Azie_ryuuchan

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Twilight story #One

Twilight story #One

•••••Twilight story•••••

°°°°°One°°°°°

Azizah Nurul Hidayah ( azie )

hati hati typo lagi silaturahmi kesini

°°°°°°°°°

"Halo pahlawan kecil, apa kamu mengenalku?" Tanya nya dengan suara berat. Tubuh haqi meremang. Tubuhnya mati rasa. Kristalan bening memberontak berebut keluar dari kelopak matanya. Kaki nya gemetar, tak kuasa menahan tubuh nya hanya untuk berdiri.

°°°°°°°°°°°°°°°

2 tahun yang lalu

Anak lelaki manis dengan mata bulat besar penuh pertanyaan. Dihiasi senyum polos bak anak anak lainnya. Terus berjuang menaiki punggung sang ayah, merengek minta di gendong.

" Ayaah endong.." rengek nya sambil terus menarik narik baju koko ayah nya. "Sebentar sayaang yaampuun" sang ayah terkekeh sambil membelai belai rambut hitam sang buah hati. " Ok, 1...2.. terbaaaang" "Haqi tertawa riang. Hingga seseorang mengetuk pintu rumah keluarga kecil ini. "Oh, sebentar.. yah, tolong bukain pintu ya?" "Ok, sebentar ya hero kecil, ayah mau bukain pintu ok?" "Engga jangan!Haqi ajaa" lelaki kecil itu segera berlari dan berusaha membuka pintu rumahnya.

"Halo?" Pintu terbuka, Haqi menemukan wajah seram berbekas robekan karya pisau belati,dengan tubuh tegap besar. "Aloo" jawab Haqi ragu. "Ayaah ada oraang "

/ya orang lah masak alien/ ok azizah gaje ih/

-ok lanjut-

"Siapa sayang?" "Ituuu ada bapak bapak sereem" sang ayah mengintip, menemukan salah satu teman lama nya di pintu masuk rumah mungilnya.ia pun tertawa simpul. "Masuk pak," lanjut sang ayah sambil mempersilahkan bapak itu masuk. "Bunda... Kok ayah bolehin masuk?" Tanya Haqi kecil sambil memiringkan kepala mungil nya.

"Sstt ngga boleh gitu sayang.. ayuk bantu bunda bikin minum, trus Haqi salim ya?" " Oo ok bundaa" angguk Haqi sambil tekikik dan tersenyum simpul. Segera ia mengekor kaki bundanya.

"Haqi mau bantu bawa" pinta bocah berumur 3 tahun itu mengacung acung kan tangan nya. " Haqi emang bisa?" Tanya bunda ragu. "Bisaa bundaa" Haqi kecil berusaha meyakinkan. " Ok, pelan pelan ya?" Bunda memberikan nampan berisi 2 buah gelas dengan es sirop di dalam gelas itu. Dapat ia lihat ayah nya yang sedang berbincang dengan orang berwajah seram tadi.

" Ini buat om " sahut nya riang ditengah pembicaraan ayah dan orang asing yang masuk ke rumah nya. "Ooh, makasih ya,, Haqi kan?" Tanya lelaki itu diiringi tawa ringan yang ramah. " Iya, nama aku Haqi om" Haqi menggiyakan keterangan paman tersebut. Mendekat dan menyalami paman itu.

Ayah nya tersenyum, lalu beranjak untuk mengambilkan suguhan untuk sahabat lamanya. Meninggal kan putra sulungnya bersama lelaki tadi. ,"om, om temen nya ayah ya?" Leleaki itu terkekeh. "Iya, om itu temennya ayah kamu, kamu tau engga? Dulu ayah kamu itu superhiro lo? Tau engga ?"

Wajah Haqi berseri seri. "Emang iya?" Tanyanya dengan mata sepenuhnya membulat. "Iya dong, kalau Haqi, mau jadi superhiro?" "Mau om!" Ujar Haqi kecil semangat"kalau gitu, Haqi harus nurut sama ayah bunda, rajin belajar ok? " "Ok!" Sedetik kemudian, Haqi memiringkan kepalanya. "Emang, superhiro superhiro itu nurut sama papa mama nya?biasa nya kan pr superhiro itu cuma nolongin orang? Emang superhiro sekolah?" Tanya nya sambil memiringkan kepalanya kesana kemari. Paman itu tertawa berderai, menutupi kewas wasanya.

"Umm iya dong,kalo ngga sekolah, nanti superhironya ngga pinter? Haqi mau jadi superhiro yang ngga pinter?" Haqi menggeleng nggeleng kan kepalanya.

"Om, kok wajah om serem sih?" Tanya Haqi dengan Naif nya. Sedang paman itu tersenyum canggung. Berusaha mencari jawaban yang tepat "itu, om sering latian bela diri " "ooh kayak di pilem pilem gitu kan?" Haqi semakin mendekat kearah paman itu. "Iya, kayak di film film gitu" jawab paman itu lalu tersenyum sumringah mendapati kawannya sudah kembali.

"Haqi engga nakal kan?" Tanya ayah nya bercanda. "ii engga lah ayah, Haqi kan mau jadi superhiro, Haqi engga bolh nakal" menyalahkan kata kata ayah nya yang menusuk hati. /Ok lajut/

Ayah nya terkekeh kecil, lalu membelai lembut surai hitam kesayangannya. "Pinternyaa" sedang yang di puji hanya senyum senyum sendiri. "Sana bantuin mama, Haqi belum makan siang kan? Makan siang dulu " Lelaki kecil itu mengganguk, berlari ke dapur tempat ibunda nya bersemayam.

"Bunda,bunda makaaan"

°°°°°°°°°°°

Setelah selesai makan, anak lelaki bertubuh mungil itu mengintip pembicaraan ayah nya. Bisa ia dengar paman tadi mengatakan sesuatu tentang mafia mafia yang bahkan ia tak tau artinya.

Beberapa saat kemudian sang ayah menggeleng, dan mengatakan bahwa ia harus menjaga keluarga nya sendiri. Membuat Haqi mengartikan nya sebagai Ayah nya- menyayangi- nya. Simpel. Wajah paman tadi memuram, membuat Haqi sedikit sedih dan takut. Perlahan mereka bangkit, dan sang paman keluar dari pintu rumahnya.

°°°°°°°°°°°°°

Malam hari nya, Haqi masih tertidur pulas di kamar sang ibunda. Hingga suara rusuh terdengar dimana mana, teriakan dan tangis dapat terdengar sedemikian jelasnya. Haqi terbangun, mendapati sang ibunda tidak ada.

Matanya berkaca kaca. Ia menutup telinga nya rapat rapat berusaha meminimalisir suara yang masuk ke otaknya. "Ummm hiks bundaa" perut nya terasa penuh, mual menggenang di tenggorokannya. Ia memberanikan diri untuk bangkit dan melihat sedikit melewati jendela.

Dapat dilihatnya seseorang dengan topeng khas jepang mengacungkan pistol ke arah ayah dan ibundanya. Ia bisa melihat sedikit perkelahian ayah dan orang itu yang terlewat hebat, tangan kosong melawan senjata api.

Hingga ia melihatnya, orang itu menggoreskan pisau ke arah bahu Ayah nya. "Ayah!!" Seru nya tertahan. 3 orang dewasa itu menoleh, terkejut mendapati seorang anak lelaki yang menutup mulut nya rapat rapat dan menghentikan napas nya sejenak. "Lari!"

Air mata yang ditahannya sedari tadi mengalir begitu saja. Ia segera berlari, dengan napas masih terengah engah. Tubuhnya gemetar, tak bisa dipungkiri ia ketakutan. Sesekali ia menoleh, mendapati orang tadi terus mengejarnya kristalan bening seolah terus menghalangi pandangannya sendiri.

Ia berhenti, berbelok dan memasuki got yang tak terlalu besar di pinggir jalan. Matanya terus mengalirkan kristalan bening yang tak ada hentinya mengalir. Dan disanalah ia, terlepas dari orang aneh tadi.

Ia kembali berlari, mencari jalur untuk bertemu kembali dengan orangtua nya . Hingga ia bertemu rumah kecil nya, dengan ayah dan bunda yang berjalan tertatih tatih. "Bundaa" serunya sambil barlari menabrak bundanya tercinta.

"Ayo, ikut ayah" ajak ayah sambil menarik tangan mungil putra sulungnya. Mereka berjalan hingga kesebuah tempat suram tak berpenghuni di pinggiran kota. Disana Haqi menemukan paman tadi siang, menghela napas sambil tersduduk depresi.

"Royan!" Panggil sang ayah sambil berlari mendekati temannya itu. Paman itu menoleh dan mendapati keluarga kecil Haqi. Ia sedikit tersenyum sendu. "Dimana yang lain?Lisa? Nita?" Royan tesenyum tipis. " Lisa terjatuh, ia disana." Terang Royan sendu.

"Sedangkan Nita, aku meninggalkan nya dirumah. Aku tak yakin ia baik baik saja." Jawab nya kian menyendu. Sedangkan Ayah Haqi menghela napas tegas. " Tidak, putri mu gadis yang kuat, dia pasti baik baik saja. Ayo, kita harus segera kerumah mu" ajak nya menarik lengan kawannya.

Haqi ikut berlari, mengejar Ayah nya. Tak mempedulikan suara ibundanya yang meneriakkan nama nya. Hingga mereka bertiga sampai di rumah yang hancur lebur. Padahal, Haqi yakin ia melewati rumah itu. Keadaannya baik baik saja. Dengan seorang gadis seumurannya yang sedang bermain boneka.

Tapi sekarang,dapat di lihatnya seorang gadis yang sama tergeletak di tanah tertimbun reruntuhan rumah nya sendiri. "Aku sudah mengatakannya!" Haqi terkejut, menatap kebelakang. Mendapati sang ayah yang di pukuli oleh teman nya sendiri. "Mereka datang! Mafia mafia itu datang! Tapi kau!" Royan terus tersulut emosi.

Haqi menutup rapat mulutnya, airmata nya kembali terurai bebas. "Ayaah" lirih nya sambil terisak mendapati ayah nya sama sekali tak berkutik. Ia berlari mendekat, berusaha menarik kaos merah Paman Royan. Hingga ia menemukan boneka itu, boneka yang sama persis dengan yang dimainkan gadis tadi.

Haqi kembali bangkit, dan segera menarik kaos Royan dengan keras. Akhirnya Royan menatap ke belakang. Menatap anak lelaki yang terus terjungkal hanya untuk memperlihatkan boneka kesayangan putri kecil nya. Ia merebut boneka kecil itu dan pergi kehilangan arah. Haqi berlari mendekati ayah nya yang penuh memar. "Ayah.." lirihnya memeluk tubuh kekar itu.

Sedang ayahnya hanya menghela napas pelan.Salah, ia salah. Ia tahu itu. Dan Bunda datang entah dari mana, mengatakan beberapa kata dengan lirih. "Royan pergi membawa Lisa"

°°°°°°°°°°°°°°

Haqi menggeleng pelan, "Om Royan?" Lirih nya tak percaya.

×××××××××××× To be Continued ×××××××××××

Hai aku up ni.. maap panjang bat dan banyak typo nya. Hehehe maapin ya.. ok segini dulu yaa wassalamualaikum!

Baybay

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post