Qireina Adelya Ekapaksi

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Ibu, Sang Pelipur Lara

Ibu, Sang Pelipur Lara

Oleh Qireina Adelya Ekapaksi

Ibu ialah sosok yang sempurna di mata anak-anaknya. Merawat dengan penuh kasih dan sayang setiap harinya. Menjaga dan membimbing tanpa mengenal lelah. Ia bahkan bisa menjadi apapun untuk anaknya. Menjadi dokter, disaat sakit. Menjadi koki, yang menghasilkan makanan terenak di dunia. Menjadi guru, yang selalu membimbing dan mengajarkan hal baik kepada anaknya. Ibu adalah segala-galanya.

Begitu banyak nama panggilan yang diucapkan oleh anak kepada ibunya, contohnya bunda, mamak, enyak, ambu, mama, mami dan lain lain.Meski begitu, kasih sayang setiap ibu di dunia sama. Mereka semua menyayangi anak-anaknya dengan tulus dan sepenuh hati.

Ibu juga memiliki ikatan batin yang kuat dengan anaknya. Ikatan itulah yang tidak akan bisa dapat dipisahkan dari keduanya. Karena adanya ikatan itu, ibu dengan mudahnya bisa mengetahui apa yang dirasakan oleh seorang anak.

Ibu merupakan tempat kita untuk berlindung, bercerita dan bersandar. Disaat kita dalam bahaya, ibu selalu siap untuk melindungi kita. Disaat hari terasa begitu berat, ibu siap untuk mendengarkan cerita kita. Ibu selalu mendengarkan keluh resah kita dan memberikan pelukan terhangat untuk menenangkan kita. Ibu selalu punya cara untuk menghibur kita. Ibulah yang selalu mengerti isi hati kita.

Tidak terhitung banyaknya perjuangan yang sudah dilakukan oleh ibu. Sembilan bulan ia mengandung, melahirkan, merawat, memberikan kasih sayang, melindungi, dan membimbing. Ibu melakukan semua tugasnya selama 24 jam tanpa mengenal lelah ataupun mengeluh. Ibu pun sudah mengenalkan kita ke beragam hal. Ibulah guru pertama kita, yang selalu siap memarahi dan membimbing kita ke jalan yang benar apabila kita telah melakukan kesalahan.

Jika ada yang bertanya, siapakah wanita yang paling tegar dan memiliki hati yang paling lembut, maka ibu lah jawabannya. Ibu selalu kuat dan tegar dalam menghadapi kerasnya dunia, ia lah yang memberikan kita tempat ternyaman. Ia lah yang menguatkan kita ketika kita jatuh, ia lah yang memberikan pelukan dan kecupan hangat untuk menenangkan kita, ia lah yang memegang tangan kita dan membangkitkan diri kita. Ibu lah pelipur lara kita, yang selalu tersenyum dan selalu mengatakan bahwa semua akan baik baik saja.

Saya mempunyai ibu yang begitu luar biasa. Ibu saya kini berusia 42 tahun, namun wajahnya tetap cantik dan tidak terlihat menua. Rambut beliau panjang dan berwarna coklat kehitaman dengan suara yang tegas namun dalam maknanya. Beliaulah wanita tercantik yang ada di dalam hidup saya. Beliau adalah wanita yang kuat dan mandiri karena beliau tumbuh di lingkungan yang tidak kondusif. Keluarga ibu saya dari tahun 1982 pindah ke Timor - Timor,yang pada masa itu keadaan provinsi tersebut tidak kondusif dari segi keamanannya. Hal inilah yang membentuk karakter ibuku yang kuat, tegas, dan berani.

Ada suatu saat dimana ketika saya menduduki bangku kelas 4 SD dimana ibu saya jatuh sakit. Disaat itu pula saya merasa dunia saya hancur seketika. Dan di esokan harinya setelah ibu saya dirawat di rumah sakit, sekolah saya mengadakan study tour ke museum. Awalnya saya tidak yakin untuk mengikuti study tour tersebut karena saya merasa saya harus menjaga ibu saya di rumah sakit, namun ibu saya menyuruh saya untuk ikut saja. Ketika kami berangkat, saya merasa sangat sedih melihat teman - teman saya didampingi oleh ibunya masing - masing sedangkan saya tidak. Untunglah teman - teman saya baik dan mereka menghibur saya. Di museum,saya tidak terlalu menikmati study tour tersebut mengingat ibu saya sedang terbaring di rumah sakit. Setelah study tour selesai, ayah saya menjemput saya, dan saya meminta kepada ayah saya untuk segera mengantarkan saya ke rumah sakit. Disitulah saya merasa lega melihat wajah ibu yang tersenyum melihat kedatangan kami meski tubuhnya sedang terbaring lemah. Saya segera memeluk ibu saya dan menangis sejadi - jadinya. Ibu pun mengelus kepala saya dan menenangkan saya.Itulah peristiwa yang sangat bermakna untuk saya dan selalu terkenang di kepala saya.

Begitu banyak rasa terimakasih yang tidak dapat disampaikan hanya dengan sebuah kata. Emas dan permata pun tidak mampu membayar jasa para ibu di dunia. Meski begitu, ibu tidak pernah meminta bayaran atau imbalan atas semua kasih sayang dan pengorbanan yang telah diberikan kepada anak - anaknya. Cinta dan kasih sayang ibu tidak akan pernah ada habisnya. Oleh karena itu,sayangi ibu selagi beliau masih ada dan mendampingi kita.

Biografi Penulis

Qireina Adelya Ekapaksi,seorang siswi yang bersekolah di SMAN 26 Jakarta kelahiran 16 Februari tahun 2006 dan menduduki kelas 11 SMA. Dengan alamat email : **(censored)** dan dengan nomor telepon aktif : **(censored)**

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post