Dengki Itu Membutakan (1)
“Tok! Tok! Tok!” Aku mengetuk pintu rumah Jhissa riang. Jhissa adalah teman sepermainanku sejak kecil. Sejak TK hingga SD, kami bersekolah di sekolah yang sama. Keputusanku melanjutkan SMP di kota yang berbeda, membuat kami jarang berkomunikasi dan bermain bersama kembali.
“Kriett,” Suara pintu terbuka. Seorang gadis berjilbab anggun tersenyum simpul dihadapanku.
“Kak Zidyaa!” Tiba-tiba Fio lompat memelukku girang. Aku tersenyum menyambut pelukannya hangat.
Setelahnya, aku dipersilahkan masuk ke dalam rumah minimalisnya.
Buru-buru Fio menyiapkan minuman hangat untukku. Tampaknya ia sangat senang dengan kehadiranku hari ini. Kami asyik membicarakan perkembangan sekolah masing-masing. Fio riang bercerita tanpa beban.
“Uhm, Jhissa di mana Fi?” Tanyaku disela-sela perbincangan.
Raut wajahnya berubah seketika. Wajahnya murung, tak ceria lagi.
“Kakak..kakak masih di kamar mandi,” jawabnya patah-patah.
“Ouh,, okkee,” sahutku santai.
Dengan gugup, Fio mengabarkan kondisi Jhissa yang sebenarnya. Aku terkejut tak mampu berkata-kata lagi. Sahabatku itu, beberapa bulan lalu terpaksa dipulangkan ke rumah karena kerasukan jin akut yang susah disembuhkan di pondok. Padahal, ia sudah melewati berbagai tahapan proses rukyah di pondoknya. Namun tetap saja, meski segala upaya telah dilakukan, Jhissa susah disembuhkan.
Sejak itu, Jhissa makin sering melalaikan ibadahnya. Al-Qur’an yang selama ini telah menjadi sahabat karibnya, tak pernah disentuh lagi. Teronggok bisu berdebu di sudut lemari belajarnya.
Tatapannya kosong seakan tak ada lagi kehidupan yang tersisa untuknya. Kesehariannya sering melamun mengunci diri di kamarnya. Terkadang, suaranya terdengar keras sedang menyanyikan lagu favoritnya. Selain itu, ia hanya diam membisu.
Jin yang merasukinya masih melekat ditubuhnya. Sesekali, serangan itu datang menghampiri. Membuat sesisi rumah panik, dan kebingungan. Aku sedikit bergidik ngeri mendengar kebiasaan barunya menyanyi sendiri sejak kerasukan jin.
“Aummm.” Sebuah suara misterius menghentikan obrolan kami. Suasana mendadak hening.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Ini kisah nyata, Kak? Kok aku merinding ya?
hehee serem yaaa:D ini faksi nafisaa
diangkat dr kisah nyataa
woww.. tapi maksudnya fiksi, kan, bukan faksi?
faksiii, ad beberapa yg kuubah
Wah, seru kak! dilanjut,
Okke, kulanjut besok yaa :D