Tiba-tiba, penampilan hantu itu berubah drastis. Darah yang mengalir di wajahnya, lenyap seketika. Cantik dan anggun. Seperti hantu yang ditemui Hanna di perpustakaan. Juga seperti hantu yang usil mengambil barang-barang Qilla.

“Hantu Aisha,” Hanna menyebut namanya lirih.

Hantu itu memamerkan senyum menawannya. Mendengar namanya diucapkan oleh Hanna. Padahal, suara itu lirih. Lirih sekali. Hingga Qilla yang berada di dekatnya pun tak dapat mendengarnya.

Sedetik kemudian, penampilan hantu itu kembali berubah drastis. Kali ini lebih menyeramkan daripada sebelumnya. Kakinya terpelintir mengerikan. Salah satu bola matanya mencuat keluar. Lidahnya tinggal separuh, seperti dipotong paksa oleh sesuatu. Tangannya bergelayut menjadi dua. Patah.

Begitu terus berulang-ulang. Hantu itu seperti ingin menampakkan keadaannya sebelum ia mati. Hanna dan Qilla tak berkutik lagi. Menganga menatap perubahan penampilannya yang terlalu mengejutkan bagi mereka.

“Heii!” Teriakan itu cukup keras, tedengar seperti bisikan tiba-tiba di dekat telinga keduanya, membuat Qilla dan Hanna terlonjak kaget.

Hantu itu memanggil mereka keras. Bosan menatap mereka yang tak segera menghampiri.

Qilla dan Hanna melangkah pelan. Takut-takut menghampiri hantu yang hanya berjarak satu meter di hadapan mereka.

Sebuah buku bersampul putih tebal terbuka lebar dihadapan mereka.

Mari berteman denganku

Tulisan itu tiba-tiba muncul begitu saja di lembar pertama.