Judul dari karya ini adalah Negeri Lima Menara.

Pengarang novel ini adalah Ahmad Fuadi.

Sutradara untuk versi filmnya adalah Affandi Abdul Rachman, sedangkan penulis naskah filmnya adalah Salman Aristo dan Affandi Abdul Rachman.

Novel ini mengangkat tema tentang perjuangan meraih mimpi, kekuatan tekad, persahabatan, serta pentingnya pendidikan dan doa dalam menggapai cita-cita.

Tokoh-tokoh yang berperan penting di dalam cerita antara lain Alif Fikri sebagai tokoh utama, Said dari Medan, Dulmajid dari Madura, Raja dan Baso dari Gowa, serta Atang dari Bandung. Selain itu, ada tokoh pendukung seperti Ustadz Salman sebagai guru di Pondok Madani.

Alur cerita bergerak maju, mengisahkan perjalanan Alif dari kampung halaman di Maninjau menuju Pondok Madani di Ponorogo, lalu tumbuh dan berkembang bersama sahabat-sahabatnya di bawah semboyan "Man Jadda Wajada."

Latar utama dalam cerita ini adalah di Maninjau, Sumatera Barat, sebagai tempat asal Alif, dan Pondok Madani di Ponorogo, Jawa Timur, sebagai tempat ia menimba ilmu. Ada juga latar penting seperti Lapangan Menara, tempat anak-anak pondok menggantungkan mimpi-mimpi mereka.

Amanat yang ingin disampaikan novel ini adalah bahwa dengan tekad yang kuat, kerja keras, dan doa, seseorang mampu meraih mimpinya. Tidak ada usaha yang sia-sia.

Sinopsis novel ini bercerita tentang Alif Fikri, seorang remaja dari Maninjau yang bercita-cita kuliah di Bandung, namun diarahkan ibunya untuk menimba ilmu di pesantren. Di Pondok Madani, ia bertemu lima sahabat dari berbagai daerah yang masing-masing punya impian besar. Mereka berjuang bersama, saling menyemangati, dan meyakini bahwa usaha keras akan membawa mereka ke puncak cita-cita.

Kekurangan dari novel ini adalah alur di beberapa bagian terasa lambat, dan pengembangan karakter selain Alif kurang dalam. Namun, kelebihan novel ini sangat menonjol, yakni mampu memberi inspirasi kuat, menyajikan keberagaman Indonesia secara hangat, memakai bahasa yang ringan dan mengalir, serta menanamkan pesan moral yang mendalam.