Nia Ayu Anggraeni

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

AsthabrataFalsafah Kepemimpinan Jawa Sebagai Konsep Kepemimpinan Penerus Bangsa

PENDAHULUAN

Suku jawa merupakan suku bangsa terbesar di Indonesia, memiliki populasi sekitar 40% dari total populasi di Indonesia. Suku ini mendiami wilayah Jawa tengah, Jawa timur, D.I Yogyakarta dan beberapa wilayah lain di Indonesia serta terdapat di mancanegara seperti di Suriname dan Kaledonia Baru. Sejarah historis suku menurut teori ada tiga kemungkinan suku jawa berasal pertama menurut Eugene Dubois suku jawa merupakan manusia asli dari nusantara hal ini berdasarkan penelitinya dengan cara membandingan DNA manusia purba Homo Erectus dengan orang jawa saat ini yang tidak banyak memiliki perbedaan. Kedua, menurut teori Von Heild Gelrden mengatakan bawah nenek moyang suku jawa berasal dari Yunan yang berimigrasi kenusantara skitar ahun 2000SM hingga 500SM dan teori yang terakhir menurut Kern bawah suku jawa berasal dari rumpun Austronesia, penelitian ini berdasarkan dari kesamaan bahasa yang ada di Indonesia.

Suku jawa sendiri memiliki kebudayaan yang sangat beragam. Berdasarkan peta wilayah kebudayaan , terdapat di wilayah tengah dan timur wilayah jawa dan berpusat di kerjaan mataran yang saat ini merupakan wilayah Surakarta dan Yogyakarta (sebelum terpecah akibat perjanjian Giyanti pada tahun 1755). Kebudayaan jawa merupakan pancaran diri manusia yang berisikan kemauan, cita-cita, ide maupun keinginan untuk mendapatkan kesejahteraan, keselamatan dan kebahagian serta kebahagian lahir dan batin. Kebudayaan jawa sendiri telah ada sejak zaman pra-aksara yang kemudian bercampur dengan budaya dari Hindu, Budha serta Islam pada saat kedatangan agama-agama tesebut di pulau jawa.

Kebudayaan jawa juga melahirkan filsafat sebagai pedoman di dalam kehidupan masyarakatnya. Filasafat ini berakar pada budaya jawa yang telah ada, sumber utama filsafat jawa adalah naskah-naskah kuno atau karya sastra kuno maupun yang baru yang di dalamnya mengandung kebijaksanaan hidup. Filsafat jawa sendiri dipengaruhi oleh filsafat india dan cina kemudian mengalami penyesuaian setelah kedatangan islam.

Filsafat jawa sendiri menekankan kepada hubungan manusia dengan tuhan serta untuk mencapai kesempurnaan hidup. Kebudayaan dan filsafat jawa ini juga sangat mempengaruhi dalam kepemimpinan. Karena nilai-nilai budaya merupakan suatu varibel yang penting dan berpengaruh terhadap budaya politik suatu masyarakat. Masyarakat jawa juga memiliki falsafah tentang kepemimpinan. Kepemimpinan ini sangat penting untuk dibahas karena berkaiatan dengan kesejahteraan rakyat. Pemimpin adalah faktor penting dari kemajuan suatu bangsa atau masyarakat. Falsafah kepemimpinan dalam budaya jawa sendiri terdiri dari berbagai macam. Tetapi, saat ini kita membahas konsep kepemimpinan berdasarkan Astha Brata. Falsafah ini adalah pandangan masyarakat jawa mengenai pemimpinnya untuk mencapai tujuan bersama berdasarkan prinsip kejawaanya. Berdasarkan latar belakang penulisan di atas, dapat ditarik rumusan masalah yaitu, Bagaimana konsep filsafat kepemimpinan jawa berdasarkan astha brata serta bagaimana cara generasi muda menerapakan konsep kepemimpinan astha brata?

Dengan adanya tulisan ini diharapkan masyarakat jawa tidak lupa akan budaya sendiri serta dapat menerapakan nilai-nilai filsafat yang dimiliki di kehidupan sehari-hari termasuk juga saat mereka menjadi pemimpin agar menjadi pemimpin yang arif dan bijaksana.

PEMBAHASAN

1. Konsep Astha Brata

Astha brata merupakan salah satu konsep filsafat kepemimpinan dalam budaya jawa. Astha berata sendiri berasal dari kitab hindu kuno, astha memiliki arti delapan serta brata yang memiliki arti perilaku. Secara harfiah astha berata memiliki arti delapan perilaku yang harus dimiliki oleh seorangpemimpin. Sifat-sifat ini berasal dari delapan dewa dari agama hindu, yaitu :dewa candra, dewa brama, dewa indra, dewa kuwera, dewa bayu, dewa baruna, dewa surya dan dewa yama. Kedelapan sifat dewa tersebut juga menggambarkan mengenai sifat-sifat alam yang harus dimiliki oleh pemimpin,

seperti : langit, matahari, angin, air, samudera, bulan, bintang dan api. Delapan sifat tersebut, antara lain :

1. Laku hambeging candra yang memiliki arti yang bersinar seperti bulan purnama. Hal ini dimaksudkan seorang pemimpin harus mememberi penerangan yang menyejukan, terang benerang tetapi tidak panasa

2. Laku hambeging dahana yang memiliki arti pemimpin harus tegas seperti api. Tetapi memallaui pertimbangan yang rasional agart tidak menimbulkan kerusakan

3. Laku hambeging kartika yang memiliki arti seorang pemimpin harus percaya diri walaupun memiliki kekurangan seperti bintang di langit walaupun kecil tetapi tetap memnacrakan cahayanya dan memeberi sedikit sumabnagn terhadap kehidupan

4. Laku hembeging kisma yang memiliki arti bawah pemimpin harus berbelas kasihan dengan siapa saja seperti tanah yang tidak memperdulikan siapa yang menginjaknya semua dikasihani

5. Laku hambeging samiran yang memiliki arti pemimpin harus teliti. Baik buruknya kondisi rakyat harus diketahui dan tidak hanya bergantung dengan laporan bawahan

6. Laku hambeging samodra yang meiliki arti pemimpin harus memailiki jiawa pemaaf seperti samudera yang siap menampung apapun yang hanyut dari daratan

7. Laku hambeging surya yang emiliki arti pemimpin harus memberi inspirasi bagi bawahannya. Seperti matahari yang selalu menyinari setipa makluk

8. Laku hambeging tirta yang memiliki arti pemimpin harus adil seperti air yang selalu rata permukaannya. Keadilan yang ditegakan bisa memberi kecerahan ibarat air yang membersihkan kotoran

Astha brata merupakan puncak keraifan tertinggi dari kepemimpinana jawa. Walaupun, berasal daribudaya hindu tetapi penerapan astha brata ini cukup luwes sehingga masih digunakan pada masakerajaan islam. Bahkan, Pakualaman juga masih menggunakan

falsafah ini dalam kepemimpinannya, bahkan putera mahkota dari pakualaman diwajibakan untuk mempelajari tentang astha berata.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post