Muhammad Fatahan Al Falah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
NEGERI 5 MENARA

NEGERI 5 MENARA

Pada hari Selasa lalu, saya mengikuti kegiatan pembelajaran yang berfokus pada analisis karya sastra. Cerita yang saya pelajari adalah Negeri 5 Menara, sebuah novel yang memiliki alur menarik dan penuh nilai kehidupan. Dalam kegiatan tersebut, saya membuat sinopsis untuk merangkum isi cerita secara ringkas dan jelas. Selain itu, saya juga mengidentifikasi dan menuliskan unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam cerita, seperti tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, konflik, serta amanat yang ingin disampaikan penulis. Melalui proses ini, saya bukan hanya memahami jalannya cerita, tetapi juga dapat menangkap makna yang tersirat di dalamnya. Kegiatan ini sangat membantu saya dalam meningkatkan kemampuan membaca, menganalisis, dan menyimpulkan karya sastra secara lebih mendalam.

IDENTITAS BUKU

Judul: Negeri 5 Menara

Penulis: Ahmad Fuadi

Tebal Buku: 423 halaman

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Tahun Terbit: 2009

IDENTITAS FILM

Judul: Negeri 5 Menara

Sutradara: Affandi Abdul Rachman

Produser: Salman Aristo, Shanty Harmayn, Jay Subyakto

Tim Produksi: Kompas Gramedia Production dan Million Pictures

UNSUR INTRINSIK

Tema: Perjuangan, Persahabatan, dan Cita-Cita

Tokoh:

Alif Fikri: Tokoh utama, Pemuda dari Maninjau yang bercita-cita melanjutkan sekolah ke ITB.

Raja Lubis: Santri dari Medan, teman Alif.

Baso Salaluddin: Santri dari Gowa, teman Alif yang cerdas.

Atang Yunus: Santri dari Bandung, teman Alif.

Dulmajid: Santri dari Madura, teman Alif.

Said Jufri: Santri dari Surabaya, teman Alif.

Kiai Rais: Pimpinan Pondok Pesantren, Sosok yang bijaksana.

Ustad Salman: Guru yang menginspirasi para santri.

Watak:

Alif Fikri: Awalnya ragu dan bimbang, tetapi menjadi gigih dan bertanggung jawab, berjiwa motivasi dari teman-temannya.

Raja Lubis: Memiliki sifat optimis dan bersemangat.

Baso Salaluddin: Ia cerdas dan Religius.

Atang Yunus: Santai dan humoris.

Dulmajid: Bersifat jujur dan tulus.

Said Jufri: Mandiri dan Berani.

Latar Waktu: Periode 1990-an hingga awal 2000-an.

Tempat: Pondok Madani di Ponorogo Jawa Timur/Maninjau, Sumatera Barat, London, dan Mekah.

Suasana: Penuh kebersamaan, persahabatan, dan semangat pantang menyerah.

Alur: Campuran (Maju, mundur)

Sudut Pandang: Orang Pertama Tunggal (Alif) pada buku, tetapi disajikan dalam Sudut Pandang Orang Ketiga dalam film.

UNSUR EKSTRINSIK

Agama: Menekankan pentingnya ibadah, kejujuran, disiplin, tanggung jawab, dan saling memaafkan.

Sosial: Mengajarkan tentang persahabatan tanpa memandang perbedaan suku dan latar belakang.

Seni dan Budaya: Menampilkan budaya Minang, nilai-nilai pesantren, dan keragaman budaya para santri.

Pendidikan: Menekankan pentingnya pendidikan, perjuangan, dan motivasi dalam meraih cita-cita.

SINOPSIS

Negeri 5 Menara menceritakan kisah Alif Fikri, seorang pemuda dari Maninjau, Sumatera Barat, yang memiliki impian melanjutkan pendidikan ke ITB dan menjadi insinyur seperti B.J. Habibie. Namun, sang ibu lebih menginginkan Alif melanjutkan pendidikan ke Pondok Pesantren, yang akhirnya Alif turuti dengan berat hati.

Di Pondok Madani (PM) Ponorogo, Alif bertemu lima sahabatnya dari berbagai daerah di Indonesia: Raja dari Medan, Baso dari Gowa, Atang dari Bandung, Dulmajid dari Madura, dan Said dari Surabaya. Mereka dijuluki Sahibul Menara karena sering berkumpul di bawah menara pondok untuk bercerita dan berbagi impian.

Selama di pondok, mereka menjalani kehidupan santri yang penuh tantangan, mulai dari kedisiplinan ketat hingga pembelajaran yang mendalam. Alif dan teman-temannya saling menguatkan dan memotivasi untuk terus mengejar impian mereka. Mantra santri "Man Jadda Wajada" (Siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil) menjadi pegangan mereka.

Setelah lulus dari PM, mereka berpisah dan melanjutkan pendidikan masing-masing. Alif, yang nilai ujiannya tidak cukup untuk masuk ITB, akhirnya memilih jurusan Hubungan Internasional di Universitas Padjadjaran dan melanjutkan studi ke London. Di sana, ia kembali bertemu Raja dan Atang. Mereka kemudian mengetahui bahwa Baso telah menjadi hafiz di Mekah, sementara Said dan Dulmajid membangun pondok pesantren di Surabaya.

Kisah mereka membuktikan bahwa dengan tekat, persahabatan, dan keyakinan, mimpi yang tinggi bisa tercapai.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post