ISTARA SAFITRI

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Tikus dan ular (h-26)

Di sebuah desa nan permai. Penduduknya setiap hari turun ke sawah dan ke ladang. Mereka bercocok tanam dengan gembira. Berharap pada Sang Khalik agar diberi hasil panen yang melimpah lagi berkah.

Sawah-sawah penduduk pedesaan tumbuh subur. Sepuas mata memandang, padi tumbuh seperti hamparan permadani nan indah. Kehidupan di sawah dihiasi musik alam. Semilir angin yang berhembus, seperti bisikan nan merdu di telinga para petani. Bisikan yang menghilagkan lelah, menyapu kering keringat yang bercucuran.Kicauan Burung-burung Pipit, menyambut musim panen akan tiba. Mereka terbang bergerombol seperti tarian menyambut hari bahagia. Gemericik air di parit-parit kecil di antara petak-petak sawah, mengalun merdu.di dalam parit-parit itu ikan-ikan kecil berenang dengan lincah. Mencandai alam nan damai. Suasana yang menyejukkan hati. Indah dan sempurnanya ciptaan Tuhan.Setiap hari petani bekerja dengan penuh semangat. Melihat padi nan subur, dalam hatinya selalu bersyukur. Senandung doa selalu dipanjatkan, agar hasil sesuai dengan harapan. Di sawah itu terjalin cerita rantai makanan antara makhluk Tuhan.

“Ciiiitt.., ciiiitt.., ciiiitt! Wahai teman-teman. Sebentar lagi padi-padi ini akan masak. Kita tidak akan pernah kelaparan lagi,” ucap salah seekor Pipit yang melompat dari batang padi yang satu ke batang padi yang lain. Dia bernyanyi riang gembira.“Ceriiciiiiit.., ciiitt.., ciiit! Benar sekali, kawan. hari yang menggembirakan!” ucap Pipit yang lain saling bersahutan.

Obrolan Pipit akhirnya buyar, karena petani mengusir ereka dari sawah itu. Pipit lalu terbang bernyanyi. Mereka pergi ke sawah yang lain. Sampai akhirnya menjelang petang, temboloknya kenyang dan mereka kembali ke sarang dengan gembira.

Dibalik rerimbunan padi ada Ular sawah yang sedang mencari makan. Ular Sawah senang berburu Kodok dan Tikus sawah. Hari masih pagi, ketika ular keluar dari sarangnya. Tetes embun masih melekat di ujung dedaunan rumput liar dan daun padi.“Saatnya berburu,” ucap Ular Sawah sambil menjulur-julurkan lidahnya. Badannya yang panjang meliuk-liuk melata di atas tanah yang masih lembab. Indera penciumannya memang tajam.

“Semoga aku dapat santapan lezat pagi ini! Mumpung sinar matahari belum terik,” pikir ular.Ular terus melata sampai ke tengah sawah. Tanah yang masih basah dan lembab tiada dipedulikannya. Ular Sawah hendak berburu tikus.

“Nampaknya usaha ku akan membuahkan hasil,” ucap Ular pada diri sendiri. Dia mencium ada Tikus di sekitar itu. Tak lama kemudian:

“Mau lari ke mana kau, Tikus. Aku akan menangkapmu. Aku akan memakanmu!” ucap ular terus berlari semakin kencang. Lidahnya yang bercabang terus menjulur keluar. Badannya yang panjang berlari dengan gerakan zig-zag dengan cepat sekali.

Sementara Tikus yang dikejarnya berlari ketakutan. Napasnya yang pendek-pendek seakan mau terasa putus. Sambil terus berlari kencang, dia terus berusaha menyelamatkan diri, agar tidak tertangkap oleh Ular Sawah.Sampai akhirnya Tikus terdesak dan tidak bisa mengelak lagi. mulut Ular Sawah sudah menganga, siap menelan Tikus hidup-hidup. Kaki Tikus gemetaran seakan tak kuata lagi berdiri. Jantungnya seakan berhenti berdetak. Badan Tikus menggigil dalam ketakutan yang luar biasa. Nasib naas akan menimpa dirinya dalam waktu sekejab.

“Haaaap! Dapat kau Tikus! Aku memang sudah lapar sekali!” ucap Ular Sawah sambil menggigit badan Tikus. Dia bermaksud hendak membawa Tikus ke sarangnya.“Ciiiiitt.., ciiiiitt.., ciiiitt! Aammmpuun, Ular. Jangan bunuh aku!” ucap Tikus dengan menghiba.

“Sssssst. Diam lah Tikus. Jangan menceracau juga. Aku sudah dua hari belum makan!” ucap Ular Sawah sambil mendesis gembira.

“Tolong lah Ular. Mohon lepaskan aku! Kasihi lah aku! Aku punya 6 ekor anak-anak yang masih bayi merah!” ucap Tikus sambil meronta-ronta dari gigitan Ular Sawah.

“Mohon wahai Ular Sawah yang bijak. Beri aku kesempatan untuk menyusui anak-anakku. Mereka pasti kelaparan. Mereka menunggu aku pulang!” ucap Tikus menghiba. Jeritannya melengking pilu tiada berdaya, diantara desis Ular Sawah yang lapar.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post