Kandela

don't copy my works. ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Kupu-Kupu

Kupu-Kupu

Kupu-kupu, apa itu?.

Hewan herbivora pemakan nektar atau madu. Ia termasuk salah satu hewan yang bermetaforosis sempurna. Mengapa disebut metamorfosis sempurna? Karena si kupu-kupu ini mengalami perubahan bentuk yang sangat berbeda pada masa awal Ia masih kecil, masih berada dalam telur. Itulah yang dialami si kupu kecil yang berada di depan rumahku, menempelkan telurnya di daun pohon mangga milik Ibuku.

“Glek…glek…” suara kerongkonganku yang meminum bersih isi gelas susu buatan Ibu. Setelah wareg, aku menyeka mulut bekas minum susu, lalu berlarian kecil hendak bermain masak-masakan. Dengan alat dan bahan dari alam seperti daun, yang seolah-olah kubuat menjadi gelas, tanah yang kujadikan nasi jadi-jadian, bunga melati yang kuatata rapi menghiasi masak-masakanku. Lengkap sudah makanan dari alam ala-alaku saat masih dibangku kelas 2. Biasanya aku bermain ditemani sepupu perempuanku yang berusia lebih tua dariku. Meskipun perbedaan usia yang jauh, kami sangat cocok, karena Ia selalu mecoba makananku (pura-pura) dan memberikanku kritik (memberi nilai dengan berapa bintang sebagai patokan) yang selalu aku dengarkan dengan antusias

Sayangnya sekarang aku banyak bermain sendirian. Kakak sepupu perempuanku yang semakin lama bertambah besar, tinggi, dan semakin cantik, semakin besar pula kewajibannya. Kewajiban? Aku yang pada saat itu masih belum mengerti apa-apa. Masih sering bangun malam-malam, mengganggu tidur Ibuku, hanya untuk minta dibuatkan sebotol susu.

Bermain sendirian tidaklah seru. Tetapi ada satu hal yang membuat diriku tertarik bermain di bawah pohon mangga Ibu melihat ke atas pepohonan, terlihat kepompong kecil yang hinggap di salah satu daun mangga. Penasaran. Ibuku pernah berkata itu adalah hewan yang nantinya akan berubah menjadi kupu-kupu dengan sayap yang sangat cantik. Tetapi perlu membutuhkan waktu yang lama untuk membentuk sayap tersebut. Aku yang saat itu masih bocah ingusan tentulah penasaran, kupandangi terus kepompong tersebut. Berjaga-jaga, ingin melihat sendiri bagaimana kepompong jelek seperti itu nantinya bisa menumbuhkan sayap yang indah.

Ternyata selama kurang lebih dua bulan, akhirnya aku melihat dengan mata kepalaku sendiri bagaimana kepompong itu muncul kupu-kupu dengan sayap berwarna biru yang sangat indah. Sejak saat itu aku sangat suka dengan kupu-kupu. Ingin menjadi seperti kupu-kupu yang memiliki sayap indah jika sudah besar nanti.

Waktu demi waktu berlalu. Aku yang juga makin bertambah tinggi, makin tumbuh pula pola pikirku. Jika aku ingin menjadi kupu-kupu yang kulihat 8 tahun lalu, aku juga harus menjaga diriku dari segala hal yang buruk. Seperti pergaulan bebas. Menjaga diri dengan tahu batasan antara laki-laki dan perempuan. Menjaga padangan mata. Tetapi apakah dengan begitu aku tidak pernah memiliki rasa suka kepada anak laki-laki. Pernah, tentu saja. Itu adalah hal yang wajar. Tetapi hal yang wajar tersebut harus ada batasannya. Mungkin karena saking gugupnya aku pada waktu itu, aku hampir tak pernah mengobrol dengan normal seperti Ia bersama dengan perempuan yang lain. Mungkin karena itulah juga rasa sukaku ini tidak pernah terbalaskan. Bagaimana tidak, berbicara berdua saja tidak pernah.

Menangis diriku direndam rasa cemburu ketika Ia terlihat dekat mengobrol dengan perempuan lain. Cinta monyet yang kurasakan saat itu memberikanku pelajaran bahwa jangan berharap kepada orang lain. Fokus kepada diri sendiri. Aku menyibukkan diri dengan hal-hal yang positif, salah satunya seperti mengikuti lomba sasisabu ini. Bersukur pula dengan diriku dulu. Suka yang tak terbalas itu mengajariku, menjauh dari pergaulan bebas yang faktor utamanya biasanya dimulai dari berpacaran.

Belajar terus menerus agar aku bisa menjadi seperti kupu-kupu. Dengan sayap yang indah Ia buat selama masih di masa kepompong. Sama sepertiku, dengan mengisi hal-hal positif ini bertujuan untuk menumbuhkan sayap yang tak kalah indahnya dengan si kupu-kupu kelak besar nanti.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post