Ravli Adhitya Rasuli

Banyak BelajarBelajar Banyak

Selengkapnya
Navigasi Web
Puisi Menjadi Titik Balik Meningkatkan Rasa Percaya Diriku

Puisi Menjadi Titik Balik Meningkatkan Rasa Percaya Diriku

PUISI MENJADI TITIK BALIK MENINGKATAKAN RASA PERCAYA DIRIKU

Dan juara pertamanya jatuh pada nomor peserta 16,seketika seluruh ruangan aula SMK Negeri 1 Jember itu riuh dengan tepuk tangan. Begitu juga dengan aku yang dengan spontan ikut larut bertepuk tangan seraya sambil menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mengetahui siapa gerangan pemenang lomba baca puisi tingkat sekolah menengah pertama se eks karisidenan Besuki yang diadakan oleh PPKIJ (Pusat Pendidikan Kebudayaan Indonesia Jepang),dengan total 60 peserta yang ikut meramaikan acara lomba baca puisi itu dengan puisi wajib berjudul “AKU” karya Chairil Anwar. Dan kali ini merupakan ajang lomba pertama yang aku ikutin.

Tepukan di bahu kananku seketika memecah lamunanku, “Selamat ya Yuli kamu berhasil jadi juaranya” Suara yang tidak asing bagiku,ya itu suara bapak AGUS beliau adalah guru Bahasa Indonesia sekaligus mentorku dalam berlatih membaca puisi yang dilombakan. Baik dari sisi penghayatan,intonasi,artikulasi dan penguasaan panggung,dan beliau juga ikut serta mendukung kami ber tiga perwakilan dari sekolah kami pada hari H perlombaan kala itu. Rasa kaget,tak percaya,bahagia dan bangga menyelimuti pikiranku dan menemani langkahku menuju panggung aula untuk menerima piala dan hadiah dari lomba baca puisi itu.Kemenangan ini menjadi titik balik dalam kehidupanku terutama di lingkungan sekolah.

Empat bulan yang lalu,tepatnya awal masa orientasi siswa di 5 juli 1999. Kala itu seharusnya merupakan hari yang sangat dinanti oleh ku, seperti teman-teman sebayaku. Karena hari pertama masuk sekolah dengan mengenakan seragam baru,baju baru,sepatu baru dan semua kelengkapan sekolah serba baru. Namun berbeda denganku, aku yang melanjutkan sekolah karena mendapatkan bantuan dana pendidikan dari Yayasan Budimulia. Dana yang diberikan untuk para anak Yatim/piatu dan anak-anak kurang mampu. Dan aku yang terlahir dari keluarga sangat sederhana,ibuku yang hanya pedagang sayur keliling dan ayah seorang buruh bangunan. Karena keadaan perekonomian kami yang terbatas memaksaku untuk memakai seragam bekas pakai kakak perempuanku yang saat itu juga masuk ke Sekolah Menengah Atas.

Pada hari itu,hari upacara bendera pertama di sekolah baruku. Aku yang tergolong siswa paling kecil diantara teman-teman kelasku mendapat barisan terdepan dalam sususnan upacara kala itu,sontak pemandangan kontras terlihat dari sana dimana rok biru yang aku kenakan berwarna pudar dua tingkat lebih rendah dari warna seharusnya para siswa baru,bahkan dibandingkan kakak kelasku pun warna rok seragamku masih lebih muda daripada yang lainya. Pada mulanya aku tak tak mempedulikan hal itu,karena bagiku mendapatkan kesempatan melanjutkan sekolah saja sudah sangat membahagiakan bagiku. Namun pandangan mereka,tatapan tanpa kata namun terbaca seakan menyudutkanku,memandang remeh diriku dan semakin berhasil menjatuhkan mentalku.

Aku yang biasanya disekolah dasar adalah sosok periang, mudah bergaul, memiliki prestasi akademik terbaik nomor 3 disekolah dasar kala itu. Berubah menjadi pendiam,saat istirahat dikelas lebih suka menyendiri,lebih pasif dalam pelajaran dan kegiatan lainya. Aku hanya memiliki 2 orang teman yang kebetulan satu sekolah saat aku di sekolah dasar dulu,ya dia RIA teman sebangkuku sedangkan Yanda berbeda kelas denganku. Diawal Caturwulan ke 2 pada pelajaran bahasa indonesia kala itu ada pembahasan bab tentang puisi,dan pak AGUS berkata ada perlombaan baca puisi tingkat eks karisidenan besuki tingkat sekolah menengah pertama setiap kelas harus ada perwakilan 1 orang untuk mewakili kelasnya. “Yuli pak”,celetuk Ria. Yang langsung aku sambut dengan gelengan kepalaku. Yuli waktu SD sering menjadi pembaca terjemahan Alqur’an saat ada acara resmi di sekolah pak, Lanjut penjelasan Ria. “Yuli nanti jam istirahat temuin bapak di ruang guru ya?”. Tanpa bisa mengelak lagi saya memberikan anggukan sambil menjawab,”Baik pak”

Jam istirahatpun tiba,dengan langkah gontai aku menuju ruang guru untuk menemui bapak Agus. Beliau menyodorkan secarik kertas dan memintaku untuk membacanya. Dikertas itu tertulis “AKU,karya Chairil Anwar” aku membacanya seperti saat aku biasa menjadi pembaca terjemahan ALQUR’AN usai temanku Qiro’ah. Pak agus hanya mengangguk-angguk,kemudian berkata Yuli bapak daftarkan kamu sebagai perwakilan sekolah di kelas 1. Nanti ada Sherly perwakilan kelas 2 dan Dona perwakilan kelas 3,jelasnya. Saya hanya menjawab,apa saya bisa pak? Bisa,kamu hanya perlu dilatih lagi untuk intonasi,artikulasi,penghayatan dan nantinya juga berlatih penguasaan panggung. Kamu bawa kertas ini,ini adalah puisi wajib yang dilombakan. Besok setiap jam istirahat kita berlatih bersama kakak kelas kamu juga yang lainya.

Setelah berlatih selama kurang lebih satu bulan lamanya,hari perlombaan pun tiba. Saat itu bapak dan ibuku tidak bisa ikut mengantar karena harus ke surabaya bersama rombongan keluarga dari bapak menghadiri acara pernikahan keponakan bapak. Aku diantar Mas saiful keponakan dari ibu yang masih sepupuku,aku yang sama sekali tidak memahami kota jember kecuali hanya alun-alun dan pasar tanjung yang aku tau,merasa takjub melihat jalan semanggi bundaran DPR dan itu merupakan kali pertama aku melewatinya. Acara lomba dimulai,pak Agus memberikan nomor urut peserta padaku dengan nomor 16, kak Sherly nomor 6 dan Kak Dona nomor 10. Pak AGUS hanya memberikan pesan,tidak perlu gugup tarik nafas dalam-dalam bismillah kalianyang terbaik.

Hampir tiba nomor urutku saat itu yang dipanggung nomor 15,tiba-tiba tanganku terasa dingin,gemetar menjalar ke seluruh tubuhku. Aku coba menenangkan diri,minum seteguk air dan tarik nafas dalam-dalam sampai degub jantungku berdetak kembali normal. Tiba penampilanku aku melangkah diatas panggung tanpa membawa teks karena aku sudah menghafal puisi yang berjudul “AKU”. Aku membaca dengan lantang,penuh penghayatan dan menguasai panggung sesuai dengan latihan yang sudah sebulan ini dilakukan. Sejujurnya karena ini kali pertama perlombaan,saya tidak berekspektasi untuk membawa pulang pialanya. Fikirku mendapatkan kepercayaan dan kesempatan yang sangat baik ini sudah sangat membanggakan untukku.

Ternyata hasil kerja keras berlatih sekolah kamipun tidak sia-sia,pada saat itu kami membawa 2 piala sekaligus Juara harapan 1 dimenangkan oleh kak Sherly dan juara 1 di menangkan olehku. Ini adalah piala pertama dalam kehidupanku kala itu,piala yang membuatku bisa maju ke depan untuk mendapat apresiasi dari Ibu kepala sekolah didepan siswa-siswi lain saat upacara bendera tiba. Bukan hanya juara puisi yang aku dapatkan saat itu,tapi aku juga menjuarai rasa percaya diriku. Sejak saat itu aku menjadi sosok siswi yang lebih percaya diri dalam bergaul,lebih aktif dalam pelajaran,tidak lagi memperdulikan tatapan tanpa makna itu,karena aku memahami diriku memiliki nilai diri yang lebih dari hanya sekedar atribut yang aku kenakan. Caturwulan 2 berlalu aku sudah bisa masuk di 5 besar dan kenaikan kelas aku juara kelas ke 3. Sehingga aku terjaring masuk kelas 2 di kelas unggulan dan juga di kelas 3 unggulan.

Itulah kisah insipiratif dari pengalaman ibuku,yang merupakan panutan bagiku. Sosok inspiratif yang senantiasa mampu berprestasi ditengah keterbatasan kehidupan. Mengatasi rendah diri dengan mengukir prestasi.

Profil Penulis,

RAVLI ADHITYA RASULI,Lahir di kota Jember

Pada 1 Januari 2011.

Saat ini tercatat sebagai siswa kelas 7i,MTSN 2 JEMBER-JAWATIMUR.

Email: **(censored)**.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post