Dulu, ketika aku berusia 7 tahun, kedua orang tuaku selalu membimbingku untuk berperilaku baik. Namun, saat itu aku adalah anak yang sangat pemalu, pendiam, dan sulit bergaul, baik dengan saudara maupun teman. Aku bisa dibilang sangat introvert.

Suatu hari, orang tuaku mengajakku berkunjung ke rumah saudara. Sesampainya di sana, aku merasa sangat canggung. Aku hanya berani berada dekat dengan keluarga inti, sementara saudara-saudaraku bermain dari kejauhan. Aku hanya mengamati mereka tanpa ikut bergabung karena rasa maluku begitu besar.

Seiring berjalannya waktu, sikapku mulai berubah. Aku menjadi lebih mudah bergaul dengan siapa saja dan tidak lagi malu untuk bersosialisasi. Aku mulai merasa nyaman berada di tengah banyak orang.

Namun, sifat pendiamku sempat muncul kembali ketika aku mengikuti sebuah komunitas bernama Karang Taruna (Katar). Saat itu, seorang temanku mengajakku untuk bergabung. Aku setuju, dan keesokan harinya, temanku memberitahuku bahwa malam nanti akan ada rapat persiapan lomba 17 Agustus. Malam itu, aku datang ke rapat Katar, tetapi rasa canggung kembali muncul. Aku merasa pendiam dan malu karena belum mengenal anggota-anggota lain. Aku hanya berbicara seperlunya.

Beberapa hari kemudian, semuanya mulai berubah. Aku mulai mengenal semua anggota, bercanda, dan berinteraksi lebih banyak. Perlahan, aku kembali menjadi diriku yang ceria dan ekstrovert. Aku merasa nyaman berada di tengah mereka dan bisa berbaur tanpa rasa malu.

Dari pengalaman itu, aku belajar bahwa kepercayaan diri sangat penting di mana pun kita berada. Aku juga menyadari bahwa menjadi diri sendiri adalah kunci untuk bisa diterima dan merasa nyaman di lingkungan baru.