Putri Azzahra Fitriani

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Cyberbullying Di Kalangan Remaja Dan Solusinya

Cyberbullying Di Kalangan Remaja Dan Solusinya

Cyberbullying Di Kalangan Remaja Dan Solusinya

Oleh: Putri Azzahra F

Sekarang ini banyak orang memakai media sosial setiap hari. Seiring berkembangnya teknologi, media sosial sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, terutama bagi remaja. Permasalahan sosial yang muncul akibat hal ini adalah cyberbullying, yaitu perundungan yang dilakukan di dunia maya.

Cyberbullying termasuk permasalahan sosial karena tidak hanya merugikan individu, tetapi juga berdampak pada interaksi sosial, norma, dan hubungan antaranggota masyarakat. Karena itu masalah ini penting untuk dibahas supaya kita tahu apa penyebab dan solusinya.

Cyberbullying adalah perundungan yang dilakukan lewat internet, biasanya lewat media sosial. Dilihat dari sosiologi, cyberbullying muncul karena interaksi sosial sekarang banyak pindah ke dunia digital. Korbannya kebanyakan anak sekolah atau remaja, ini karena mereka aktif di media sosial setiap hari.

Cyberbullying terjadi di aplikasi media sosial, seperti TikTok, Instagram, X, WhatsApp, maupun aplikasi-aplikasi lainnya. Bentuknya bisa bermacam-macam, bisa berupa hinaan, ejekan, komentar jahat, gosip, penyebaran fitnah, sampai mengedit foto agar terlihat buruk. Kadang ada juga yang mengirim pesan kasar secara terus-menerus yang membuat korban merasa tidak nyaman.

Berdasarkan survei dari UNICEF tahun 2020, sekitar 45% remaja di Indonesia mengaku pernah mengalami cyberbullying. Lalu laporan dari Kominfo tahun 2022 juga menyebutkan bahwa hampir 1 dari 2 anak usia sekolah (48%) pernah mendapatkan komentar negatif di internet. Jadi bisa dilihat kalau masalah ini memang cukup sering terjadi. Kasus ini semakin banyak terjadi karena sekarang hampir semua orang mempunyai akun media sosial dan sangat mudah mengirim komentar. Banyak korban yang memilih diam karena merasa takut masalah menjadi semakin besar atau takut dirundung lebih parah lagi.

Perilaku merundung sering muncul karena pengaruh teman sebaya dan lingkungan sekitar. Dari sudut pandang sosiologi, cyberbullying dapat dijelaskan melalui konsep interaksi sosial. Perilaku merundung sering muncul karena adanya tekanan kelompok (peer pressure) dan pengaruh lingkungan pertemanan. Ketika norma yang berkembang dalam suatu kelompok membiarkan atau bahkan membenarkan ejekan, maka individu lain cenderung ikut melakukan hal yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku menyimpang dapat terbentuk karena lemahnya pengendalian sosial di masyarakat.

Pelaku sering menganggap cyberbullying hanya bercanda atau main-main, padahal korban merasa sakit hati. Data dari KPAI tahun 2021 menunjukkan setidaknya ada 37% kasus aduan anak yang berkaitan dengan perundungan, termasuk di media sosial. Apalagi sekarang media sosial sudah menjadi bagian dari hidup sehari-hari, jadi sangat sulit untuk menghindar.

Jika dilihat lebih dalam, penyebab cyberbullying adalah karena orang kurang mengerti cara beretika dalam menggunakan media sosial. Orang menjadi mudah menulis kata-kata kasar tanpa berpikir dahulu apa akibatnya. Orang tua dan guru juga terkadang kurang peduli atau kurang mengawasi yang membuat anak bisa bebas berbuat apa saja. Fitur anonim di sosial media juga membuat pelaku merasa aman karena identitasnya tidak terlihat.

Kemudian, banyak orang juga yang tidak mengetahui jika cyberbullying itu dapat melanggar hukum. Lingkungan pertemanan juga mempunyai pengaruh besar, misalnya temannya sering melakukan perundungan yang membuat orang lain melakukan hal yang sama. Apalagi sekarang banyak yang ingin viral atau cari perhatian, sampai rela menjatuhkan orang lain.

Dampaknya berat bagi korban, mulai dari stres, minder, malas sekolah, nilai turun, bahkan bisa sampai depresi. Jika kejadian ini terus berlangsung, korban bisa mengalami trauma dan sulit percaya diri kembali. Bagi masyarakat, cyberbullying membuat suasana online menjadi tidak nyaman, sering muncul konflik, bahkan bisa merusak hubungan dengan teman atau keluarga.

Solusi yang bisa dilakukan sebenarnya banyak, bahkan bisa dilakukan dengan hal kecil sekalipun. Dengan cara, pertama, orang tua sebaiknya lebih dekat dengan anak supaya anak lebih berani bercerita jika terjadi sesuatu. Kedua, Guru di sekolah juga bisa mengadakan sosialisasi atau paling tidak mengobrol bersama tentang bahaya cyberbullying agar siswa lebih mengerti.

Ketiga, teman-teman juga harus saling mendukung dan jangan ikut membully orang lain. Keempat, korban harus ditemani dan diberi semangat supaya tidak merasa sendirian, karena kadang yang mereka butuhkan hanya ditemani. Kelima, jika ada kasus yang parah, bisa dilaporkan ke guru, sekolah, atau pihak yang lebih berwenang agar bisa ditindaklanjuti. Keenam, kita sendiri juga harus lebih berhati-hati, berpikir ulang sebelum berkomentar atau memposting sesuatu. Ketujuh, menyebarkan kata-kata positif juga bisa membantu membuat suasana internet menjadi lebih aman.

Jika semua orang sadar dan peduli, kemungkinan kasus cyberbullying bisa berkurang dan anak-anak bisa lebih aman untuk bermain sosial media. Jadi bisa disimpulkan bahwa masalah ini harus dicegah bersama-sama agar internet bisa digunakan dengan aman dan nyaman bagi semua orang.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post