Cerita 'Tuhan, Terimakasih! Kini Aku menjadi Diri-ku lagi.'
Dulu aku pernah berpikir "Buat apa aku diciptakan lalu di lahirkan ke dunia? aku juga tidak meminta untuk dilahirkan kalau saja kehidupan-ku yang seperti ini." Aku selalu mendorong pertanyaan konyol itu untuk keluar dari dalam pikiranku. Dan aku juga pernah bepikir "Mengapa aku harus bertahan seperti ini? banyak sekali yang aku hadapi. Apa mungkin nanti ada jalan keluarnya?." Ternyata, ini dia jawaban yang aku cari dari pertanyaan-pertanyaan yang selama ini selalu menghantui-ku dalam pikiran.
Kisah ini berawal dari cerita masa kecilku terlebih dahulu. Waktu aku masih kecil sekitar umur 4-8 tahun, aku cukup terbilang anak yang aktif, ceria, dan selalu tersenyum. Aku pandai bersosialisasi dengan orang lain, sampai-sampai orang itu menjadi teman-ku. Aku selalu di kelilingi oleh orang-orang yang sangat sayang dan sangat baik terhadap diriku, yaitu kedua orang tua-ku, kakek, nenek, om dan tante-ku hingga sepupu-sepupuku. Rasanya aku ingin kembali ke masa itu. Masa-masa dimana hangatnya senyuman dan pelukan masih terasa nyaman. Bukan cuma itu saja. keinginan yang aku minta selalu di turuti. Saat itu, ulang tahunku selalu di rayakan dan tidak pernah ada seseorang yang lupa akan kedatangan hari lahirku. Kado yang berserakan dimana-mana dan perayaan sederhana tetapi membuatku terasa "selalu dirayakan dan dimanjakan." Aku benar-benar ingin kembali ke masa itu dan kembali menjadi "diriku sendiri."
Namun, aku yang dulu dengan yang sekarang berbeda. Semenjak aku masuk sd dan beranjak ke SMP kelas 1. Aku menjadi anak yang pengecut dan takut "kehilangan teman." Karena aku pernah di jauhkan sehingga aku selalu sendirian, tidak punya teman, dan hanya beberapa orang saja yang menemaniku. Aku juga pernah "bermasalah" dengan mereka. Tapi emang-Nya harus terus menerus aku dijauhkan seperti itu? walaupun aku tahu rasa sakit dibalas maaf itu emang tidak adil. Tapi bukankah aku termasuk tidak adil? apakah satu kesalahan yang aku buat harus terus dibicarakan seperti itu sampai semuanya menjauh?. Setiap pulang sekolah, dulu aku sering menangis dan terus memikirkan "apa yang harus ku lakukan?."
Sampai pada akhirnya, aku mulai berani buka suara terhadap orang tua-ku tentang kejadian ini. "Pah, Mah. Kalian tahu? aku disekolah selalu sendirian, aku ga punya teman." "Jujur, aku capek dengan keadaanku disekolah seperti ini." Ucap-ku. "Aku sempat punya masalah dengannya, sudah bermaaf-maafan tapi rumor-rumor jelek tentangku mulai menyebar. Apa yang aku harus lakukan lagi pah, mah? Rasanya sakit, setiap hari aku ngemis dan ingin ditemani. Aku tidak tahu lagi harus gimana. . ." Suaraku yang mulai perlahan tidak terdengar.
"Kak, dengar ini baik-baik ya?. Kamu masih punya dirimu sendiri, kamu bisa berdiri sendiri, dan kemana-mana juga bisa sendiri. Jangan TAKUT dan jangan jadi PENGECUT. Jangan tunduk sama orang yang merendahkanmu bahkan menghinamu. Biarin aja orang mau ngomong apa tentangmu kaka, jangan di dengerin, abaikan. Orang itu ga biayain hidup kamu, ga ngasih kamu makan, jadi gausah takut. Kamu bisa sendiri kak, jangan ngemis-ngemis mau ditemenin ketika kamu udah dijauhin. Bangkit menjadi Kakak Key yang papa, mama kenal ya? Hadapin masalahmu, karena setip masalah pasti ada jalan keluarnya. Semangat ya kak! kamu masih punya kita." Mendengar itu, hatiku langsung tesentuh. Rasanya ingin menangis mendengar itu semua. Ternyata benar, aku masih punya diriku sendiri dan punya orang tua yang selalu dan setiap hari mendukung-ku. Jadi aku tidak perlu menjadi orang yang pengecut dan takut lagi mulai dari sekarang.
Perlahan-lahan aku mulai bisa berdiri dan bangkit menjadi anak yang ceria dan aktif. Anak yang dulu bisa dibilang anak yang ceria kini mulai kembali lagi. Aku senang menjadi pribadi yang sekarang, lebih baik, dan membaik. Akhirnya pertanyaan tersebut sudah terjawab kenapa tuhan menciptakan-ku. Tuhan ingin aku mencoba menghadapinya dan menjadi lebih baik, kuat, dan juga kembali menjadi 'Kyla Aulia Prasetyo" yang ceria. Pah, mah... terimakasih sudah menjadi tempat ternyaman untukkku pulang. Tuhan, Terimakasih.
-M'reka hanya tau namamu, M'reka takkan jadi diri-ku.
Tulisan 3
Jakarta, 21 Agustus 2025
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar