Part -26
“Kasihan Lynda, ternyata dia punya penyakit kleptomania,” Dhiva berujar prihatin.
“Ouh, jadi itu, yang membuat dia kemarin nyuri laptop kak Fiona?” Tebak Qilla memastikan.
Hanna dan Qilla mengangguk-angguk bersamaan.
“Kalo kata bundaku sih kleptomania itu bukan penyakit, dia cuma kebiasaan yang menuntut rasa kepuasan semata. Kalo memang penyakit, harusnya ada pemakluman dong, buat orang yang mencuri. Tapi, di dalam islam, ngga ada pemakluman buat orang yang mencuri. Sekali mencuri ya tetap mencuri.” Liessa mengajukan pendapatnya.
“Bener juga ya? Seharusnya dia bisa nahan dirinya biar ngga tertarik sama barang yang bukan haknya. Karena rasa kepuasan yang dirasakan setelah mencuri itu cuma sesaat kok, dampaknya juga banyak banget, seseorang bisa stres, tertekan dan berubah menjadi pendiam karena harus menanggung segala cacian dan protes dari orang-orang di sekitarnya,” ujar Qilla. Sesaat, ia menghentikan gerakan menyendok sup seafod-nya.
“Jadi kuncinya tahan nafsu,” Liessa menambahkan.
Teman-temannya mengangguk-angguk paham. Malas berkomentar. Sibuk dengan makanan masing-masing.
“Ah, ya aku duluan teman-teman, mau ada yang ku kerjain,” Dhiva menatap jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Teringat janjinya dengan kak Lily kemarin. Burgernya sudah habis sejak tadi. Ia beranjak bangkit dari duduknya.
“Aku juga,” buru-buru Hanna menyusul Dhiva. Menjejari langkahnya.
Teman-temannya mengangguk. Sudah biasa. Sejak Dhiva pindah ke sekolah ini seminggu lalu, Hanna menjadi terlihat lebih sering bersamanya. Mungkin ada suatu hal yang harus dibereskan.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Yeyyy, lanjut kka Qonit;
Yessss! Shipp:D
Hwoo, lanjuttt!
Yuhhuuu:D
Bonus 1 part untuk hari ini:D
yeayyy!
Yieppii:) hihii
kak aku liat di google kleptomania itu penyakit beneran
Yupp, emang ad yang bilang gtuu. Tapii ngga bs disembuhin kan?
Awalnya aku jga ngira gtu. Tpi balik lagi klo kta memandangnya dr sudut pandang islam. Kaya yang udah aku tulis dlm ceritaku. Dalam islam, penyakit itu ada pemaklumannya. Contohnya orang tua yang udah sakit-sakitan boleh ngga berpuasa pada bulan ramadhan, tapi wajib bayar fidyah. Nah, kalo emang kleptomania itu penyakit, seharusnya ada pemakluman atas kelakuan 'mencuri' nya. Tapi nyatanya, dalam islam ngga ada pemakluman sedikitpun buat yang namanya mencuri. Sekali mencuri, ya tetap mencuri. Bahkan pada masa Rasulullah dulu, orang yang mencuri diberi sanksi potong tangan jika sudah mencapai nishab (batasan) seperempat dinar. Tapi kalo kita memandang dari segi psikologis, kleptomania memang disebut sebagai penyakit. :D
Di cerpenku kurang jelas pemaparannya yaa? :)
Duh kan, cerewtku kambuh ni:( hihi
Cerewet kakak kambuh ya.. mirip saya, paling suka cerewet. Tapi, kalau dari sudut pandang islam kakak tau dari mana? Pengen liat lebih jelas :l
Uhm, aku lupa ad di buku apa, hehee. Aku dikasi tau ayahku:D