AURA SALSABILA JEFFRYNA

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Pendorong Peperangan Diponegoro

Secara umum Perang Diponegoro dilatarbelakangi oleh adanya ikut campur Belanda pada urusan kerajaan. Pihak keraton tidak berdaya akan pengaruh politik pemerintahan kolonial dan justru hidup mewah serta tidak mempedulikan rakyatnya. Selain itu, sebab khusus dari Perang Diponegoro adalah pemasangan tonggak – tonggak untuk membuat rel kereta api yang melewati makam dari leluhur Pangeran Diponegoro.

 

Pada pertengahan tahun 1025, seluruh Jawa Tengah telah masak untuk peperangan. Keadaan ekonomi-sosial, agama dan politik membawa seluruh masyarakat di luar dan di dalam keraton Yogya kepada batas perdamaian yang paling akhir. Hanya peperanganlah yang dapat memecahkan segala soal kemuskilan waktu itu. Dalam pemandangan Dipanegara, peperangan itu sudah terang akan menjadi alat perubahan atau seperti kata pengarang Von Clausewits (Vom Kriege), der Krieg ist ein Instrument der Politik.

 

Pada pertengahan tahun 1825, Dipanegara melihat beberapa pancang di atas pekarangan purinya di Tegalreja, disuruh tanam di sana atas perintah Danureja untuk merintis jalan dengan tidak memberi tahu lebih dahulu kepada yang punya pekarangan.

 

Dipanegara menyuruh cabut semua pancang itu, walaupun sesudah itu beberapa kali pula diganti. Kemudian pancang itu diganti dengan hambatan, dan hambatan ini juga dibuang. Semenjak itu banyaklah orang berkumpul dars beberapa desa, berjanji akan membantu Dipanegara jikalau orang Belanda membuang beliau. Keadaan di atas sangat menaikkan perasaan karena jalan yang dirintis melalui pekarangan Tegalreja itu berarti melalui tanah pekuburan nenek leluhur Dipanegara, sedangkan pekarangan itu ladich pusaka dari nenek Amangku Buwono I yang dicintalaya Sementara itu telah pecah kabar di mana-mana, bahwa Dipanegara akan ditangkap Belanda.

 

Oleh keadaan di atas maka Dipanegara dipaksa menulis surat, supaya Danureja memberhentikan pembuatan jalan. Dipanegara lalu menulis surat yang diharapkan itu, tetapi baru saja sebaris beliau menulis, di luar purinya sudah kedengaran tiga kali bedil meletus. Letusan bedil lalu berganti dengan bunyi senapan dan meriam. Orang terkejut, dan Mangkubumi tak mau pulang lagi karena mau setia kepada Dipanegara; segala orang sekeliling rumah menyerahkan jiwanya, dengan semboyan: Mana takdir!

 

Sejak saat itu, tanggal 19 Juni 1825, maka mulailah Dipanegara membalas dengan kekerasan dan dengan senjata. Peperangan bermula, dan seorang letnan Belanda mati. Untuk membalaskan kekalahan ini maka datanglah Chevallier dengan barisan berkuda; rumah dan harta Dipanegara dirusak dan Tegalreja dibakar. Tetapi Dipanegara tak ada lagi di sana, melainkan telah berdiri di tengah sawah di atas kudanya, Kiai Gentayu, kuda hitam berkaki putih.

 

Sejak itu bermulalah peperangan Dipanegara. Peperangan inilah yang menentukan nasib tanah Indonesia, merdeka atau terus menjadi jajahan. Peperangan hebat ini adalah saat yang penting dalam perjalanan sejarah Indonesia, karena sejak itu bergoyanglah kekuasaan penjajahan sampai kepada batu-batu sendinya.

 

Darah tertumpah, seperti juga tertumpah di Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi untuk tujuan yang suci. Membersihkan tanah air dari kedurjanaan Barat dan hendak menegakkan negara merdeka yang mempunyai kedaulatan sendiri.

 

Pada akhirnya 28 Maret 1830, Jenderal de Kock mampu menjepit pasukan Diponegoro dan Diponegoro mau menyerahkan diri. Penyerahan Diponegoro menjadi akhir dari Perang Diponegoro. Setelah ditangkap, Diponegoro diasingkan di Gedung Karesidenan Semarang di Ungaran dan dibawa ke Batavia pada 11 April 1830, kemudian dipindahkan ke Manado pada 30 April 1830 serta tiba di Benteng Nieuw Amsterdam pada 3 Mei 1830. Pada tahun 1834, Pangeran Diponegoro dipindahkan ke Makassar dan wafat di Benteng Rotterdam pada 8 Januari 1855.

 

Peperangan Diponegoro berpengaruh bagi bangsa Indonesia saat ini. Peperangan Diponegoro dapat menjadi referensi sejarah untuk dipelajari. Ekonomi-sosial, agama, dan politik saat ini lebih stabil. Indonesia menjadi merdeka salah satunya karena peperangan Diponegoro.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post