Menurut Ki Hajar Dewantara, budi pekerti adalah perpaduan antara gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Jika diberikan gambaran sederhana, sosok yang berbudi pekerti adalah seseorang yang selalu berperilaku baik terhadap orang lain.

Sebagai pelajar, saya merasa prihatin saat ini di tengah kecanggihan teknologi dan era serba digital, tapi banyak sekali kita jumpai pelajar yang kurang memiliki budi pekerti yang baik. Setiap hari kita jumpai berita tentang bobroknya mental para remaja. Remaja yang kecanduan minuman keras, tawuran antar pelajar, judi online, bahkan ada remaja yang tega membunuh orang tuanya sendiri.

Mengapa ini terjadi?

Bahkan kerusakan moral ini juga banyak terjadi pada siswa yang secara akademik bagus, atau siswa berprestasi. Kalau dikembalikan pada teori Ki Hajar Dewantara di atas, maka orang dikatakan memiliki budi pekerti jika ada keserasian antara pikiran, perasaan dan tekad. Siswa yang berprestasi belum tentu memiliki perasaan yang baik, belum tentu memiliki keinginan yang baik. Maka bisa jadi akademik yang bagus tapi tdak diimbangi perasaan dan keinginan untuk berperilaku baik kepada orang lain, sehingga yang dilakukan hanya mengacu pada kepentingan pribadi tanpa memperhatikan dampaknya kepada orang lain.

Seharusnya kecerdasan berpikir siswa dapat mengembangkan budi pekerti atau watak seorang siswa yang tidak hanya dibentuk di sekolah, tetapi dalam keluarga dan lingkungannya. Selama ini masih banyak guru atau pendidik yang terlalu fokus pada penguasaan materi pembelajaran hingga lalai mengajarkan perilaku rendah hati dan bekerja sama.

Sebenarnya peserta didik juga membutuhkan tuntunan yang dapat menumbuhkan budi pekerti dalam kehidupannya. Karena budi pekerti adalah universal yang harus diterapkan di manapaun dan kapan pun seseorang itu berada. Sebagai pelajar tentu menjadi keharusan memiliki budi pekerti luhur dalam menenpa menjadikan pribadi yang cerdas dan unggul. Karena dalam kehidupan tidak hanya butuh kecerdasan IQ tapi juga kedewasaan mental dan budi pekerti.

Keluarga adalah tempat utama yang paling baik dalam melatih karakter anak . Sebagai madrasah awal dan utama untuk melatih kecerdasan dan budi pekerti anak. Sehingga setiap peristiwa ketimpangan perilaku siswa tak lepas bagaimana latar belakang siswa di lingkungan keluarganya.

Siswa dapat menumbuhkan kecakapan berpikir atau pikiran dengan baik karena pengaruh keadaan, salah satu yang mempengaruhinya adalah guru atau pendidik agar senantiasa menuntun tumbuhnya kecerdasan pikiran siswa, baik kecakapan berpikir maupun dalam bertindak tanduk yang baik

Pendidik harus mampu memahami kodrat murid sebagai individu yang sadar mampu memikirkan, memahami, merasakan, berempati, berkehendak dan bertindak agar siswa mampu berefleksi mendapatkan pemahaman bermakna, maka siswa dapat menjadi individu yang cerdas secara akademik maupun berbudi pekerti yang baik.