Dengki Itu Membutakan (2)
Bulu kundukku meremang seketika. Suara itu terdengar jelas. Seketika, Fio berlari meninggalkanku yang masih bingung. Aku segera menyusul dibelakangnya. Fio berlari menuju kamar Jhissa. Semua anggota keluarganya telah berkumpul disitu. Rupanya, itu adalah suara Jhissa yang kembali kesurupan hari ini.
Jhissa mengaum keras. Beringas mencakar tubuhnya sendiri. Aku merapatkan tubuhku ke dinding. Takut-takut, kalau saja Jhissa tiba-tiba menghampiri.
Buru-buru ayahnya menelfon seorang ustadz yang biasa merukyah Jhissa.
“Aummmm,” suaranya kembali menggelegar keras. Aku menelan ludah.
“Serangan kedua hari ini,” desah Fio.
Disampingku, ibu Jhissa sudah tak kuat lagi menahan tangis, air matanya mengalir deras membanjiri paras anggunnya. Segala macam pikiran berkecamuk dalam otakku. Kondisinya sungguh memprihatinkan. Watak sekaligus perilakunya seketika telah berubah menjadi binatang serigala.
Seusai menelepon, ayah Jhissa datang menghampiri kami. Wajahnya yang cemas, tak dapat ditutup-tutupi lagi. Semuanya menunggu penuh harap kedatangan ustadz Salman.
“Ustadz Salman masih ada acara penting, sekarang masih belum bisa kesini.” Desah ayah Jhissa pelan hampir tak terdengar.
Dihadapan kami, pemandangan masih tampak memilukan. Jhissa yang sibuk mencakar-cakar tembok sama sekali tak menghiraukan kami yang resah dihadapannya. Wajahnya nampak beringas. Seolah masih tak puas menumpahkan segala amarahnya. Untuk kesekian kalinya, kami masih diam termangu.
“Kamu pernah belajar merukyah orang kan Zi? Tolong...kali ini kamu bantu rukyah Jhissa,” kata ibu sahabatku itu memohon.
Tak ada solusi lain yang tersisa. Hm, baiklah. Sebelum terlambat, takut-takut aku mengamalkan sedikit ilmu merukyah yang pernah kupelajari dari ekstrakulikuler Thibunnabawi di pondok.
Sepuluh menit berlalu, belum ada kemajuan yang berarti. Fio mencoba mendekati. Keadaan bertambah runyam. Sekali lagi, tanpa sadar Jhissa tega melompat dan mencakar liar adik kesayangannya.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Buku kundukku apa bulu kundukku itu kak? Hehe
Ups, typo nii. thx diingatkan de
Thibunnawabawi itu apa, kak?
Ekstrakulikuler pengobatan ala nabi Muhammad SAW: )
wowww :O gmn caranya tuh, kak?
Bljr ttg rukyah, pijat memijat, obat herbal,dll :D
klo pijat aku bisa. tapi asal2an. hihihi. tapi klo dipijet itu enak bangeeeet
Iyaa dungss :D