Dengki Itu Membutakan (6)
Tetapi, hal yang dicemaskan itu tak terjadi. Tidak ketika ustadz Salman tiba-tiba muncul berusaha mengendalikan Jhissa yang tak terkendali. Beliau mulai merapalkan doa-doa rukyah disusul olehku yang entah terdorong oleh apa tiba-tiba merasa ingin membantu.
Jhissa semakin berontak. Ayat-ayat suci yang kami bacakan mengakibatkan jin yang membuatnya kerasukan merasa kepanasan.
“Arrgghhh!” Desisannya telah berubah menjadi teriakan kencang.
Sesaat, tanah yang kami pijak bergetar. Pigura yang terpasang rapi di dinding kamar Jhissa mulai berjatuhan. Aku mencengkeram lemari kayu disampingku. Berusaha menyeimbangkan posisi tubuhku agar tak terjatuh.
Gempa kecil itu terhenti bersamaan dengan Jhissa yang tiba-tiba mengeluarkan suara menyerupai seorang lelaki.
“Ampunn, ampun... berhentiii!” Teriaknya.
“Kenapa kamu mengganggu Jhissa?” Ustadz Salman bertanya tajam.
“Aku disuruh pak kyai. Aku ditugaskan untuk menghapus seluruh ingatannya, menyumbat kecerdasannya dan membuatnya terbunuh tragis.” Jawabnya tergesa.
“Siapa yang menyuruhmu?”
“Mbah Parjo. Kakeknya Ghifa-”
Belum habis ucapannya, tiba-tiba Jhissa jatuh terduduk. Keadaanya telah normal kembali. Bundanya segera memeluknya. Denting kecemasan dibalik tangisnya tampak sangat jelas. Entah bagaimana caranya, ustadz Salman berhasil mengusir jin itu pergi. Mengeluarkannya dari tubuh Jhissa.
Kondisinya tak separah kemarin. Kini, ia telah sadar sepenuhnya. Ia menatapku senang. Bertanya kabarku setelah sekian lama tak bertemu. Dengan kikuk, aku berusaha tenang menjawab pertanyaan Jhissa. Masih kaget dengan perubahan sikapnya seratus delapan puluh derajat satu jam terakhir.
“Uhm, kamu kenal Ghifa, Ghifa...” Aku tak meneruskan ucapanku. Karena sebelum jin itu menyebutkan nama orang itu dengan jelas, ia mendadak pergi dari tubuh Jhissa.
“Ghifani? Kok bisa tahu?” Tanyanya keheranan.
Jhissa mengangguk-angguk takzim setelah aku menceritakan kejadian yang menimpanya tadi. ia menjelaskan, Ghifani adalah salah satu temannya di pondok. Akhir-akhir ini, sebelum kepulangannya dari pondok, gerak-geriknya memang cukup mencurigakan. Selalu berusaha menghindar saat bertemu dengannya. Tampaknya, ia memiliki rasa dengki yang mendalam terhadap prestasi-prestasi yang dimiliki Jhissa.
Aku menatapnya sedih. Ya Allah, bahkan hanya cukup memiliki perasaan dengki untuk menghapuskan seluruh akal sehat yang kita miliki.
_Selesai_
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren kak Qonitaa. Dilanjutin dong. Tapi ceritanya mengungkak kebenaran tentang jin yang ngerasukin Jhissa. Mengapa Ghifa bisa seperti itu, penyelesaiannya, dan apakah ada hukuman untuknya, coba dilanjut lagi
Wuihh, keren jga tuh idenya. insyaAllah ntar aku lanjutin yaa, thx Nadhir:)
keren. kak
thx :D... gajadi bsk selsenya ni hehhee, jdi skrng. bsk ganti cerita lgii
Kak Qon ada yang tulisannya salah. Ya allah harusnya Ya Allah. Terus, pigura, kayaknya sih figura. pokoknya, cek aja di kbbi daring. aku gk tau bener atau enggak
seru bangeet, kak. buat cerita orang kerasukan lagi, kak. wkwkwk
upss, iyaa lupaa.. eh, tpi klo aku liat d KBBI yg bnr piguraa
butuh referensi lgi nihh, klo buat yg horor". wkwk
Bagus lho kak. Mataku langsung belok baca tulisan Kakak
Whoaa, makasii:D
W
X, Y, Z