Hari itu adalah hari minggu yang cerah. Sejak pagi, aku dan keluarga sudah bersiap-siap untuk pergi ke rumah nenek. Setiap tahun, kami memang biasa berkumpul di sana bersama paman, bibi, dan sepupu-sepupu. Rumah nenek yang berada di pinggir kota selalu terasa hangat dan penuh kenangan.

Sesampainya di sana, nenek sudah menyambut kami di depan pintu dengan senyuman hangatnya. "Selamat datang, anak cucu-cucuku tersayang!" katanya sambil menepuk kami satu per satu. Di dalam rumah, aroma masakan khas nenek sudah tercium menggoda. Ada opor ayam, sambal goreng kentang, rendang, dan tak lupa kerupuk yang selalu renyah.

Setelah makan siang bersama, kami semua berkumpul di ruang tamu. Paman dan bibi saling bercerita tentang pekerjaan mereka. Sementara, para sepupu bermain bersama. Aku dan dua sepupuku bermain bermain kartu UNO sambil tertawa-tawa. "Eh jangan curang ya FA!" kata sepupuku, Nabil, sambil tertawa saat aku mencoba mengintip kartunya. "Enggak, aku cuma lihat warnanya aja kok!" jawabku sambil pura-pura polos.

Nenek lalu datang membawa sepiring dibagikan pisang goreng panas. "Ayo anak-anak, istirahat sebentar, makan dulu ini, biar kuat mainnya," katanya. Sore harinya, kami semua keluar ke halaman belakang rumah nenek. Kami bermain bola bersama, sementara para orangtua duduk di teras sambil minum teh dan mengobrol.

Sebelum pulang, kami berfoto bersama di depan rumah. Nenek berdiri di tengah, dikelilingi oleh anak-anak dan cucunya. Kami semua tersenyum lebar, karena hari itu terasa begitu hangat dan menyenangkan.

Hari itu bukan hanya tentang makanan enak atau bersama bermain, tapi tentang rasa cinta dan kebersamaan yang terus kami jaga dalam keluarga.