Pagi itu, matahari terasa hangat di atas lapangan sekolah. Kami semua berdiri berbaris rapi, mengenakan seragam lengkap, sementara suara dari pengeras terdengar memulai acara Sertijab OSIS. Meski aku hanya penonton, rasanya seperti ikut terlibat dalam sesuatu yang penting. Ini adalah Sertijab terakhir yang akan aku saksikan sebelum lulus.

Dari tempatku berdiri, aku melihat teman-temanku—yang selama setahun ini menjadi pengurus OSIS—berbaris di depan. Mereka terlihat lebih dewasa dari biasanya, dengan wajah yang campur antara bangga dan haru. Saat kepala sekolah berbicara tentang dedikasi mereka, aku ikut merasa bangga. Aku tahu betapa sibuknya mereka selama ini, dari rapat pagi sampai pulang sore hanya untuk menyiapkan acara sekolah.

Lalu tiba saat yang paling ditunggu: penyerahan bendera OSIS kepada adik kelas. Suasana lapangan menjadi hening, hanya suara kain bendera yang sedikit berdesir tertiup angin. Di wajah teman-temanku, aku bisa melihat kelegaan, tapi juga sedikit kesedihan. Semua usaha mereka selama setahun kini benar-benar berakhir.

Setelah upacara selesai, kami diberi waktu istirahat. Beberapa teman OSIS difoto bersama, sementara yang lain saling berpelukan dan tertawa kecil. Aku menatap mereka dari jauh dengan perasaan campur aduk—senang karena mereka berhasil, tapi juga sadar bahwa waktu kami di sekolah ini semakin sedikit. Sertijab hari ini bukan hanya pergantian kepengurusan, tapi juga pengingat bahwa sebentar lagi, giliran kami yang harus melangkah pergi.