Chapter 15. Perpustakaan Angker (2)
Bian's Pov.
"Serius kamu? jangan becanda deh," kata Ziva.
"Iya aku serius,"
Memang waktu jam istirahat tadi aku menceritakan kejadian tadi, dan memilih membahasnya sepulang sekolah. Dan sekarang sudah jam pulang, kami langsung pergi kerumah Feli langsung.
"Trus kita harus ngapain?" tanya Aris.
"Mengungkapnya,"
"Caranya?"
"Sebelum dia bener-bener pergi, dia bilang gini..."
"Bilang apa?" penasaran Feli.
"Kamu tinggal tunggu aja, nanti pak Rian akan datang ke kamu sambil nyerahin dirinya. Kamu nanti tinggal panggil polisi, keluarkan mayatku dari lemari, dan penjarakan pak Rian,"
"Sepertinya dia sudah dendam kepada pak Rian sejak lama, lebih tepatnya mungkin sejak dia dibunuh. Selama ini mungkin tidak ada yang bisa membantunya, dan sekarang dia bertemu denganku, aku si anak..." ucapku.
"Anak mamih," kata Feli.
"Anak orang," kata Ziva.
"Anak indihome," ujar Aris.
"Anak baik lahh," sebalku.
"Eh, berarti kamu sekarang jadi anak indigo ya?"
"Entah, emang definisi anak indigo tuh gimana sih?" tanyaku.
"Yang bisa melihat 'mereka' mungkin,"
"Hanya itu?"
"Ya gak tau juga sih," kata Ziva.
"Tapi anggap aja aku seperti dulu ya, jangan kayak apa ya? ya intinya anggap aku kayak biasa aja,"
"Maksudnya gini mungkin, kalau pergi ke suatu tempat jangan tanya yang aneh-aneh sama Bian," kata Feli.
"Misalnya kayak gini, Bian disini ada apa?ada yang liatin kita gak? Gitu kan maksudnya," tambah Aris.
"Iya seperti yang kalian tangkap saja,"
"Kami ngerti kok, tenang aja," kata Ziva.
Keesokan harinya.
Aku terkejut ketika baru sampai kelas, ternyata di dalam kelas sudah ada pak Rian. Kata teman lainnya, pak Rian sedang mencariku. Mungkin pak Rian akan menyerahkan diri, seingat ucapan perempuan kemarin.
"Bian..Bian,"
"Iya pak? ada apa?"
"Bawa saya ke kantor polisi Bian, saya akan bertanggung jawab. Saya takut sekali, ayok bawa saya Bian," kata pak Rian sambil terus menarikku untuk pergi ke kantor polisi.
"Sebentar pak, biar Aris saja yang menelpon polisi untuk datang kesini,"
"Cepat...saya takut sekali,"
"Aris cepat telpon polisi,"
"Iya,"
Aku bingung dengan ucapan pak Rian tadi. Apa yang membuat pak Rian takut?
"Pak kalau boleh tau, apa yang membuat bapak takut?" tanyaku.
"Dia, dia meneror saya semalam. Sebenarnya dari dulu juga dia meneror saya, tapi semalam lebih parah dari biasanya," jelas pak Rian.
"Oh begitu,"
"Sebelum bapak dibawa ke kantor polisi, kita harus menemukan mayat dia dulu pak,"
"Ya, mayatnya ada di dalam lemari gudang perpustakaan,"
"Baik pak, nanti kita akan kesana,"
"Ternyata pak Rian masih inagat akan tempat dia menyembunyikan mayat perempuan itu," batinku.
10 menit kemudian.
"Selamat pagi pak," kata polisi.
"Pagi," jawab pak Rian.
"Jadi, apakah kita bisa langsung ke tempat bapak menyembunyikan mayatnya?"
"Bisa pak, lebih cepat lebih baik,"
Selanjutnya kami pergi ke perpustakaan, lebih tepatnya gudang perpustakaan. Dan benar saja, di dalam lemari itu ada mayat perempuan. Yang waktu itu meminta tolong kepadaku, dan aku tidak tahu namanya. Mayat itu kemudian dikeluarkan dan dibawa oleh polisi, tidak lupa juga dengan pak Rian. Kondisinya mayatnya memang mengenaskan,. Ditemukan dengan tubuh yang terikat, dan mungkin kejadian ini sudah lama terjadi. Hanya baru bisa diungkap sekarang.
"Setelah itu aku kembali ke kelas, diperjalanan menuju kelas, aku mendengar omongan para siswa maupun siswi yang melihat kejadian tadi.
"Gak nyangka banget, ternyata pak Rian itu pelakunya,"
"Berarti perpustakaan yang dibilang angker, itu gak bener kan,"
"Berita tentang cewe yang sering minta tolong berarti bener?"
"Baru tau kalau perpustakaan punya gudang,"
Aku memilih mendengarkannya saja, dan terus melanjutkan perjalanan ke kelas.
Sejak kejadian itu, perpustakaan kembali seperti biasa. Ramai dikunjungi para siswa saat istirahat atau jam kosong.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar