Auralya Zahwa

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Satu Lawan Seribu

Awan menghalangi matahari untuk muncul, langit yang tidak memancarkan warna cerahnya, seakan pagi tidak akan datang. Mendung. Itulah kondisi cuaca pada pagi hari dirumah Cia. Anak perempuan yang hendak bergegas ke sekolah sebelum rintikan hujan benar-benar menjatuhinya itu, terlihat tengah mengikat tali sepatunya terburu-buru. "Ibuu! Aku berangkat ya!" Teriaknya dari teras, untuk sang Ibu yang sedang memasak didapur. "yoo. Kasih tau bapak, alon-alon numpak motor-e!" (Iya. Kasih tau Bapak, pelan-pelan bawa motornya!) "Siap Bu bos, tenang wae!" Jawab Bapak Cia yang mendengar suruhan istrinya dari kejauhan. Cia dan sang Bapak pun langsung meluncur menuju sekolah yang tidak terlalu jauh dari rumah. Sesampainya Cia, ia tidak lupa mencium punggung tangan sang Ayah dan mengucapkan terimakasih, juga salam. Barulah Bapak Cia berangkat menuju kantornya untuk mencari nafkah. Pelajaran pun dimulai setelah setengah jam melakukan upacara di lapangan. Kelas Cia memulai pelajaran pertama dengan pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, atau PKN. Cia suka pelajaran PKN. Selain gurunya yang menyenangkan, ia juga suka mengetahui sejarah Bangsa Indonesia. "Jadi anak-anak, Di Indonesia ini tuh kita punya banyak suku, budaya, agama dan bahasa kan ya? Nah Ibu mau denger dong bahasa dari daerah kalian masing-masing, boleh ya??" Pinta Bu Fia dengan senyum. "Ayo, siapa yang mau mulai duluan?" Tidak butuh waktu lama, beberapa anak sudah ada yang mengangkat tangan dengan semangat. Lalu, bu Fia menunjuk satu persatu anak muridnya untuk memperkenalkan diri dengan bahasa daerahnya masing-masing. "wilujeng enjing! Nepangkeun nami abdi Faris." "Assalamualaikum, Nan lôn Putri." "Horas. Ianggo goarhu i ma si Ivany Sembiring." "Sugeng enjing rencang-rencang sedaya, Nami Kula Annisa." Cia yang mendengar beragam bahasa yang digunakan teman-temannya begitu takjub. Mungkin karena selama ini mereka berbicara dengan bahasa yang sama— bahasa indonesia —jadi Cia tidak menyadari bahwa teman-temannya berasal dari daerah yang berbeda-beda. Saat Cia pulang dan bertemu sang Ibunda tercinta, ia bercerita dengan berapi-api tentang teman-temannya yang menggunakan beragam bahasa yang belum pernah ia dengar sebelumnya. Cia mengatakan bahwa ia sangat takjub dengan negaranya sendiri. "Indonesia keren banget ya bu. Udah punya bahasa Indonesia, punya banyak bahasa daerah lain juga lagi!" Ibu Cia tersenyum sambil membawakan Cia sepiring nasi dengan lauk yang sangat Cia sukai, Cah kangkung dan tempe mendoan. Lalu Ibu Cia duduk disamping putri semata wayangnya itu. "Kamu tau sumpah pemuda kan?" Tanya ibu Cia sambil menopang dagu melihat anaknya makan dengan lahap. "Tau dong, kan diajarin di sekolah" Cia menjawab pertanyaan sang Ibu dengan bangga, karena bagaimana mungkin seorang Cia yang menyukai pelajaran PKN tidak tau sumpah pemuda. "Nah, seperti sumpah pemuda nomor 3 ya Cia. Walaupun negara kita memiliki banyak bahasa daerah, tapi Kita— Kamu, Ibu, Ayah, dan semua masyarakat Indonesia harus menjunjung bahasa kesatuan kita, bahasa—" "INDONESIA!" belum sempat Ibunya menyelesaikan kalimat yang ingin disampaikan, Cia sudah mendahuluinya dengan berteriak penuh semangat sambil mengangkat sendoknya tinggi-tinggi. Ibu Cia pun tertawa dan mengusap-usap kepala anaknya itu dengan sayang. "Jadi, mau sebanyak apapun bahasa yang kita gunakan atau tahu, saat berbicara dengan orang yang tidak sedaerah dengan kita, pasti kita tetap akan menggunakan bahasa Indonesia kan? Itulah Negri kita, Cia. Walau berbeda-beda, tetapi tetap satu. Pasti ada kesatuan di diri kita semua sebagai masyarakat Indonesia." Cia mendengarkan penjelasan Ibundanya dengan saksama sambil terus menyendok makanannya. Matanya berbinar-binar tiap kali ada orang yang bercerita mengenai Negrinya, Indonesia. "Iya bu, makanya Cia bangga banget bisa dilahirin di Indonesia. Keren banget Negaraku." Jawab Cia sambil tersenyum lebar, membuat Ibunya gemas pada anaknya itu. "Pinter tenan cah wedok Ibu iki!" (Pinter banget anak perempuan Ibu ini!)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post