Hari itu, giliran kelompok teman-temanku yang maju untuk presentasi di depan kelas. Dari awal, aku bisa melihat bagaimana mereka sudah menyiapkan diri dengan cukup baik. Tugas dibagi rata, materi disusun rapi, bahkan media pendukung seperti slide PowerPoint juga dibuat dengan tampilan yang jelas dan mudah dipahami.

Namun, ada satu hal yang cukup mengejutkan. Ternyata materi yang mereka presentasikan berbeda dari yang seharusnya. Walau begitu, mereka tidak langsung panik. Mereka tetap melanjutkan presentasi dengan penuh keyakinan, sambil menjelaskan sesuai dengan materi yang sudah mereka buat. Bahkan, mereka menyiapkan satu PowerPoint lain yang berisi materi yang benar, lalu mengirimkannya kepada guru sebagai bentuk tanggung jawab.

Ketika presentasi berlangsung, setiap anggota menyampaikan bagian masing-masing dengan cukup jelas. Sesekali ada rasa gugup yang terlihat, bahkan ada yang sempat lupa urutan, tapi kerja sama mereka sangat terasa. Anggota lain sigap membantu dan menutupi kekurangan itu, sehingga presentasi tetap berjalan dengan lancar. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya solidaritas dalam sebuah kelompok.

Yang membuat suasana jadi lebih menyenangkan adalah cara mereka membawakan materi. Tidak hanya dengan penjelasan, tetapi juga lewat contoh-contoh yang dekat dengan kehidupan sehari-hari, sehingga teman-teman lain bisa lebih mudah memahami.

Secara keseluruhan, meski ada kekurangan, presentasi mereka tetap menarik dan patut diapresiasi. Aku belajar bahwa kesalahan bukan akhir dari segalanya, melainkan kesempatan untuk tumbuh dan memperbaiki diri. Kelompok itu telah membuktikan bahwa dengan kerja sama, komunikasi yang baik, dan sikap percaya diri, sebuah hambatan bisa diubah menjadi pengalaman berharga.

Jakarta, 3 September 2025

Ini adalah tulisan ku yang ke-5.