FOMO (Fear of Missing Out)
Perkembangan teknologi digital telah membawa perubahan besar dalam kehidupan manusia. Segala aktivitas kini bisa dilakukan dengan cepat dan mudah berkat internet dan media sosial. Namun, di balik kemajuan tersebut, muncul fenomena sosial baru yang mengkhawatirkan, yaitu FOMO (Fear of Missing Out) atau rasa takut tertinggal dari orang lain. FOMO menggambarkan perasaan cemas dan tidak tenang saat seseorang merasa ketinggalan informasi, tren, atau momen yang sedang ramai di lingkungan sosialnya. Fenomena ini kini banyak dialami, terutama oleh remaja pengguna aktif media sosial.
FOMO muncul karena manusia memiliki kebutuhan alami untuk diterima dan diakui oleh lingkungannya. Di era digital, kebutuhan itu tercermin melalui media sosial, tempat orang membagikan pencapaian, kesenangan, dan momen terbaik dalam hidup mereka. Ketika seseorang melihat unggahan tersebut, tanpa sadar ia mulai membandingkan dirinya dengan orang lain. Akibatnya, timbul rasa iri, minder, dan cemas karena merasa hidupnya tidak semenarik kehidupan yang dilihat di layar.
Fenomena ini dapat berdampak buruk pada kesehatan mental. Orang yang mengalami FOMO cenderung sulit lepas dari gawai, takut melewatkan notifikasi, bahkan kehilangan fokus dalam belajar atau bekerja. Secara perlahan, FOMO dapat memicu stres, kelelahan emosional, dan menurunnya rasa percaya diri. Dalam jangka panjang, hal ini juga dapat mengganggu hubungan sosial di dunia nyata karena seseorang lebih sibuk mengikuti kehidupan orang lain dibandingkan menikmati hidupnya sendiri.
Untuk memperdalam pandangan tentang FOMO, aku mewawancarai mamaku dan temanku, Alora. Mamaku menilai FOMO muncul karena kebiasaan membandingkan diri di media sosial, sedangkan Alora berpendapat hal itu terjadi karena ingin selalu ikut tren. Keduanya sepakat bahwa mengatur waktu penggunaan media sosial dan fokus pada hal-hal positif dapat membantu mengatasinya.
Meski begitu, FOMO bukan sesuatu yang tidak bisa diatasi. Langkah pertama adalah menyadari bahwa apa yang ditampilkan di media sosial hanyalah sebagian kecil dari kenyataan, bukan cerminan kehidupan seseorang sepenuhnya.
Jakarta, 27 Oktober 2025
Ini adalah tulisanku yang ke-15
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan

Komentar