunia ini, kejahatan ada di sekitar kita, berbuat baiklah kepada orang lain”

“Baik, Nek, Nenek juga jaga diri baik baik, aku janji setelah aku lulus dari akademi sihir aku akan pulang mengunjungi Nenek”

Aku menaiki sapu terbangku dan mulai berangkat menuju kota.