Dulu setiap sore hari selalu dipenuhi gelak tawa yang membahana. Jalanan kecil di gang rumah saya menjadi lapangan bermain yang luas tak terhingga. Rumah-rumah warga dengan cat warna-warni menjadi benteng-benteng kokoh dalam petak umpet kami. Imajinasi kami tak terbatas, kayu bisa dijadikan pedang. Selokan deras bisa dijadikan balapan perahu dan setiap permainan tersebut dipenuhi kreativitas. Setiap hari adalah petualangan baru, setiap sore adalah kenangan indah.

Waktu berlalu begitu cepat, seperti air sungai yang mengalir deras. Saya tumbuh dewasa, tanggung jawab menumpuk dipundak. Sekolah menjadi prioritas utama, les menjadi tambahan agar waktu bermain berkurang. Harapan orang tua yang begitu cerah untuk bisa membanggakan orang tua saya. Lapangan kami yang dulu begitu luas, perlahan digantikan oleh buku-buku pelajaran yang tebal dan susah. Tawa kami yang mulai mereda menjadi bisikan lelah di malam hari. Sekarang permainan tersebut hanya akan menjadi kenangan saat kami lelah butuh hiburan.

Sesekali saya rindu akan kenangan indah saat kami masih kecil dan masih bisa bermain tanpa beban. Petualangan yang saya saya kira tak berharga ternyata tak ternilai harganya. Namun, kenyataan memaksa kami untuk dewasa. Kami hanya bisa mengenang masa lalu tetapi tidak bisa mengulang masa lalu. Sekarang kami tidak bermain lagi, hanya fokus mengerjakan tugas untuk nilai ku nanti.