Qonita Husna Zahida

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Dengki Itu Membutakan (4)

Hari masih pagi menuju waktu sarapan, namun sudah siang untuk sekadar berolahraga. Pagi ini, dengan malas-malasan aku meraih handuk untuk mandi. Cuaca yang masih dingin, semakin membuatku enggan pergi mandi. Namun, kemauan di hati tentu tak sesuai dengan perintah bunda sedari tadi. Mau tak mau, aku harus segera mandi.

Tadi malam, aku tak kunjung dapat terlelap tidur. Sibuk memikirkan solusi kesembuhan Jhissa. Tak ada satupun keluargaku yang tahu kejadian mengerikan kemarin. Karena sorenya setiba di rumah, mendadak moodku berubah buruk sekali. Membuat seisi rumah bingung dengan perubahan sikapku.

Tiba-tiba kuteringat sesuatu. Kulirik MP3 Al-Qur’an di atas meja belajarku. Hm, mungkin saja bisa sedikit membantu. Segera kumasukkan MP3 Al-Qur’an mungil itu ke dalam tasku. Setelah pamit pada bunda, aku segera pergi menuju rumah Jhissa menaiki sepeda abu-abu kesayanganku.

Seperti kemarin, kedatanganku pagi ini kembali disambut riang Fio. Pagi ini, ia tampak cantik dengan setelan jilbab birunya. Fio mengajakku menuju kamar Jhissa. Dari luar, terdengar suara sang pemilik kamar yang asyik menyanyi keras-keras. Tiba-tiba, aku menyadari sesuatu. Kubisikkan sesuatu di telinga Fio sebelum kami masuk ke kamar Jhissa.

“Fi, serius Jhissa bisa nyinden?” Bisikku heran.

“Iya kak, aku awalnya juga heran. Ngga tau kenapa, sejak kak Jhissa dipulangin dari pondoknya, dia jadi sering nyinden.” Jelasnya balas berbisik.

Tentu saja semua heran. Mengingat keluarganya yang keturunan asli madura, mendadak bisa nyinden menggunakan bahasa jawa. Padahal, masih segar dalam ingatanku semasa SD, betapa ia tak menyukai bahasa jawa. Bahasa yang digunakan dalam pelajaran bahasa daerah di SD kami. Aku curiga, jin yang melekat di dalam tubuhnya, telah memengaruhinya menyanyikan lagu khas jawa itu.

Saat ini, aku masih saja merasa was-was menatapnya dari dekat. Tatapannya begitu kosong, bukan seperti Jhissa yang kukenal sebelumnya. Wajah itu, entah mengapa aku merasa wajah itu seakan berubah menampakkan wujud orang lain.

“Hai Jhissa!” Aku tahu, sapaanku tak akan mendapat jawaban.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post