Part -22
Akhirnya, Lynda sadar dari pingsannya beberapa menit kemudian. Dhiva dan Hanna langsung mencercanya dengan berbagai pertanyaan. Tentunya, mereka berdua bersikap pura-pura tak tahu dengan kehadiran hantu Aisha barusan.
“Kamu kenapa Lyn? Kok tiba-tiba pingsan lagi sih?” Dhiva bertanya cemas.
“A..a..ada hantu Va,” Lynda menjawab patah-patah.
“Hantunya kaya gimana?” Tanyanya lagi.
“Serem banget Va. Suer. Seumur hidup aku ngga pernah ngeliat hantu seserem itu.” Ucap Lynda bergidik ngeri.
“Matanya berdarah-darah. Mulutnya berbusa. Dari hidungnya, keluar nanah. Banyaaak banget! Tangannya patah bergelantungan. Kaya mau patah tapi ngga jadi, ihh pokoknya serem banget dah! Dia melototin aku. Rasanya kaya mau nelen aku hidup-hidup tuh hantu!” Lynda meringis.
“Itu hantu usil Lyn, udah biasa aja. Ga usah ketakutan gitu,” ucap Dhiva menenangkan.
“Hm, lanjutin cerita yang tadi dong,” Hanna memelas. Mengingatkannya saat-saat sebelum ia pingsan.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar