Part -34
“Kenapa kak?” Dhiva bertanya cemas, ketika kak Lily menutup teleponnya.
“Ibukuu, ibuku, meninggal,” ucapnya terbata-bata. Pedih menanggung kesedihan yang luar biasa.
“Hahh? Kenapa kak?” Mulut keduanya menganga lebar. Pasti tak mudah menerima kematian orang tercinta.
“Serangan jantung,” ia menjawab lemah.
“Takdir cuma Allah yang tahu kak. Sebagai hamba, kita hanya bisa menerima. Mengikhlaskan sepenuh hati. Tak ada gunanya menyesali, apalagi meratapi. Ini sudah menjadi garis takdir-Nya. Siapa tahu, Allah menyelipkan hikmahnya dibalik kematian ibu kakak,” Dhiva tersenyum menenangkan.
Kal Lily mengangguk lemah. Tak kuasa berkata-kata.
“Kematian memang bisa datang kapan saja, dan dimana saja. Tak harus muda apalagi tua. Semua sudah digariskan oleh-Nya.” Hanna menambahkan.
Kak lily memeluk mereka berdua haru. Kalimat kedua adik kelasnya ini cukup menenangkan pikirannya. Mengingatkannya tuk segera ikhlas, menerima takdir-Nya.
Mereka berpisah beberapa menit kemudian, kak Lily memberitahukan jalur khusus yang ternyata tersambung dengan pintu kebun sekolah. Tempat itu lumayan sepi dan jarang dikunjungi, takkan ada yang mencurigai mereka.
Hantu Aisha telah menceritakan seluruh kisahnya lewat perantara terbaiknya. Yaitu kak Lily, sahabatnya sendiri. Terlalu banyak rahasia yang masih belum terungkap di sekolah ini. Sayangnya, sebagian rahasia itu ditakdirkan untuk tak terungkap. Selamanya.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar