Resensi Film Negeri 5 Menara
Hari ini , Senin 28 April 2025. Kami diberi tugas oleh ibu Ais untuk membuat sebuah resensi film yaitu negeri 5 menara karya a. Fuadi. Setelah kemarin kami menonton film tersebut, kamipun segera membuat resensi filmnya
Resensi Film Negeri 5 menara
Judul Film : Negeri 5 Menara
Sutradara : Affandi Abdul Rachman
Produser. : Salman Aristo
Aoura Lovenson
Dinna Jasanti
Penulis Naskah : Salman Aristo
Penyunting : Cesa David Luckmansyah
Produksi : Million Pictures
Simple Pictures
Distributor : Million Pictures
Musik. : Aghi Narotama
Tema film. : pendidikan, persahabatan, kerja keras
Tokoh dan Penokohan :
Alif: Tokoh Optimis, Ambisius, dan keras kepala Amak : Ibu Alif sangat pedali Cinta kasih, disiplin, berjiwa besar
Ayah Alif : penyayang bijaksana, dapat dipercaya
Raja : Teman Alif, Seorang orator hebat, Optimis
Said : Terobsesi bodybuilding, optimis, periang Baso : Pintar, Sholeh, dan bahasa Arab yang fasih
Dulmajid: Atletis , Optimis, Jujur
Atang : menyukai seni dan teater, jujur, optimis.
Rajab : keras dan tegas, dijuluki Tyson tya Rais Bijaksana penyayang, tegas, baik hati
Alur : campuran
1. Pengenalan (Exposition):
Alif Fikri, seorang santri asal Minangkabau, pergi ke Pondok Madani di Ponorogo untuk mengikuti keinginan ibunya.
2. Naiknya Peristiwa (Rising Action):
Alif bertemu dengan lima teman baru, Raja, Said, Atang, Baso, dan Dulmajid, yang kemudian mereka juluki Sahibul Menara. Mereka berjanji untuk menaklukkan dunia di bawah menara masjid Pondok Madani.
3. Puncaknya (Climax):
Alif dan sahabat-sahabatnya lulus dari Pondok Madani dan pergi ke berbagai belahan dunia untuk meraih cita-cita mereka.
4. Runtuhnya Peristiwa (Falling Action):
Mereka kembali dipertemukan di Eropa untuk bernostalgia dan melihat bagaimana masing-masing mereka telah meraih kesuksesan.
5. Penutup (Resolution):
Alif dan teman-temannya membuktikan bahwa cita-cita mereka di bawah menara masjid dapat terwujud, meskipun dengan rintangan yang dihadapi.
Latar & setting
Pondok Madani di ponorogo Jawa Timur
Sumatra Barat di danau Maninjau
London
Latar sosialnya yaitu pondok pesantren yang menyoroti kebersamaan dan semangat belajar bersama. Film ini menampilkan kehidupan sehari-hari para santri yang berasal dari berbagai daerah, yang berjuang bersama-sama dalam mengejar pendidikan dan cita-cita mereka.
Amanat :
pentingnya bersungguh-sungguh dalam meraih cita-cita, bekerja keras, saling menghargai, dan bersyukur atas nikmat Tuhan. Film ini juga menekankan nilai-nilai seperti tawakal, disiplin, bertanggung jawab, serta pentingnya persahabatan dan tolong-menolong.
Sinopsis :
Alif adalah seorang remaja yang hidup di daerah Danau Maninjau dan baru lulus dari Madrasah Tsanawiyah bersama teman sekaligus saingannya Randai. Mereka sama-sama ingin bersaing masuk Institut Teknologi Bandung setelah lulus Sekolah Menengah Atas, tetapi orang tua Alif ingin dia meneruskan pendidikan ke sekolah Islam lagi. Alif awalnya tidak mau sampai dia mendapat pesan dari kerabatnya yang lulusan Pondok Madani, sebuah sekolah Islam di Ponorogo yang lulusannya fasih berbahasa asing dan punya karier di luar negeri. Alif pun tertarik dan menjadi santri di sana.
Di Pondok Madani, Alif mengikuti aturan-aturan yang ketat, mulai dari hanya boleh berbicara bahasa Inggris dan Arab hingga kewajiban membantu jaga malam. Di pondok, Alif diajarkan "mantra" berbahasa Arab man jadda wajadda yang artinya, "Siapa yang bersungguh-sungguh pasti berhasil." Mantra ini memotivasi Alif dalam kehidupannya di pondok. Di waktu senggang, Alif terbiasa berkumpul di bawah menara masjid bersama lima temannya: Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung, dan Baso dari Gowa. Karena tempat berkumpul mereka, mereka berenam biasa dipanggil Sahibul Menara. Pada suatu hari saat berkumpul, mereka melihat awan dan mendapat inspirasi untuk mimpi mereka masing-masing: Alif ingin pergi ke benua Amerika, Raja ingin ke Eropa, Atang ke Afrika, Baso ke Asia, dan Said dan Dulmajid ingin tetap di Indonesia.
Selama empat tahun belajar di Pondok Madani, Alif mulai menekuni jurnalisme sebagai kegiatan ekstrakurikuler. Pada tahun terakhir, Baso pulang ke Gowa karena permasalahan ekonomi keluarga. Di sisi lain, Alif iri pada Randai yang sudah lulus SMA dalam tiga tahun dan mempertimbangkan untuk mengundurkan diri dari pondok agar bisa segera mengikutinya ke ITB. Namun, ayah Alif datang dan mengubah pikirannya. Alif pun mengikuti ujian akhir pondok bersama Raja, Said, Dulmajid, dan Atang. Mereka berlima lulus dan pulang ke kampung halaman masing-masing.
Di prolog dan epilog novel, diceritakan bahwa di masa mendatang, Alif bekerja di Amerika Serikat dan mendapat undangan menjadi panelis di London. Atang yang bekerja di Mesir juga diundang ke sana, jadi Raja yang sedang tinggal di London mengajak mereka berkumpul. Diceritakan pula kabar Baso yang telah mendapat beasiswa untuk menempuh pendidikan di Mekah serta Said dan Dulmajid yang mendirikan pondok berbasis Pondok Madani di Surabaya.
Kelebihan:
Kelebihan dalam film yang diambil dari novel ini yaitu mampu mengajak penonton atau pembaca hanyut dalm dunia pesantren,mengetahui bagaimana kehidupan di pesantren yang sesunnguhnya dan dapat mengambil pelajaran bahwa,jangan pernah takut untuk bermimpi dalam meraih cita-cita dan rasa patuh pada orang tua serta jangan pernah meremehkan sebuah mimpi setinggi apapun itu karna usaha dan doa tak kan pernah menghianati hasil
Kekurangan:
Konflik yang di tampilkan kurang klimaks sehinnga terasa datar,dan beberapa bahasa arab tidak di terjemahkan
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar