Ameylisa Azzahra

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Rindu Ibu (Hari ke-14)

Tak jarang aku dibuat kesal dan iri, karena ibu yang jarang sekali berada di sampingku. sementara teman-temanku yang lain mereka mendapat kasih sayang seorang ibu setiap harinya.

Ayah hanya mengatakan hal yang berulang kali "Sabar nak, ibu bukan tak sayang kamu, tetapi ibu disana masih bekerja keras, bersabarlah".

Ibukku bekerja disebuah pabrik besar, tepatnya di Korea,ibukku bekerja diluar negeri.

Hari silih berganti waktu terus berputar, hingga saat ini aku masih belum bisa melihat ibukku secara langsung.

Selama ini aku hanya bisa menghubunginya hanya lewat video call.aku juga sering acuh ketika VC dengannya,karena rasa kesalku,karena rindu ibu.

Ibu pun kecewa karena ia tahu bahwa anaknya sangat rindu dan selalu diminta untuk pulang,tetapi tidak bisa.

"Ibu disini karena kamu, sabar ya nak, tinggal beberapa bulan lagi ibu akan kembali pulang".

Di sekolah rasa kesalku terus saja berlanjut dan membuat aku jadi malas untuk belajar.

Beruntung teman-temanku sering mengajakku bermain,sehingga rasa rindu bercampur kesal sedikit hilang.

Pada suatu hari ada seorang murid baru, bernama Rissa.

Ia berasal dari desa yang amat jauh untuk pindah ke kota, karena ayahnya Sekarang mulai bekerja disini.

Kebetulan Rissa duduk disebelahku. Aku pun mengajaknya untuk berkenalan.

Rissa terlihat dia adalah seorang anak yang baik dan berhati lembut,saat aku ajak untuk bermain sepulang sekolah dia selalu menolak ajakanku itu.

"Aku harus membantu ayah berjualan", jawabnya setiap aku ajak untuk bermain.

Di satu lagi yang sama dengan rasa kesal yang sama dan rasa rindu yang sama aku berangkat ke sekolah dengan wajah muram.

"Kamu kenapa?", Tanya Rissa dengan rasa penasaran.

"Kesal sama ibu" jawabku singkat.

"Kenapa kesal kepada seorang ibu?", Tanya Rissa semakin penasaran.

Aku pun menjelaskan rasa kekesalanku dan alasan ibukku bekerja diluar negeri.

Anak baik ini menjawab singkat.

“Kamu beruntung,” jawab Rissa. “Kenapa bisa disebut beruntung?” tanyaku heran kepada Rissa

“Kamu beruntung karena masih punya ibu,” jawab Rissa. Aku sedikit kaget.

“Ibuku meninggal beberapa bulan lalu karena kecelakaan. Dan Pindah ke sini karena ayah ingin melupakan momen bersama ibu dan bekerja sebagai pedagang keliling karena di desa bisnis bapak hancur karena ia terus ingat dengan ibu.”

“Tetapi hidup terus berjalan dan ayah perlu bekerja.”

Aku hanya terdiam mendengar cerita Ani.

“maaf kalau aku lancang dan mungkin seperti sok tahu. Tapi ingatlah, ibumu masih ada walau berjarak jauh. Kasih sayangnya membuat ibu harus pergi jauh. Tak apa, ibumu pasti pulang. Rindu yang akan terbalaskan meski masih lama itu kangen yang menyenangkan.”

“Sementara aku, kangen ku tak akan terbalas. Rasa kangenku sulit disembuhkan.”

Setelah perbincangan hangat itu hidupku berbalik. Melihat sudut pandang lain dan membuat aku mencoba mengerti posisi ibu.

Kini, tak ada kesal karena rindu. Namun aku memilih menunggu dengan bahagia karena kangen ibu.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sangat menarik ceritnya.Sukses dan salam literasi

17 Jan
Balas



search

New Post