Sekolah Baru (bab 2)
BAB 2
SEKOLAH BARU
2 tahun kemudian...
Tok tok tok... suara ketukan pintu membuyarkan lamunanku. Aku segera merubah ekspresi wajahku seakan sedang tidak memikirkan apa-apa. Seorang Yeoja[perempuan] pun masuk dengan senyum sumringahnya sambil menatapku.
“Kau sudah siap,, kupikir kau masih tidur seperti biasanya...” ucapnya sedikit meledekku.
“Ayolah Eonni,, itu sudah setahun yang lalu,, aku sudah besar sekarang,, harus tau kapan waktunya bermain-main dan kapan waktunya serius...” jawabku tak terima dengan ledekannya.
“Yak! Kau berbicara seakan lebih besar dariku... hey ingatlah umurmu masih 7 tahun, itu terbilang masih anak-anak, tak usah kau berlagak sok dewasa,, Aiiishh kau selalu merusak moodku...” cerocosnya sedikit kesal. Aku hanya bisa nyengir sambil membujuknya agar tidak marah.
“Memang aku tidak akan bisa marah pada adik kesayanganku ini,, Kajja Appa sudah menunggu di bawah...” aku mengagguk langsung mengikuti langkahnya menuju lantai bawah. Di sana, terlihat sosok Appaku dengan senyum manisnya menatapku. Kami menuruni anak tangga beriringan segera menghampirinya.
“Lama sekali anak Appa ini berdandannya,, dan apa ini?? Kukira kau memakai pakaian yang cantik...” sahutnya sambil menatapku dari atas sampai bawah.
“Wae-yo?? Apa penampilanku kurang cantik??” Yoo Ra Eonni hanya terkikik kecil melihat Appa yang tak suka dengan penampilanku. Hari ini aku mengenakan kaos lengan panjang berwarna hitam di temani celana jins panjang. Bagian depan kaosku sedikit aku masukkan ke dalam celana jinsku dan rambut yang kukuncir kuda. Tidak buruk bukan?
“Aku lebih suka Eonnimu yang mendandanimu,, ah sudahlah kita akan telat kalau harus berdebat dulu denganmu Soeul-ah...” pasrahnya berjalan mendahului kami. Yoo Ra Eonni tertawa kecil lalu menyusul Appa disusul denganku. Aku hanya bisa tersenyum memaklumi sikap Appa.
Yap,, hari ini Appa akan mengantarku ke sekolah baruku. Aku sudah mulai bersekolah semenjak dua hari lalu. Tapi, aku sedikit tidak menyukainya. Sekolahku sangat berbeda dengan sekolah Yoo Ra Eonni. Tempatnya pun berbeda arah dengan sekolah Yoo Ra Eonni.
Di sana, aku diajarkan seni beladiri serta cara menggunakan benda-benda aneh. Yang kutahu salah satu nama bendanya yaitu pistol dan pisau. Masih banyak benda lain tapi, aku hanya diajarkan menggunakan kedua benda itu. Seingatku benda bernama pistol adalah benda yang sama saat kejadian 2 setengah tahun yang lalu, kematian kedua orangtuaku dan benda inilah yang digenggam oleh Appa angkatku di waktu yang sama. Tak lama di jalan, akhirnya kami sampai tujuan. Aku turun dan pamit pada Yoo Ra Eonni dan Appa.
“Sekolahlah dengan baik Soeul-ah,, Appa akan menjemputmu sepulang sekolah...” ujarnya setiap sehabis mengantarku tak lupa dengan senyum manisnya. Aku mengangguk menurut.
“Bye bye Soeul-ah,, aku akan ikut menjemputmu nanti,, sekolahlah dengan benar agar bisa sepintar Eonnimu ini...” sahutnya berhasil membuatku tertawa kecil. Mobil pun melaju meninggalkan area sekolah. Memang aku tidak membawa apa-apa dari rumah karena semua yang kupelajari tak membutuhkan buku dan alat tulis.
Aku berjalan masuk menuju kelas pertamaku. Seni beladiri. Sekolah ini terbagi sesuai umur masing-masingnya. Aku termasuk golongan anak dari umur 7 sampai 10 tahun. Di sini aku mendapatkan banyak teman baru yang Appa bilang anggaplah seperti saudaramu sendiri. Setibanya di kelas, ternyata suasananya sudah ramai.
“Park Soeul-ah,, aku di sini...” Choi Jin Ae. Nama seseorang yang memanggilku tadi. Ia adalah orang pertama yang berkenalan denganku saat hari pertamaku di mulai. Ia sama besar dengan Yoo Ra Eonni. Jadi aku membiasakan diri memanggilnya Eonni.
“Awal sekali kau datang Eonni, tak biasanya...” ujarku meledek sembari mendudukkan badanku di sebelahnya.
“Yak! Aku sudah berusaha untuk tidak telat Soeul-ah...” ia mengerucutkan mulutnya ke depan kesal. aku tertawa kecil gemas melihat tingkahnya.
“Aku bercanda...” ia kembali tersenyum memaafkanku.
“Mana Oppamu Eonni??” tanyaku. Memang ia satu sekolah dengan Oppanya yang bernama Choi Jung Hwa. Jaraknya dengan Jin Ae Eonni hanya 1 tahun.
“Aku di sini...” sontak aku terkejut mendengar suaranya dari balik badanku.
“Omo[astaga]! Yak! Kau mengejutkanku Oppa...” Jin Ae Eonni tertawa lepas merespon kejahilan Oppanya yang menyebalkan itu.
“Mianhae[maafkan aku],, aku tidak bermaksud mengejutkanmu...” aku hanya menatapnya sinis. Tepat sedetik setelah itu, guru seni beladiri kami memasuki kelas. Kami memanggilnya Ms.Kim. Semua murid mulai berdiri mengambil posisi masing-masing. Kami berbaris rapi dan memberi jarak satu sama lain.
“Selamat pagi anak-anak semua...” salam pembukaan dari Ms.Kim tersebut.
“Selamat pagi juga Ms.Kim...” ia membalas dengan senyuman dan langsung memulai pelajaran. Hari ini kami masuk ke gerakan beladiri selanjutnya yaitu bantingan. Dua hari lalu, kami sudah belajar trik tinjuan dan kemarin kami sudah belajar trik tendangan.
“Oke,, sekarang kita coba praktek masing-masingnya,, Park Soeul dan Choi Jin Ae, silahkan maju dan praktekkan, coba kalian saling membanting diawali dengan tendangan lalu menghindar dan bemm!! Jatuhkan lawan...” panggilnya sekalian mendeskripsikan caranya. Kami pun maju berdua ke depan.
“Bersiaplah Soeul-ssi...” ia memberikan senyum smirk[sinis sombong] yang kubalas dengan senyum manis. Aku langsung mengarahkan tendanganku ke kepalanya. Sigapnya ia menghindar lalu membanting badanku ke lantai.
“Waah, Daebak[keren] Eonni,, kau membuat pundakku pegal...” kagumku memujinya sambil mengurut pundakku pelan. Ia tersenyum penuh kemenangan. Tapi, cepat-cepat ia melayangkan tendangannya ke arah perutku. Sayangnya, aku tau trik yang ia gunakan segera aku menghindar lalu membanting badannya ke lantai. Tanpa sadar, aku terlalu keras saat mendorong badannya sehingga ia berteriak kesakitan.
“AKHH!!” ringisnya. Ia mengusap-usap pundaknya kesakitan. Semua murid serta Ms.Kim terdiam tak ada yang bersuara sedikitpun. Mereka terpaku seperti patung tampak ketakutan.
“Omo! Eonni! Ahh Jeongmal[sangat] Mianhae,, aku tidak sengaja, itu diluar kendaliku Eonni aku tidak sengaja mendorong terlalu keras...” aku ikut mengusap-usap punggungnya menghilangkan rasa sakitnya.
“Gwaenchana[tidak apa-apa],, aku tau kau sudah mengetahui trik mengelabuhi itu,, aku sudah terbiasa dengan kekuatanmu Soeul-ah... dua hari lalu saja kau berhasil meninju wajahku, kemaren kau berhasil menendang perutku...” ujarnya. Spontan aku menepuk jidat mengingat kekuatanku yang berlebih-lebihan.
“Aahh Eonni Jeongmal Mianhamnida[maafkan aku formal]...” aku menunduk merasa bersalah. Ia malah tertawa kecil melihat tingkahku.
“Sudahlah, tak usah dipikirkan,, dengan kekuatanmu itu kau pasti dapat melindungiku dari seseorang yang mau melukaiku...” bujuknya merangkul pundakku. Aku tersenyum sayang kepadanya. Ia memang benar-benar seperti Eonni kandungku. Tapi, sayangnya aku tak mempunyai Eonni kandung.
“Bagus Soeul-ah,, kau sangat cepat menangkap pelajaran walaupun kau murid baru di sini...” puji Ms.Kim kagum. Aku dan Jin Ae Eonni segera berdiri dan membungkuk hormat. Aku tersipu malu atas pujiannya. Kelas pun berlangsung sampai jam istirahat pukul 10.30.
“Geurae[baiklah] Yeorobun[semuanya],, kelas hari ini sampai di sini saja,, silahkan istirahat dan ke kelas selanjutnya,, saya permisi dulu...” ucapnya menutup kelas. Setelah ia keluar kami semua beristirahat dan beranjak menuju kelas selanjutnya. Kelas selanjutnya yaitu cara menggunakan benda-benda yang telah kuberitahu di awal. Kelas khusus untuk umur 7 dan 10 tahunku ini hanya berlatih menggunakan pistol dan pisau. Kelas di atas kami sudah lebih dari dua benda tersebut.
Waktu istirahat berlalu begitu cepat. Aku, Jin Ae Eonni dan Jung Hwa Oppa bergerak menuju kelas. Kami berjalan beriringan. Setibanya di kelas, baru saja kami mendudukkan badan Mr.Jeon sudah memasuki kelas. Ia memang guru terdisiplin menurutku. Kelas pun dimulai. Aku dan Jin Ae Eonni memang tidak terlalu menyukai kelas ini. Dari awal kelas kami hanya memperhatikan dengan baik.
‘Membosankan...’ gumamku dalam hati. DOR! Satu tembakan kuarahkan kepada titik papan yang jaraknya sangat jauh dariku. Tembakan tersebut tepat mengenai tengahnya. Tanpa aku sadari, Mr.Kim menatapku dengan senyum smirk.
‘Tampaknya dia bakal menjadi pasukan terbaik keluarga Park...’ aku berpindah ke barisan paling belakang. Memang latihan ini hanya berbaris memegang pistol masing-masing dan menembak ke target yang sudah disediakan. Membosankan bukan?
“Eonni,, kapan ini berakhir??” bisikku ke belakang sudah mulai suntuk. Jin Ae Eonni merespon dengan gelengan ringan. Tampaknya ia juga sama, suntuk.
“Geurae,, berhenti! Kelas hari ini sampai sini saja,, saya ada urusan mendadak jadi kalian ada tugas rumah yaitu berlatih menggunakan pisau,, gerakannya-...” Mr.Kim pun memperlihatkan gerakan yang harus kami latih nanti di rumah. Mendengar pengumuman itu aku dan Jin Ae Eonni saling tatap kegirangan. Selang 2 menit, ia selesai mencontohkannya lalu pergi begitu saja.
“Yeeyy,, kita pulang lebih awal,, Kajja Soeul-ah,, kita tunggu jemputan di depan saja...” aku ikut girang segera menyusulnya. Kami bermain, bersenda gurau bersama. Jung Hwa Oppa? Ia masih berlatih pistol di dalam. Ia memang sangat minat dengan pelajaran tersebut.
Sedang asyik bermain, tiba-tiba seorang laki-laki berbadan tinggi menghampiri kami. Ia memakai topi hitam serta masker mulut yang menutupi wajahnya sepenuhnya. Perasaan tidak enak menghantuiku. Aku mencuragai sosok laki-laki aneh itu. Semakin lama laki-laki tersebut semakin dekat. Spontan aku menarik Jin Ae Eonni ke belakang tubuhku. Feelingku berkata kalau ia akan mengganggu Eonniku.
“Yak! Nugu-ya[siapa kau]?! Apa kau seorang penculik? Kajja kita pergi Eonni sebelum dia menculik kita...” aku berbalik ingin pergi meninggalkan laki-laki aneh itu sambil menarik tangan Jin Ae Eonni. Baru satu langkah kami menjauh ia sudah menggapai tangan Jin Ae Eonni.
“Yak!! Jangan sentuh Eonniku!!” kulayangkan tendanganku ke arah perutnya. Tentu saja itu membuatnya kesakitan.
“Soeul-ah,, kupikir kau salah--...” belum selesai Jin Ae Eonni bicara aku melanjutkan menghajarnya tanpa mendengarkan perkataannya.
“PARK SOEUL-SSI!!! DIA OPPAKU!!!” teriakan Jin Ae Eonni sukses membuatku terdiam mematung. Oppa?!
------
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar