Salam Literasi.

Hari ini melayani. Besok melayani. Kemarin sama. Melayani. Topik ini unik dan menarik. Semua bicara melayani. Ingin berbagi. Membawa kebaikan. Menularkan ke segala penjuru. Termasuk literasi. Sungguh menakjubkan. Literasi menjadi gerbong impian. Milik umum. Siapa saja boleh memiliki. Mengaku dan berbagi kudapanbyang sama. Buku.

Sudut pandang ini berubah. Dulu, keren itu dilayani. Hari ini, bergeser. Keren itu melayani. Sudi berbagi. Banyak mendengar. Belajar tiada henti. Tanpa lelah. Virus ini harus menular. Semakin banyak korban, justru yahud. Sagusabu, satu guru satu buku. Bukti sahih betapa menulis buku itu mudah. Untuk siapa saja. Guru terus menulis. Berbagi pengalaman. Inspirasi. Untuk dibaca. Dibeli bukunya. Lalu terjerat. Ingin menulis juga. Kini, lebih lima ribu guru telah berhasil. Ukir nama dalam prasasti sejarah. Guru penulis. Penulis yang guru.

Semangat ini terus dikobarkan. Sasisabu lahir. Dirawat. Dipupuk. Dijaga. Agar program satu siswa satu buku terus bergaung. Siswa menulis buku itu keniscayaan. Ada ratusan buku. Lahir dari siswa. Amazing. Kini saatnya, kobaran ini terus meluas. Menyasar siswa lainnya. Se-indonesia. Jika siswa SD bisa, SMP gak boleh kalah. Kala siswa SMP sudah punya dua buku. SMK nggak boleh menyerah. Jika siswa MA sudah terbit bukunya. Tsanawiyah harus berjaya.

Cita mulia ini terbukti bisa. Sukses di tiap wilayah. Sabang hingga Merauke. Miangas hingga pulau Rote. Syarat wajibnya cuma satu: melayani. Jika tiap guru melayani satu siswa, membimbing, mengajak, menjadi katalisator untuk siswa. Jutaan buku segera hadir. Di ruang baca kita. Saya percaya. Ini tak lama.

Jadi siswa mulia karena karya. Buku adalah pilihan yang layak dipercaya. Itu saja.

Malang, 25 Desember 2018.