Api dan Azan
Api dan Azan
Malam itu, halaman sekolah menyala,
bukan karena lampu,
melainkan kayu-kayu yang dijadikan pelita,
menghangatkan tawa,
membakar semangat anak-anak kelas tujuh
yang baru mengenal arti kebersamaan.
Nyala unggun menari,
lagu-lagu dinyanyikan,
tarian dilepaskan,
gelak tawa melesat ke langit
yang diam-diam menyimpan misteri.
Namun waktu terus berjalan,
dan malam memeluk lebih erat.
Satu demi satu,
suara berubah jadi jeritan,
mata yang ceria kini kosong,
jiwa-jiwa seperti diguncang
oleh sesuatu yang tak terlihat.
Kami menggenggam doa dalam ketakutan,
berdiri tak tahu arah,
sementara suara tangis dan teriakan
menjadi irama yang tak kami kenal.
Riuh... lalu senyap...
lalu riuh lagi.
Hingga akhirnya—
dari kejauhan,
dari langit yang mulai semburat
terdengar azan pertama
menggetarkan jantung bumi.
“Allahu Akbar… Allahu Akbar…”
suara itu merambat,
seperti air yang memadamkan bara,
seperti cahaya yang menusuk kabut.
Dan semuanya reda.
Hening.
Seakan malam yang mencekam
dibasuh oleh fajar
dan diampuni oleh langit.
Kini, unggun telah jadi abu,
namun kisahnya masih membara
dalam ingatan kami
yang takkan pernah lupa
malam saat dunia terasa dekat
dengan yang gaib,
dan Tuhan terasa paling nyata.
30 April 2025
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar