Ammarista Dzakiyya Ats-tsaniah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Youth Intel Patrol (Bab 1)

Hari itu.

Hari paling menyakitkan bagiku,

juga sebagian besar penduduk pulau.

Dan tahun ini, tepat satu tahun setelah tragedi itu.

* * * * *

Seorang gadis berpakaian serba hitam melangkah memasuki pemakaman. Posturnya tegap, tatapan matanya sendu. Dari perawakannya, umurnya sekitar 16 tahun. Jilbab pashmina-nya tersibak pelan ditiup angin pagi. Dia membawa sekeranjang kelopak bunga yang umum dibawa oleh pengunjung makam.

Setelah berjalan berhati-hati di antara ratusan kuburan, gadis itu berhenti di satu kuburan. Kuburan itu agak kotor, bagian atasnya ditumbuhi beberapa rumput kecil. Gadis itu berjongkok, lalu membersihkan kuburan itu dengan hati-hati. Setelahnya, ia menaburkan bunga yang dia bawa, lalu berdoa.

Selesai berdoa, gadis itu terdiam sambil menatap sendu kuburan di hadapannya. Ia mengucapkan nama yang tertera di nisan kuburan itu dengan lirih. Tak lama kemudian, setetes air mata jatuh membasahi pipinya, disusul bulir-bulir air mata yang lain.

Gadis itu mengusap pipinya dengan jilbabnya. Setelah terbatuk-batuk sebentar, mulutnya bersuara.

“Hai, sahabatku. Sudah lewat satu tahun semenjak kepergianmu. Aku sangat kesepian sekarang tanpamu. Aku merindukan masa-masa bersamamu, menyelesaikan misi bersama-sama. YIP sekarang juga sepi, banyak agen yang tewas setelah tragedi itu selain kamu. Sekarang, tidak banyak yang berminat menjadi agen.”

Hening.

“Dua teman kita, nasib mereka sama denganku. Rasa bersalah ini masih menghantuiku hingga sekarang. Andai saat itu aku bisa menarik tubuhmu lebih cepat, mungkin aku masih bisa melihat wajah rupawanmu hingga sekarang. Juga yang lain, mereka masih murung walau sudah satu tahun berlalu. Kepala Divisi sampai tidak tahu harus apa untuk menghibur kami. Aku jadi bersalah juga padanya.”

Hening kembali. Gadis itu menunduk kali ini.

Dia kembali menangis. “Maafkan aku ... aku bukanlah sahabat yang baik ...”

* * * * *

Satu tahun yang lalu, 7 Agustus 2049.

Siang itu, mentari bersinar sangat terik. Seorang gadis tampak berjalan kelelahan sekaligus kepanasan. Dia melirik smartwach di pergelangan tangan kirinya, jam menunjukkan pukul 12.49. Sudah 19 menit dia berjalan, padahal seharusnya sejak 9 menit yang lalu dia sudah sampai di tujuan. Dia memperhatikan sudut jam, terlihat suhu saat ini, 31 oC. Dia mengeluh, lalu memutuskan membeli minuman di vending machine di trotoar.

Setelah mengambil minuman botol yang dia beli, gadis itu duduk di kursi sebelah vending machine dan meminum minumannya. Sembari mengibaskan pelan jilbabnya, dia menghela nafas.

“Fidel!”

Gadis itu menoleh mendengar namanya disebut. Raut mukanya yang sejak tadi cemberut kini berubah drastis, riang melihat temannya datang.

“May!” gadis bernama Fidel itu mendekat ke temannya.

“Kamu ngapain? Sepedamu di mana?” temannya yang bernama May itu keheranan.

“Ban sepedaku bocor tadi pagi saat mau berangkat, seharian ini mengantri di bengkel. Alhasil aku harus jalan kaki.”

“Kenapa tidak naik bus kota? Jangan bilang kamu malas karena harus berdesak-desakan.”

“Bukan itu, lagipula aku selalu berangkat pagi-pagi sekali, bus kota tentunya sangat lengang. Hanya saja, yah ... begitulah,” Fidel menghembuskan nafas sembari menutup botol minumannya.

“Apa?” May menatap Fidel bingung. Fidel tetap diam.

“Udahlah, ayo, sini, kubonceng saja! Daripada kita terlambat ke markas.”

Fidel mengangguk, lalu menduduki bangku belakang sepeda May.

Sebetulnya, lokasi yang mereka berdua tuju itu tidak jauh dari lokasi Fidel beristirahat. Hanya saja, Fidel tidak tahan berjalan dalam kondisi sangat panas. Padahal dia kuat-kuat saja kalau disuruh berjalan hingga 3 hari di lokasi dingin bersalju.

Fidel dan May akhirnya sampai di lokasi yang mereka tuju. Sebuah gedung besar dua lantai. Memang tidak seberapa tinggi, namun gedung itu sangatlah luas. Arsitekturnya mengagumkan, nyaris melampaui kemampuan para ahli teknik sipil. Fidel turun dari sepeda setelah mereka diizinkan masuk oleh satpam. May memarkirkan sepedanya, sementara Fidel menunggu di depan lobi.

“Ayo.”

Fidel mengangguk, lalu berjalan bersisian dengan May. Tiba di portal, mereka menempelkan kartu identitas mereka pada barcode scanner, lalu sistem dengan cepat mendeteksi kode di kartu mereka dan mempersilakan untuk masuk.

Beberapa orang tampak menyapa mereka. Kebanyakan lebih tua dari Fidel dan May. Mereka berdua membalas mereka dengan lambaian tangan.

Setelah berjalan 2 menit, mereka tiba di ruangan Divisi 3, Bom dan Bahan Peledak Lainnya. Fidel membuka pintu, dan ruangan seluas 13 x 8 meter itu terpampang jelas di depan mata. Banyak meja berderet rapi, juga kursi-kursi. Meja-meja itu cukup besar untuk ukuran meja kantor, dan di atasnya terdapat komputer, laptop, lembaran kertas, map-map, peralatan untuk menjinakkan bom, dan banyak lainnya. Di sinilah tempat Fidel dan May bekerja.

“Hai, Fidel, May!” sapa seorang gadis sepantaran mereka.

“Hai! Sudah sampai dari tadi?” tanya Fidel.

“Tidak juga, aku baru datang 6 menit yang lalu. Tumben kalian datang lebih lambat dari biasanya?” tanya gadis itu lagi.

“Sepedaku bocor, jadi aku berjalan kaki. Tapi cuacanya sangat panas, aku tidak bisa berjalan dengan cepat karena gerah. Untungnya aku bertemu May di jalan,” jelas Fidel.

“Kalau aku, tadi masih membenarkan rantai sepedaku yang tiba-tiba terlepas dari gigi-nya.” Ucap May sambil menunjukkan tangannya yang kotor.

Fidel baru menyadari tangan May ada bercak hitamnya. Dari tadi dia tidak memperhatikan.

“Ooh.”

“Omong-omong, Aquila, tumben rambutmu dimodel seperti itu. Biasanya kamu kuncir kuda, dan itupun berantakan,” tanya Fidel sambil menunjuk gadis yang bernama Aquila itu. Dia lalu melangkah mendekati mejanya.

Aquila ikut berjalan di depan Fidel, menuju mejanya yang jadi satu dengan Fidel. “Oh, ini, hahaha, aku tadi malam habis nonton anime romance jadul. Itu loh, Your Name. Aku suka banget sama model rambutnya Mitsuha, jadi pengen coba model kayak gitu juga. Aku tidak menyangka hasilnya bisa rapi seperti ini.”

May berjalan di belakang Fidel. Mejanya juga sama dengan Fidel dan Aquila. “Oh, begitu? Kupikir kamu berusaha di-notice sama crush-mu di sekolah, yang kamu ceritakan pekan lalu.”

Wajah Aquila memerah, lalu menoleh ke arah May. “Sssttt!! Nanti didengar orang lain di sini!”

Salah seorang agen di dalam ruangan itu, yang usianya sekitar 4 tahun lebih tua dari mereka bertiga, menyahut. “Wah, Aquila sudah punya crush? Cieee.”

Fidel tertawa, sementara May hanya tersenyum kecil. Wajah Aquila makin memerah. Dia memelotot pada May.

“Hahaha, sudah, sudah, ayo, ke meja kita,” ucap Fidel akhirnya.

Meja Fidel, May, dan Aquila terletak tepat di sebelah kaca. Di ruang itu, dinding yang mengarah keluar memang terbuat dari kaca. Mereka bertiga duduk di kursi masing-masing, lalu terdiam.

“Eh, mana kembaranmu? Si Antares itu?” tanya Fidel menatap satu kursi di meja mereka yang kosong.

“Oh, dia demam. Tadi malam suhunya sampai 39 oC. Jujur saja aku heran, kenapa tiba-tiba dia sakit.” Aquila menjawab.

“Jangan bilang dia habis begadang,” celetuk May.

Aquila mengangguk. “Seminggu ini dia memang sering begadang. Sejak dia bergabung dengan kita dua minggu yang lalu, Antares berusaha keras agar bisa menyusul kita.”

“Wah, masya Allah, benar-benar pekerja keras.” Fidel kagum.

Setelahnya, mereka diam-diaman lagi. Fidel membuka tabletnya, dan menyadari kalau dia punya tugas dari Kepala Divisi yang belum selesai di reminder-nya. Dia segera menyalakan komputer di hadapannya, dan mengerjakan tugas itu. Mendata catatan pengeboman dari bulan Januari hingga Juni. Jenis ledakannya, lokasinya, jumlah korban, tanggal kejadian, dan berbagai detail lainnya.

Sementara itu, Aquila mempelajari struktur dari sebuah bom yang belum pernah dia ketahui sebelumnya. Sejujurnya, May dan Fidel sudah selesai mempelajari semua bom dan berniat mengajari Aquila, tapi Aquila memilih belajar sendiri dan baru tanya-tanya ketika ada hal yang tidak dia paham. Yah, Aquila memang bergabung lebih lambat daripada May dan Fidel. Perbedaannya sekitar 4 bulan. Jadi, May dan Fidel sekarang sudah hampir satu tahun bergabung di YIP, sementara May dan Fidel baru 8 bulan.

Sedangkan May, dia tidak tahu apa yang harus dlakukan. Dia tidak punya tugas ataupun sesuatu yang perlu dia pelajari. Semuanya sudah diselesaikan dalam waktu satu tahun ini. May akhirnya memilih untuk bertanya pada Ketua Divisi melalui chat. Sambil menunggu, dia membuka komputer dan melihat berita terkini.

Oh, iya, sepertinya kalian bingung, dari tadi tulisan ini membahas apa, sih?

Jadi, tempat ini merupakan sebuah negara sekaligus pulau bernama Teren. Negara yang kecil, mungkin seukuran Singapura. Letaknya sekitar 25 kilometer dari negara terdekat. Akan tetapi, seperti pepatah, kecil-kecil cabe rawit, Teren termasuk salah satu dari jajaran negara paling maju di seluruh dunia.

Teren terbagi menjadi 3 wilayah. Government Region, Resource Region, dan Security Region. Government Region adalah wilayah khusus para pejabat-pejabat negara. Merekalah yang bertugas menata Teren supaya dapat terus maju. Resource Region adalah wilayah penghasil seluruh sumber daya Teren. Mulai dari bahan pangan, sandang, papan, penghasil energi terbarukan, dan lain-lainnya. Terakhir, Security Region adalah tempat Fidel, May, dan kawan-kawan tinggal. Di sana, sebuah organisasi bernama YIP berdiri.

YIP adalah singkatan dari Youth Intel Patrol, yaitu merupakan organisasi yang menerima dan menjalankan agen-agen muda dari umur 12 hingga 25 tahun untuk menjaga keamanan negara. Tentu saja, selain YIP ini masih ada organisasi lain yang terfokus untuk orang-orang yang umurnya di atas 25 tahun, bernama CIP alias Central Intelligence Patrol yang cenderung lebih terhubung dengan orang-orang di Government Region. Dua-duanya adalah organisasi penting yang menjaga Teren. Berhubung Teren adalah negara maju, tidak menutup kemungkinan akan munculnya penyusup, mata-mata, dan paling parah, teroris. Untuk itulah, diperlukan wilayah dan organisasi ini.

YIP sendiri terbagi menjadi beberapa divisi. Divisi 1, yakni Divisi Investigasi yang menindak lanjuti kasus-kasus kriminal yang terjadi. Divisi 2, Divisi Keamanan Publik. Divisi ini banyak diminati oleh anak-anak karena pekerjaannya seperti polisi. Dan terakhir, Divisi 3, Divisi Bom dan Bahan Peledak Lainnya. Sedangkan untuk CIP nanti akan lebih rinci untuk penjabaran pekerjaannya.

Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, Fidel, May, Aquila, dan Antares tergabung dalam Divisi 3.

Lalu, apa saja yang dilakukan di Divisi 3? Banyak. Untuk agen baru, mereka diwajibkan mempelajari seluruh aneka macam bom dan bahan peledak lainnya, lengkap dengan mekanisme, ciri-ciri, dan cara menanganinya. Itu semua tercatat dalam modul resmi YIP. Setelah mereka selesai mempelajari modul itu, mereka harus melapor ke Ketua Divisi untuk melakukan Ujian Kepantasan. Apakah agen itu sudah cocok untuk diikutkan misi, atau belum? Bagi yang gagal, mereka harus belajar lagi dan baru boleh melaksanakan Ujian Kepantasan sebulan setelah pengumuman hasil ujian. Umumnya, agen-agen baru berhasil melewati Ujian Kepantasan dalam kurun waktu satu tahun. Namun, itu tidak berlaku bagi agen-agen genius yang berhasil melaluinya dalam waktu 3 hingga 6 bulan saja. Untuk yang berhasil, selanjutnya mereka akan diberikan bimbingan dan pelatihan yang dilakukan oleh agen-agen CIP berpengalaman untuk memantapkan skill masing-masing. Setelah itu, barulah mereka bisa menjalani misi nyata.

Agen-agen ini tidak hanya melaksanakan misi di lapangan. Mereka juga bekerja di kursi mereka masing-masing, di ruang kerja masing-masing divisi lebih tepatnya. Seperti Fidel yang disuruh untuk mendata detail kasus pengeboman.

Terkadang, agen di satu divisi bisa melaksanakan misi bersama agen-agen di divisi lain. Contoh, ketika salah satu agen Divisi 2 yang sedang bertugas di lapangan menemukan sebuah bom waktu di bawah sebuah kursi taman, dia akan menghubungi markas, lalu markas akan mengirimkan agen-agen dari Divisi 1 dan Divisi 3. Divisi 1 akan menyelidiki siapa yang memasang bom dan menangkapnya, sedangkan Divisi 3 akan menjinakkan bom supaya warga sekitar selamat. Sedangan Divisi 2 tidak hanya diam, mereka akan mengevakuasi warga supaya menjauh dari lokasi bom.

YIP dan CIP tidak hanya terletak di Security Region saja. Di seluruh penjuru negeri, ada banyak markas-markas YIP dan CIP yang berdiri, siap menjaga keamanan negara. Hanya saja, pusatnya yang di Security Region.

Setelah 10 menit membaca berita-berita harian, May mendapat notifikasi dari Kepala Divisi. May mendapat tugas untuk menganalisis sebuah kasus yang baru saja terjadi tadi pagi, pukul 8, di sebuah pusat perbelanjaan. May baru saja membaca berita kasus itu. Kepala Divisi memberikan laporan dari Divisi 1 yang berisi rincian kronologi dan kondisi TKP. Dengan segera, May melaksanakan tugas tersebut.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post