Jasmine Sonia Failasufa

gadis remaja yang sedang menempuh pendidikan di sekolah tinggi

Selengkapnya
Navigasi Web
Berprasangka buruk? No!
Semoga menghibur :)

Berprasangka buruk? No!

```

"Saya harap, kamu bisa menerima ini semua ya, Bella," ucap Kepala Sekolah padaku di jam istirahat waktu itu.

Aku menelan ludah. Jujur, jantungku berdegup kencang, tapi tidak sekencang orang-orang bisa mendengarnya. Ada apa, ya?

"Bella Putri?" panggil Kepala Sekolah.

Aku segera sadar dari lamunanku yang sedang menebak akan terjadi apa. "Iya, Pak?"

"Tolong kamu tanda tangan di sini," ucap Kepala Sekolah sembari menyodorkan sebuah kertas. Aku menatap tulisan yang tertera pada baris awal "Surat Keterangan Pindah Sekolah". Napasku mulai tidak beraturan ketika membaca kalimat itu.

"Sudah, Pak," ucapku bergetar. Aku tidak mampu mengeluarkan kalimat panjang, kalimat yang tertera pada baris awal kertas tadi, sudah cukup menjawab semua pertanyaan pada benakku.

"Baiklah, terima kasih..," ucap Kepala Sekolah dengan memasukkan kertas itu ke dalam amplop berwarna coklat, "kamu boleh kembali ke kelas," sambungnya.

Aku mengangguk.

```

"Bella, ada apa?" tanya sahabatku, Rina, saat aku kembali duduk di bangkuku dengan wajah senduku.

"Barangkali, besok aku nggak bisa bercanda lebih denganmu," jawabku dengan senyuman yang kupaksa.

"Kenapa, Bel?!" kaget Rina yang mungkin tahu dengan sikapku berbeda dengan biasanya yang super duper ceria, "apa jangan-jangan kamu habis dipanggil di kantor tadi dan itu yang membuatmu sedih?" lanjut Rina bertanya lebih detail.

Lagi-lagi, aku mengangguk. "Iya, aku disuruh menandatangani surat untuk pindah sekolah," jawabku dengan perasaan tidak ada niat.

Rina membulatkan matanya seolah tidak percaya dengan mulut yang sudah cukup menggambarkan perasaan bingung dan sedihnya.

"Sudahlah.. nggak apa, toh kita masih tetanggaan.. aku juga masih bisa mengambil rambutan depan rumahmu!" ucapku yang bermaksud menghibur Rina. Aku tahu dia akan sedih, barangkali.

Rina mendenguskan napas kecilnya. "Iya, tapi di sekolahan aku tidak bisa menikmati candaanmu lagi. Nanti kalau waktunya bayar uang kas dan aku lupa membawa uang, siapa coba yang mau aku pinjamin uangnya?!" kesal Rina.

Aku memaksakan tawa kecil, mengingat kejadian kemarin di mana Rina yang memintaku untuk membayar tagihan uang kas kelas karena ia lupa tidak membawa uang.

"Makanya, jangan lupa buat bawa uang! Apalagi buat kas!" sahutku.

Rina tertawa dan itu cukup membuatku tersenyum melihat tawanya.

"Tunggu, kenapa ya kamu akan dikeluarkan dari sekolah?" tanya Rina.

Aku menggeleng. "Aku nggak tahu, aku juga nggak bertanya. Lagipula, mungkin jawabannya karena aku sering telat bayar SPP ataupun karena aku juga lupa untuk mengerjakan PR."

"Telat bayar SPPkan, bukan berarti kamu tidak mampu untuk membayar SPP. Untuk PR, kamu kan sudah konsultasi ke Wali Kelas karena kamu harus membantu orang tuamu bekerja setiap waktu? Waktu buat sekolahmu kan berkurang," ucap Rina menjelaskan.

"Entahlah, Rin.. barangkali pihak sekolah sudah tidak mau dengan siswa seperti itu," jawabku.

"Hah?! Keadilannya mana ini?! Setiap anak punya hak dong buat pendidikannya! PR juga bukan hal yang wajib dalam mencari ilmu!" ucap Rina yang masih tidak terima dengan kejadian yang menimpaku.

Aku mengangguk dengan senyuman. "Kamu kalau udah besar, jadi pengacara lebih cocok ya!" ucapku dengan tawa kecilku.

"Semoga!" celetuknya.

```

Aku tidak memperhatikan pelajaran setelah kejadian tadi. Seolah ada yang berkata, "Sudahlah.. besok kan kamu sudah nggak sekolah di sini, ngapain nyimak pelajaran lagi?"

"Bella?"

Aku mengangkat kepalaku yang kusandarkan di meja. Kepalaku tiba-tiba terasa berat sejak tadi, atau karena aku terlalu memikirkan hal tadi?

"Iya, Bu?" sahutku.

"Kamu sakit?" tanya bu Siti padaku.

Aku menggeleng. "Nggak, Bu," jawabku dengan suara serak.

"Kalau sakit kamu boleh istirahat di UKS, tidak apa tidak mengikuti pelajaran saya hari ini," usul bu Siti.

Iya aku tahu, aku tidak apa mengikuti pelajaran hari ini karena aku besok sudah tidak sekolah di sini lagi, kan? Batinku.

Astaghfirullah, Bella.. nggak boleh ngomong kayak gitu, nggak boleh berprasangka buruk! Kita nggak tahu rencana Tuhan seperti apa! Batinku lagi.

Ah, rasanya ada yang saling menentang di pikiranku.

"Tidak usah, Bu.. saya di kelas saja," jawabku mencoba mengembalikan semangatku.

Bu Siti mengangguk dan kembali melanjutkan pelajaran IPA di kelas 4 waktu itu. Aku menghela napasku.

```

"Assalamualaikum," ucapku sembari memasuki rumah almarhum ayahku dengan suara lelahku. Lelah dengan pikiran dan perasaanku.

"Wa'alaikumussalam, ganti baju dan makan dulu sana," ucap ibuku yang kuiringi dengan anggukan kepala saja.

Aku merebahkan diri pada kasur kecil di sudut kamarku itu. Mencoba menghirup napas dan menghelakan secara perlahan, menerima semua kejadian tadi pagi.

"Bella, sudah makan belum?" tanya ibu dari luar kamarku.

Baru saja aku merebahkan diri sejenak selama 3 menit, ibu sudah memberiku aba-aba untuk segera makan dan membantunya bekerja.

"Iya, bentar," jawabku dan mengganti baju sesegera mungkin dan keluar dari kamar menuju meja makan. Melahap dengan secepat kilat nasi dengan sayuran tanpa lauk itu yang sudah di atas piring.

Selesainya, aku segera menyusul ibu yang berada di kebun belakang rumah. Ibu yang sedang menggemburkan tanah dengan cangkul dan aku yang bolak balik dari depan ke belakang mengambil air di sumur. Setelah 2 jam aku dan ibu selesai mengurus tanah di kebun itu, kami mulai menanam beberapa macam bibit sayuran seperti cabai, tomat, terong, dan wortel.

"Sudah jam 4 sore, yuk masuk rumah," ucap ibu yang kuiringi anggukan.

Mungkin, Tuhan memang merencanakan aku untuk keluar dari sekolah agar membantu ibu yang kesusahan mencari nafkah untuk aku dan kedua adikku.

"Bella, kamu mandiin Caca ya.. ibu mau mengurus Bagas dulu.. habis mandiin kamu bersihkan rumah seperti biasa," ucap ibu setelah memasuki rumah. Menyuruhku memandikan adik keduaku yang baru berumur 2 tahun itu.

```

Suara adzan maghrib terdengar.

"Alhamdulillah, pas selesainya waktu adzan!" ucapku dan menutup pintu rumah.

Aku segera menuju kamar mandi untuk berwudhu dan menuju masjid untuk sholat maghrib serta sekolah ngaji setelahnya.

Jam sudah menunjukkan pukul setengah 9 malam, aku segera berlari secepat mungkin untuk kembali ke rumah.

"Assalamualaikum," ucapku dan segera memasuki rumah.

"Wa'alaikumusalam," ucap ibuku yang sedang menggendong Bagas, adik ketigaku, dan menemani Caca yang sedang menonton TV. Syukur kami masih mempunyai TV walaupun kecil dan itu sudah cukup menemani hari kami ketika libur sekolah.

Aku segera memasuki kamar. Mengganti baju dengan baju harianku dan duduk di depan TV dengan tumpukan sayur mayur di depanku. Aku harus membantu ibu mengikat sayuran dan memasukkannya pada plastik untuk dijual kepasar besok.

```

Malam sudah larut, sekitar pukul 10 malam.

"Alhamdulillah sudah selesai.. lalu waktunya ngerjain PR!" ucapku senang, "eh.. kenapa aku harus mengerjakan PR? Besok kan aku sudah tidak sekolah," ucapku kembali sendu mengingat kejadian tadi pagi.

"Kenapa Bella nggak sekolah?" tanya ibu padaku tiba-tiba yang baru saja menidurkan kedua adikku.

Mampus!

"Nggak, Bella nggak bilang nggak sekolah," jawabku berbohong.

Ibu duduk di sampingku sembari memasukkan sayuran yang sudah selesai dikemasi ke dalam tas kresek. "Ibu tahu kamu berbohong, ada apa? Kenapa kamu nggak ke sekolah besok?" tanya ibu yang membuatku merasa sesak di dalam dada.

Aku terdiam. Tidak tahu harus menjawab apa. Kenyataannya, aku juga tidak tahu kenapa aku dikeluarkan dari sekolah?

"Bella.. jawab ibu.. kenapa besok kamu nggak sekolah? Bella jangan bohong," ucap ibu yang terus mendesakku dengan pertanyaannya.

Kini, pertanyaan ibu membuatku mengeluarkan setitik genangan pada sudut mataku.

"Bella kenapa nangis? Beneran besok Bella nggak ke sekolah?" tanya ibu.

Aku mengusap tangisanku. "I.. iya, Bella nggak tau kenapa Bella dikeluarin dari sekolah," ucapku dengan sesenggukan tangisanku. Aku sudah tidak tahan menahan tangisanku.

"Kata siapa, Bella dikeluarin dari sekolah?" tanya ibu dengan menatapku.

"Tadi Bella disuruh tanda tangan sama Kepala Sekolah dan Bella melihat tulisan Surat Pindah Sekolah," ucapku kemudian menundukkan kepala.

Kurasakan belaian ibu yang hangat di kepalaku. "Bella nanya ke Kepala Sekolah kenapa Bella dikeluarkan?" tanya ibu.

Aku menggeleng. Aku memang tidak bertanya. Barangkali, dugaanku tadi pagi pada Rina benar.

"Bella nggak boleh berprasangka buruk dulu.. Bella anak ibu yang hebat! Yang ibu banggakan! Bella anak baik, jadi apapun itu.. Bella harus berprasangka baik.. berpikir positif," ucap Ibu.

Aku semakin menjadi dalam tangisanku.

"Tadi Kepala Sekolah datang ke rumah habis maghrib, mengatakan ke ibu.. kalau Bella adalah anak yang cerdas.. dan pihak sekolah akan memindahkan Bella ke sekolah yang jauh lebih baik pendidikannya.. untuk masalah keuangan di sekolah baru, pihak sekolah yang akan membayai Bella hingga lulus SD," ucap ibu tiba-tiba yang membuatku menatapnya.

"Bella.. dengarkan, Ibu.. Ibu sangat percaya sekali dengan Bella.. sangat bangga sekali dengan Bella, walaupun kondisi kita tidak sekaya teman-temanmu.. tapi Ibu senang sekali dengan Bella yang sudah mau membantu Ibu di rumah.. makasih ya, Bella..," ucap ibu dan memelukku.

Aku masih terdiam. "Tapi, Bu..," ucapku dengan ragu-ragu.

Ibu melepaskan pelukannya dan menatapku. "Kenapa, Bella?" tanya ibu.

"Bella nggak mau pindah ke sekolah lain, Bella sekolah di sana sekarang ini sudah cukup membuat Bella merasa mempunyai pendidikan.. Bella nggak mau menambah beban apa-apa lagi.. Bella sudah bersyukur.. mempunyai kehidupan seperti ini dan teman-teman di kelas saat ini.. Bella nggak mau pindah sekolah," ucapku menahan sesak sekuat mungkin.

Ibu tersenyum dan kembali memelukku. "Ibu bersyukur mempunyai anak sepertimu, Bella.. semoga kelak kehidupanmu membuatmu terus semangat ya, Nak..," ucap ibu dengan pelukan hangatnya.

Ibu, Bella janji akan membuat kehidupan kita di masa nanti tidak akan kesusahan! Batinku dengan mantap!

Aku belajar, rencana Tuhan selalu menjadi yang terbaik untuk kita.

Hai, Guys.. ketemu lagi nih sama Jasmin yang di sini menuliskan sebuah cerpen.. seling aja ya? Kadang cerpen kadang blog gitu aja >~<

Oh ya, mau tahu aku? Bisa kunjungi akun instagramku kok. @minemine_19 atau @its.mineeee_19Kalian bisa berkomunikasi denganku di sana! Aku tunggu loh direct kalian! ^_^

Atau, kirim pesan lewat emailku:**(censored)**

Semoga menghibur cerpennya ^_^

Salam Penulis,

Jasmine Sonia Failasufa

Muach :3

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sweruuuu Kakkkk Bagus bgt

06 Feb
Balas

Iya makasih.. semoga kedepannya makin menghibur ya ^_^

06 Feb

Keren kak, bikin lagi dong

06 Feb
Balas

Do'akan kedepannya bisa lebih baik ;)

06 Feb

ok kakk

07 Feb

Ada lnjutanny gk kk? bgus ihhh lnjutin yaw

08 Feb
Balas

Maaf, tapi untuk saat ini.. aku buat cerpen sama blognya langsung selesai atau tamat gitu per satu postingan.. Kedepannya diusahakan deh kalau mau cerbung gitu :)

08 Feb



search

New Post