Azie_ryuuchan

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Tiramisu

Tiramisu

°•°•°•°TIRAMISU•°•°•°•

Azizah ( azie )

Bentar, ini apa? Ingat, typo bertebaran

°°°°°°

Rara tersenyum simpul. Ia masih berkutat lembut dengan adonan di hadapannya. Seorang gadis yang sudah ditinggalkan oleh kedua orang tua nya sendirian. Akhirnya diterima oleh paman nya, paman Andrian.

Paman nya adalah seorang chef, yang sekarang membuka sebuah toko roti berbagai cabang. Paman Andrian sendiri sudah memiliki anak, dan ditinggal meninggal oleh istri tercinta. Putra tunggal bernama Alexander.

Rara pun biasa memanggil Alexander dengan sebutan kak, meskipun terpaut jauh dari umur aslinya. 30 tahun, dan ia adalah seorang single aliasnya jomblo akut. Sama sekali tak memedulikan cinta, meski dengan wajah tampan bagai pangeran. ( Azie merasa mual )

Aneh nya, dengan wajah tampan membuat banyak gadis mabuk kepayang sekaligus chef yang cukup telaten ia malah memilih salah satu cabang toko nya di SMA. Ia berkerja disana, sambil melayani pelanggan siswa sisiwi Sma.

Rara sendiri memilih tinggal di asrama sma itu, sekalian belajar disana. Sering kali membantu Alexander melayani pelanggan saat pulang sekolah. Meski masih sma, Rara sendiri juga lihai memasak, turun dari kedua dua orang tua nya yang juga seorang chef.

Hampir seluruh penjuru sekolah menyukai masakan Rara. Bahkan guru guru disana juga menyukainya. Keturunan chef memang beda•́ ‿ ,•̀

°°°°°°°°°°

Rara mengelap meja kafe kecil Alexander dengan bersenandung kecil. Sedang Alexander sendiri menopang dagu sambil sesekali menguap, dan sedikit tertidur.

Para pelanggan sudah mulai berpulang kerumah maksudnya bukan ke yang maha kuasa. Kafe yang awalnya ramai mulai semakin sepi, meninggal kan pemilik kafenya sendiri.

Hari ini hari sabtu, dan ini pekan terakhir bulan ini. Libur pekanan di sekolah ini sudah biasa, atau biasanya murid murid ada yang mengikuti ekstrakurikuler atau kegiatan klub." Hei Rara " Rara menoleh.

"Kenapa sih kak?" Tanya nya kembali sibuk dengan lap dan meja dihadapannya. " Katamu 2 anak tengil itu akan datang, dan membantu kita, tapi mereka sama sekali tak datang? Tempat ini cukup membutuhkan bantuan jasa"

"Mereka itu anak kepala sekolah lo, dan kata kata kakak terlalu jahat" "aku bertanya dan kau malah menyindir " "itu salah kaka" "jadi, jawab pertanyaan ku?" Lanjut Alex. "Tunggu saja, mereka mungkin tak datang " canda Rara

"Jawabanmu tidak memuaskan" "apa peduliku" tawa Rara sedikit lucu. "Mereka akan datang , mungkin kalau tidak datang itu karena kakak hanya memerintah mereka terus menerus" " sekarang siapa yang jahat?" "Kaka"

Alex mendegus. Pintu kafe terbuka, memunculkan dua ekor /plak/ manusia berjenis kelamin lelaki. "Halo " sapa seorang yang lebih tinggi. "Kalian terlambat" ujar Alex bangkit.

"Apa yang kami lewatkan?" "Pertengkaran" "itu tak ada gunanya " sahut lelaki lain. Ahgr katakan saja ia Rei. Sedangkan lelaki yang lebih tinggi bernama Rian. Suara loceng tanda pintu kafe kembali terbuka membuat mereka serempak menoleh.

"Permisi,," seorang gadis berkuncir 2 manis muncul dari ujung pintu yang terbuka. "Anuu apa Rara ada disini? " Rara tersenyum berseri "ya! Aku disini" Rara tersenyum tipis, "kenapa, ada apa ,apa dimana siapa kamu?" Tanya nya cem ngelawak.

"Tunggu kamu pelanggan yang sering duduk bersama teman lelaki mu di pojok dekat jendela itu kan?" Ragu rara. "Aah be..benar, dan aku kesini untuk"

"Aammmm aku ingin minta bantuan kamuu" lirih nya sedikit menunduk "kenapa? " "Tolong bantu aku.. balas dendam" Rara langsung terdiam dengan penyataan 1 manusia dihadapannya ini.

"Apa, maksud saia buat apa?" "Karena temanku, dia jahat sekali"

°°°°°°°°°°°°°

seorang lelaki yang biasanya disebut sebaga salah satu pangeran sekolah menghela napas pelan. Pelajaran Matematika hari ini membuat kepalanya berputar 180° derajat. Pusing memenuhi kepalanya.

Sedangkan teman sepermainan nya hari ini sedang belajar di kelas memasak, ia sendiri diminta ( paksa ) untuk menunggu di taman sekolah besar ini. Ia mengitarkan pandangan nya ke arah seluruh taman sekolah.

Tapi makhluk yang di maksud tak muncul jua batang hidung nya. Ia bahkan hampir akan berbalik menuju asrama sekolah lelaki. Hingga gerombolan gadis yang meneriakkan namanya membuat kepalanya semakin berdenyut kencang.

Banyak bahkan tampaknya keseluruhan nya membawa biskuit buatan sendiri. Bahkan ada yang membawa puding serta coklat. Mungkin, mereka dari kelas memasak yang sama seperti teman lelaki ini.

"Hei hei terima kue ku untuk mu!" Sorak sorai siswi sekolahan bahkan mengalahkan suara toa sma. Suara suara ini memenuhi kepalanya. Ia tak memiliki alasan untuk meninggalkan mereka jadi satu satunya jalan terbebas dari sini adalah melayani nya satu persatu.

°°°°°°°°°°°°°°°°°

Lelaki di bawah pohon rindang itu tampak depresi. Ia menunggu temannya hampir setengah jam. Dan yang ditunggu sama sekali tak memperlihatkan dirinya. "Apa dia bercanda? Aku lelah" gerutunya sambil memakan coklat pemberian gadis gadis tadi.

Hingga seorang menepuk punggungnya, mengejutkan mental jiwa raganya. Yang menjadi tersangka hanya tertawa, menanggapi teman sepermainan nya yang tampak sangat terkejut. "Kamu kemana aja sih? Aku tunggu 5 abad ngga dateng dateng"

Gadis itu mengernyit heran" tapi kok aku masih cantik?" Tanyanya membelai pipinya sendiri. "Ah terserah, kamu tau aku capek dan pen rebahan. Dah"

Gadis itu menarik kuat bajunya. "Kenapa?" Lelaki itu berbalik, "ini" lirih gadis itu menyodorkan sebuah puding yang hampir mencair. Why? Bentar mencair?

Lanjut.

"Ka,, kamu taukan, aku tu orang nya kikuk, jadi maaf, bisa jadi nya gini doang. Kalo, kamu makan ngga apa kan?"tanya nya tersipu. Lelaki itu menatap ke sekelilingnya.

Beberapa siswa berbisik bisik. Hingga muncul beberapa teman Lelaki ini sambil cengar-cengir, berniat menyindir. "Hei lihat, mesra banget yang sudah berkeluarga!"

"Athan, anak pertama mu perempuan atau laki-laki?"

"Waah mesra, tapi kurang cocok sih"

"Athan, kamu mau memakan itu?" Pertanyaan terakhir dihiasi nada taj suka.

Athan, sebagai mana disebutkan sedikit memerah. "Apaan si? Makanan yang seperti ini sih mana bisa di makan!" Seru nya kesal. Meninggalkan gadis tadi dengan wajah muram menghiasi wajah mains nya.

-----------------

"Yah jika sampai hampir meleleh sih cukup parah" komentar Rei pedas. "Rei mulut mu" tegur Rain. "Apa?" Rain hanya menatap adik nya dengan tatapan kesal. Hampir saja ia menabok mulut adik bungsu satu satunya ini.

"Tapi kan itu benar iyakan ra.." Rei cemberut mencari bala bantuan. Taoi yang di dapat nya adalah Gadis kesayangan nya yang mengepalkan kedua tangan di hadapan wajah nya sendiri.

"Iya! Athan jahat banget!" Seu nya berapi api. "Kita harus membalas nya!" Lanjut nya dengan semangat. "Raraaa kamu mengertii" sedang raisha terhurahura.

"Ok! Ayo kita masak dan buktikan kepada Athan!" "Ayooo!" Alexander menarik lengan Rei. "Kamu disini saja, Rei kun"

°°°°°°°°°°°°°

"Kenapa sampai seperti itu ya? Padahal memang jika sampai mencair, gimana cara makan ny?" Tanya Rei terherman herman. "Kau kurang menghargai dan peka, Rei" ucap Rain.

"Yah perasaan gadis memang sulit ditebak" lanjut Alexander. "Ya ben" kata kata Rei terputus kala baskom berisi adonan entah datang dari mana mengenai kepalanya. "whoii! Siapa sih!" Alexander menoleh, terkejut kala sendik lain terbang menuju ke arahnya.

Setidak nya ia harus bersyukur, yang tadi itu bukan garpu. "Kenapa Rain ngga kenaaa!" Rain hanya mengangkat tanganya, sambil tersenyum polos tanpa dosa.

"Huaaaa maaaf!" Seorang gadis dengan celemek datang, membersihkan wajah 2 lelaki ini engan cepat. "Kalian ribut sekali. Ada apa?" Alexander berjalan kebelakang, menemukan dapur nya ambruladul cem kapal pecah.

"Aa, aku ingin memecahkan telur, t,,tapi tak bisa" lirih Raisha dengan wajah penuh tepung. Ok ini sih parah namanya. Cuma mau mecah telur mungkin dia harus pangg angin topan.

"Ahahaha tidak apa, sebentar lagi pasti berhasil!" Ajak Rara menyemangati Raisha. "Uuh, aku memang tak bisa memasaak" lirih nya pelan. "Ayo lah jangan menyerah. Kalo kau tidak gugup semua akan baik baik saja!" Lanjut Rara kembali mencampur adonan.

"Tapi dapur ku tidak akan aman, begini saja, hei apa yang membuat mu gugup?" Tanya Alexander. " Aa, aku takut api dan pisau lalu,, aaku suka sedikit gemetar an saat memasak" terang Raisha gugup.

"Kalau suka lanjutkan saja" usul Rain "kak, ko tak membantu" ujar Rei kesal dengan sikap kakak nya. Dan dihadiahi tawa kecil.

"Apa yang di sukai teman mu itu?" "Ah Athan suka kejuu" "oh kalau begitu ada tu kue yang mudah dibuat dari italia" lanjut Alex menjentikkan jari nya. "Ah italia?" "Wah benar! Tiramisu!" Seru Rara berbinar. "Chef memang hebat! Ayo kita buat! Raisha!"

Setelah acara masak memasak itu,,

"Wwaaah benar benar jadiiii aah terimakasih Raraaa" seru Raisha berkaca kaca. " Syukurlah! Apakah enak?" "Mmm! Semoga ia menyukai nya" Rara tertegun mungkin, mungkin saja maksud Raisha balas dendam itu berbaikan. Itu saja.

"Yah, kami memang sering bertengkar dan menyelesaikan nya, tapi yng ini tidak selesai selesai terimakasih ya, Rara" ucap nya tulus. Rara hanya tersenyum tipis. "Jadi kapan kau akan memberikannya?"

^°°°°°°°°°°°°°°°°°°^

Rara mengendap ndap mendekati kelas 2A. "Hei!" Rara berjinjit kaget, mendengar seseorang memanggilnya."Reii shhh!" Kesalnya menggelembungkan pipi. " Kenapa kita harus sampai mengantarkannya?" Gerutu Rei. "Habis nya, Raisha sangat berharap, saat bertengkar pasti mereka akan jarang bertemu kan?"

"Lagi pula, ia hanya ingin berbaikan. Ga apa apa kan" lanjut Rara. "Kalau begitu ayo" Rain menari lengan Rara dan Rei. " Nathan Alfarozi ya?" Panggil nya.

Lelaki itu berbalik , mendapati seorang ketua osis. "ng?ada apa?" "Ini, aku mengirimkan kue buatan teman mu, Raisha, dia sangat ingin berbaikan dengan mu jadiii" "hei Ra, " Rara menggangkat wajah nya, mendapati wajah di hadapannya

Sedang menangis. "Kalian bercanda kan?! Jangan main main!" Seru nya meninggalkan mereka bertiga. Sebelum Rara menarik seragam sekolah nya. "T, tapi dia hanya ingin berbaikan!"

"Bodoh! Aku juga ingin berbaikan dengan nya! Jika pun bisa tapi sekarang.. sudah tak bisa lagi!" Nada suaranya mengecil. "Karena aurelia Raisha... Sudah tak ada lagi di dunia ini" lanjut nya pelan. "Aku permisi"

"Apa, apa?" Tanya Rara menatap Rei " yang kemarin itu.. hantu?" "Aku akan bertanya kepada wali kelas mereka" rain berlari, sedangkan Rei dan Rara melangkah ke kantin sekolah, menuju kafe Alexander.

°°°°°°°°°°°°°°°

"Bagaimana?" Tanya alexander tanpa niat. Dan di jawab wajah lesu saudara sepupu ny. "Hei aku bertanya" "dia, kemarin mungkin hanya orang iseng," lirih Rei. Rain datang, dengan wajah ngos ngosannya.

" Dia, meninggal 5 hari yang lalu. Karena kecelakaan lalu lintas." gumamnya pelan. " Jadi kemarin yang kesini itu hantu? Mereka main main?" Tanya Alexander. " Tidak! Padahal Raisha sudah berjuang membuat roti ini tapi" "ra"

"Kita akan memanggilnya" ajak Rain. "Hei, kau gila ya? Mana mungkin kita memanggil arwah!" "Kemarin ia mendatangi kita kan, atau, kita pancing ia datang ".

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

"Hehei! Apaapan ini!" Athan terus memberontak di kekungan Rei dan Rain, saat mereka memaksa nya ke kafe Alex. "Apa" disana Rara terdiam di dekat meja paling pojok, dekat jendela. "Meskipun memaksa, ini demi kebaikan mu, kami juga tak ingin dihantui tau" sergah Rei.

"Anu, ini mungkin aneh jika aku mengatakan kue ini buatan Raisha, tapi, ia benar benar ingin berbaikan denganmu jadi.. ku mohon makan lah"

Athan menerima tiramisu keju itu, menyuapkan satu kearah mulutnya. "Enak" lirih nya pelan. Matanya berkaca kaca, rasanya seperti Raisha. Lembut dan manis.

"Bodoh" seorang gadis muncul. Senyum nya mengembang. "Raisha?" Senyum itu kian melembut, dengan sedikit Angin berhembus melalui jendela. "Enak kan? Syukurlah, kau akhirnya menykai makanan ku. Aku senang" lirih Raisha pelan.

Wajah nya sangat manis, tersenyum tipis. "Hei Athan," yang di panggil mengangkat wajah nya. "Sekarang aku boleh terus bersama mu kan? " Lirih nya Tersenyum tipis,bahkan hampir tak pernah terlihat.

Tangan ny terangkat, menyentuh dada kiri Athan. "Disini" lirihnya pelan, membuat tubuh Athan sedikit berguncang. Air mata berdesakan menunggu giliran untuk keluar dari sana.

Sedang Raisha tersenyum, dengan angin yang mengencang, Tubuh nya berubah menjadi helaian daun mapel. Meninggalkan gundukan daun disana.

Rara menatap hilang nya wajah manis Raisha. Senyum tipis yang tak dilihat semua orang, hilang nya wajah itu sedetikan yang lalu. Menghilang bak ditelan bumi, bagai bersatu dengan angin.

°°°°°°°°°°°°°°′°°°°°°

Seperti biasa, Rara mengelap meja disini. Dihadapannya Alexander menghela napas nya lembut. "Hei kamu tau makna tiramisu?" Panggil nya pelan.

"Bawalah aku pergi ke surga" Rara tersenyum, sekilas dia bisa melihat Raisha tersenyum di langit sambil memakan sebuah kue, Tiramisu

♪♪♪End♪♪♪

Hei am come bebek ( nda bisa basa Inggris:"

Maap Late update, gomennasai🙇lagi belajar dan ditempat uti nyari signal buat kirim di sssb aja susah biaaat. Yaudah lah dadaaaah

(づ。◕‿‿◕。)づ follow

(づ。◕‿‿◕。)づcomment

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post