Terungkapnya Sebuah Kebohongan (bab 4)
BAB 4
TERUNGKAPNYA SEBUAH KEBOHONGAN
Skip 3 tahun kemudian...
“Kau mau pesan apa Jin Ae Eonni??” tanyaku.
“Samakan dengan pesananmu saja...” jawabnya. Aku mengangguk segera pergi memesannya. Beberapa menit kemudian, aku kembali menghampiri Jin Ae Eonni dengan membawa nampan berisikan makanan pesanan kami.
Yap! Kami sedang di kantin sekolah. Kami sudah berpindah kelas ke kelas khusus umur 11 sampai 17 tahun. Genap sudah umurku 13 tahun. Kelas kami pun di tambah yang awalnya beladiri dan berlatih pistol dan pisau saja, kini complete dengan alat-alat lainnya. Cukup mengerikan bagiku tapi, aku bisa memakluminya.
“Habis ini kelas yang membosankan Eonni,, aku sangat tidak ingin mengikuti kelas, ingin bolos seperti kemaren...” ujarku di sela-sela kunyahanku. Memang setelah istirahat ini adalah kelas cara menggunakan alat-alat aneh itu. Aku dan Jin Ae Eonni paling tidak suka masuk kelas ini. Sangat sangat membosankan.
“Aku berpikir hal yang sama denganmu,, tapi aku tak ingin mendapatkan hukuman seperti kemaren,, itu sangat melelahkan jadi kau harus ikut kelas denganku...” jawabnya. Aku menghela nafas pasrah. Waktu istirahat pun selesai. Kami beranjak masuk kelas menghindari yang namanya hukuman.
Kini guru di kelasku berubah menjadi Mr.Choi. lebih tepatnya ia adalah Appanya Jin Ae Eonni. Itulah alasan kenapa kita bisa ketahuan dan mendapatkan hukuman saat bolos kemaren dan mengapa Jin Ae Eonni langsung jera atas hukuman Appanya itu. Saat Mr.Choi masuk, matanya seperti mencari sosok anak kesayangannya ini.
“Apa Choi Jin Ae hadir hari ini??” tanyanya setelah menemukan sosok Jin Ae Eonni. Ia memutar bola mata malas dan mengangkat tangannya memberi kode kalau ia ada di kelas hari ini. Teman-teman sekelas kami tak ada yang tau kalau Mr.Choi adalah Appanya kecuali aku. Kelas pun berlangsung lancar dengan perasaan bosanku.
Srek! Srek! Sebatang kayu di depanku telah habis dipenuhi goresan-goresan dari pisauku. Pisau yang ini berbeda saat di kelas bawah. Yaah,, aku tak peduli dengan nama benda ini. Yang terpenting aku pandai menggunakannya. Selama latihan dimulai, aku tak menyadari sepasang mata sedang memerhatikanku. Ia sudah memegang sebuah pistol di tangannya dan menodongnya ke arahku.
Jin Ae Eonni yang tadinya fokus pada sebatang pohon di depannya, teralihkan setelah melihat sosok berpakaian hitam di balik dinding gedung sekolah. Memang kelas ini khusus latihannya di lapangan terbuka. Jadi, bebas saja ada orang lain di sini. Jin Ae Eonni menghentikan gerakannya menatap tajam ke arah seseorang itu.
“Choi Jin Ae! Lanjutkan latihanmu, jangan lengah!!” tegas Mr.Choi menyadari ketidak fokusan Jin Ae Eonni. Aku yang mendengar suara tegas Mr.Choi mengalihkan tatapan pada Jin Ae Eonni. Ia seperti memerhatikanku sejak tadi. Ia juga tak menggubris ucapan Mr.Choi.
“Eonni! Fokuslah,, daripada kau mendapatkan hukuman lagi...” ucapku merendahkan suaraku. Posisinya ia tepat di depanku tapi, tatapannya bergantian dari menatapku beralih menatap ke arah lain. Saat ingin beranjak mendekatinya, sontak aku dikejutkan dengan gerakan gesitnya memelukku lalu membanting badannya bersamaan denganku ke tanah. Tepat saat itu juga terdengar suara tembakan yang asalnya bisa dibilang tidak jauh dari sini.
Seketika suasana tegang. Murid lainnya ikut menghentikan latihannya dan mencari-cari sumber suara tembakan itu berasal. Salah satu murid berhasil melihat sosok seorang yang berpakaian serba hitam sedang memanjat pagar sekolah kami.
“Yak! Siapa kau?!” beberapa murid berlari mengejar seseorang tersebut sebagiannya menolong kami berdua. Aku yang berada di atas badan Jin Ae Eonni mendongakkan kepala menatapnya Sendu. Ia masih memelukku erat.
“Eonni Gwaenchana??” tanyaku cemas. Ia malah menggeleng keras.
“Seharusnya aku yang bertanya seperti itu,, Gwaenchana??” aku mengangguk pelan. Ia kembali mengeratkan pelukannya mengelus kepalaku lembut. Kami di bantu berdiri dan masuk ke dalam kelas untuk menanyakan apa yang sebenarnya terjadi.
“Jin Ae-ah,, apa yang kau lakukan? Apa kau menyadari sesuatu...?” tanya salah satu kawan Yeoja kami. Ia menatap Mr.Choi sekilas lalu mulai menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.
“Aku melihat sosok Namja berpakaian hitam di balik dinding gedung sekolah kita,, aku juga melihatnya sedang menodongkan pistol ke arah Soeul,, saat Soeul ingin mendekatiku, dia sudah bersiap menembak kepala Soeul, segera saja aku mengelakkannya dengan memeluk Soeul agar tembakannya melasat,, dan...” ia berhenti sejenak menatapku cemas.
“Dan Apa?” tanya teman Yeoja kami lainnya.
“Sepertinya itu anggota gangster sebrang yang sedang mengincar Soeul...” lanjutnya yang berhasil membuat seisi kelas terkejut tanpa terkecuali aku dan Mr.Choi.
“Darimana kau tau??”
“Dari lambang yang kulihat sekilas dari jubah hitamnya...” aku mundur selangkah demi selangkah menjauhi kerumunan. Jin Ae Eonni yang menyadari ketakutanku segera meraih tanganku. Tapi, aku menepisnya dan berlari meninggalkan sekolah.
“Seoul-ah!!!” panggilnya. Aku tetap berlari keluar dari karangan sekolah tanpa arah dan tujuan. Seketika airmataku menetes satu per satu. Aku berhenti di sebuah taman yang sepi. Aku terduduk di bangku tamannya dan menangis sejadi-jadinya.
Ternyata selama ini satu sekolah tau tentang perihal gangster itu. Kenapa mereka tidak memberitahuku. Jin Ae Eonni pun tak memberitahunya padaku. Jadi, Appa juga berbohong tentang pertengkaranku dengan Yeon Jin Oppa 3 tahun lalu. Apakah selama ini mereka telah membohongiku? Memikirkan itu semua membuat airmataku kembali menetes deras. Aku meringkuk di atas bangku taman itu menutupi semua kesedihanku.
“Oppa,, Bogoshipeo-yo[aku merindukanmu],, kapan kau akan kembali menjemputku,, aku sudah terlalu tersiksa di sini...” aku terhanyut dalam kesedihanku dan tanpa sadar aku tertidur di sana.
Aku terbangun. Suasananya berbeda dari taman yang tadi. Kusebarkan pandanganku ke segala arah. Ini kamarku! Siapa yang membawaku ke sini? Seketika ada seseorang yang menggenggam erat tanganku. Sontak aku menoleh ke arahnya.
“Yoo Ra Eonni?!” kejutku. Ia hanya memberikan senyum manisnya kepadaku. Mengingat kebohongan mereka, aku menepis genggamannya kasar. Aku beranjak turun dari kasur dan berjalan keluar kamar. Setibanya di ruang tamu, langkahku di hentikan oleh suara berat Appa.
“Park Soeul-ssi!?” panggilnya. Aku berbalik menatapnya intens.
“Alasan apalagi yang mau Appa ucapkan padaku?? Ani! Kebohongan apalagi yang ingin Appa ucapkan padaku?!” tanyaku sinis.
“Aku tau kau akan mengetahui hal ini dalam waktu dekat,, Park Soeul-ssi! Aku tak ada niat membohongimu tapi, ini demi kebaikan--...” aku memotong perkataannya.
“Kebaikan apa!? Aku sudah terlalu tersakiti Appa,, keluarga ini membohongiku selama 9 tahun lamanya,, kau pikir aku tidak di pusingkan dengan pertanyaan-perta nyaan yang membuatku stress...” aku menjeda perkataanku.
“Kemaren Oppa keceplosan bahwa aku akan dikirimkan ke sebuah club gangster,, hari ini aku diserang seorang anggota gangster sebrang, bahkan hanya aku yang tak tau sekolahku adalah sekolah khusus murid-murid gangster,, apa ini yang disebut kebaikan untukku Appa?? Jujur...!!!” bentakku. Aku sudah tidak kuat menahan segala emosi, kesedihan dan segala perasaan yang bercampur aduk menjadi satu.
Appa terdiam. Di tangga, muncul Yoo Ra Eonni dan Yeon Jin Oppa. Aku menatap mereka satu per satu. Airmataku kembali menetes deras menyadari bahwa keluarga angkatku sendiri telah membohongiku selama ini. Aku masih menunggu Appa memberikan satu alasan yang membuatku puas.
“Park Soeul-ssi! Kau berani membentak Appamu sekarang,, Hah!! Kembali ke kamar!!” mataku terbelalak mendengar bentakan Appa. Bukannya memberiku alasan ia malah membentakku balik. Hatiku benar-benar menentangnya sekarang. Aku berbalik berlari keluar rumah.
“Bodyguard! Halangi dia!!” aku terlupakan dengan adanya bodyguard Appa aku tidak bisa pergi kemana-mana. Ini saatnya teknik beladiri yang sudah kupelajari harus kupraktekkan pada mereka. BUG! BAG! BUG! 5 orang tumbang. Aku melanjutkan langkahku keluar dari pekarangan rumah. Setelah berhasil, aku berlari menjauh dari rumah yang sudah seperti penjara bagiku itu.
Tiba-tiba sebuah mobil mewah berhenti di depanku. Aku tau itu mobil Appa. Saat ingin berbalik sebuah mobil lagi menghalangi jalanku. Aku kehabisan jalan untuk melarikan diri. Dari kedua mobil mewah itu, keluarlah Yeon Jin Oppa dan Yoo Ra Eonni. Tidak ada keberadaan Appa di sini. Mereka berdua berjalan mendekatiku.
“Soeul-ah,, kami bisa menjelaskan semuanya padamu,, kembalilah ke rumah...” aku berjalan mundur menghindari mereka.
“Anii,, kalian semua jahat,, kalian benar-benar,, hiks...” aku tidak bisa menyelesaikan perkataanku karna Yeon Jin Oppa meraih tanganku dan membuatku jatuh ke dalam dekapannya. Aku menangis sejadi-jadinya di dalam pelukannya.
“Kau jahat Oppa,, kau jahat!” aku memukul-mukul dadanya melampiaskan kekesalanku. Terdengar isakan tangis dari mulutnya, itu menghentikan pergerakanku dan menangis tersedu-sedu. Yoo Ra Eonni ikut memelukku. Oppa mendekap kami berdua bersamaan.
“Aigoo,, aku sangat merindukan pelukan ini...” sahutnya menghapus airmatanya. Ia berusaha menetralkan suasana. Seketika penglihatanku memudar sedikit demi sedikit menghitam.
------
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar